Selasa, April 12, 2011
0
JAKARTA-(IDB): Sebulan sudah kapten kapal M.V. Sinar Kudus, Slamet Juari, dan 19 anak buahnya menjadi sandera prompak Somalia. Mereka disekap di perairan dekat Pulau Socotra, Semenanjung Arab. Dijaga ketat 35 bajak laut bersenjata lengkap. 

Ia terdengar frustasi lantaran tidak ada usaha keras dari pemerintah Indonesia untuk membebaskan mereka. "Saya minta kepada Presiden agar mempedulikan nasib kami," kata Slamet Juari yang menghubungi Tempo dari kapalnya Selasa pekan lalu. 

Kondisi mereka juga mengenaskan. Dikurung dalam kapal dan hanya dapat makan satu kali saban hari. Slamet dan kawan-kawan tidak sendirian. Ia mengungkapkan ada delapan kapal, kebanyakan kapal barang, yang juga menjadi sandera.

Terkantung-katungnya nasib Slamet dan anak buahnya lantaran tidak ada yang mau membayar uang tebusan. Jangankan perusahaan yang mempekerjakan mereka – PT Samudera Indonesia dan PT Aneka Tambang – pemerintah juga terkesan tidak serius. Uang tebusan yang dituntut kian meroket. Dari US$ 2,6 juta, naik menjadi US$ 3,5 juta dan sekarang US$ 4,5 juta atau sekitar Rp 38,79 miliar. 

Operasi pembajak laut Somalia memang kian ganas. Sejumlah sumber mengungkapkan sepanjang tahun lalu saja, mereka berhasil menawan 49 kapal dan 1.016 anak buah kapal. Hingga bulan ini saja, 14 kapal dengan 250 orang menjadi tawanan mereka. 

Pendapatan bajak laut dari uang tebusan yang dibayar ini terus meningkat dari US$ 58 juta pada 2009 dan US$ 238 juta tahun lalu. Total kerugian ekonomi global saban tahun akibat pembajakan di wilayah Teluk Aden ini US$ 7 miliar – US$ 12 miliar. 

Bajak laut Somalia ini mulai beroperasi pada 1990-an. Selain dendam karena banyak kapal asing mencari ikan secara tidak sah di daerah mereka, ekonomi juga menjadi sebab utama berkembangnya prompakan. 

Selama Presiden Muhammad Siad Barre berkuasa, 1919-1995, negara kategori termiskin di dunia menjadi langganan penerima bantuan dari Denmark, Inggris, Irak, Jepang, Swedia, Rusia, dan Jerman Barat. Pendapatan per kapita mereka hanya US$ 600. Bank Dunia mencatat 73 persen dari 9,35 juta penduduk negara itu hidup dengan kurang dari US$ 2 saban hari.  

East African Seafarers Association memperkirakan saat ini terdapat sedikitnya lima kelompok bajak laut di Somalia dengan kekuatan 1.000 personel. Usia mereka antara 20-35 tahun. Versi BBC menyebutkan ada tiga kategori perompak Somalia, yakni nelayan, bekas milisi, dan teknisi pelayaran.

Empat Kelompok Perompak Somalia:

National Volunteer Coast Guard

Pemimpin                 : Garaad Muhammad
Wilayah operasi       : Kismoyo, dekat pantai selatan Somalia

Marka

Pemimpin                  : Yusuf Muhammad Siad Inda’ade
Wilayah operasi        : Marka

Portland

Pemimpin                   : gabungan nelayan-nelayan
Wilayah operasi         : Portland

Marinir Somalia

Merupakan kelompok bajak laut paling moder dengan struktur rapih. Grup ini sangat kuat dan ditakuti karena persenjataannya lengkap.
Sumber: Global Security.org

Lantaran kian ganas dan marak, banyak negara menempatkan patroli mereka di [erairan Somalia. Bahkan kerap kali mereka menyerbu para perompak untuk membebaskan sandera. 

Tindakan tegas seperti itu yang belum diambil pemerintah Indonesia. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah memberi instruksi, namun TNI masih mempelajari kemungkinan membebaskan Slamet dan 19 anak buahnya. 

Bila tidak ada keputusan, nasib Slamet dan rekan-rekannya bakal diunjung tanduk. Boleh jadi, karena melihat ketidakseriusan Indonesia, mereka akan dibunuh.

Sumber: Tempo

0 komentar:

Posting Komentar