Selasa, April 12, 2011
0
Perompak Somalia menaikkan uang tebusan terhadap 20 ABK Sinar Kudus menjadi US$3,5 juta.
JAKARTA-(IDB): Hampir satu bulan, 20 anak buah kapal (ABK) Kapal Sinar Kudus disandera perompak Somalia. Mereka terus menunggu pertolongan pemerintah dan PT Samudera Indonesia, agar nasibnya tidak berakhir mengenaskan. Sebagian besar dari mereka kini mulai sakit parah karena persediaan obat dan makanan di kapal itu habis.

Sejauh ini pemerintah hanya meminta seluruh keluarga korban penyanderaan untuk bersabar. Belum ada sikap jelas yang akan diambil untuk menyelesaikan persoalan ini. Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengatakan, pemerintah terus memantau perkembangan  20 WNI itu. Pemerintah katanya, tidak ingin sembarangan berkomentar yang dapat membahayakan keselamatan sandera.

"Saya tidak akan memberikan pernyataan apapun terkait hal ini yang kemungkinan dapat membahayakan nasib para tawanan," ujar Natalegawa.

Para perompak Somalia kini telah meningkatkan permintaan tebusan untuk pembebasan awak Kapal Sinar Kudus. Sebelumnya mereka meminta tebusan US$2,6 juta, kini perompak Somalia menaikkan tebusan menjadi US$3,5 juta.

Berdasarkan komunikasi terakhir antara nahkoda kapal, Slamet Juari, dan anaknya Resky Judiana, pada Minggu pagi, 10 April 2011, para perompak akan menaikkan lagi permintaan uang tebusan untuk pembebasan 20 ABK itu.

Uang tebusan dimungkinkan akan dinaikan lagi karena batas waktu kedua dari permohonan pembajak telah habis pada Sabtu 9 April 2011 kemarin. Hal ini terjadi karena pemerintah Indonesia tidak merespon permintaan mereka dalam waktu cepat.

"Kata papa (Slamet Juari), mereka sudah kasih batas waktunya kemarin, dari pihak pemerintah atau pihak Samudera Indonesia tidak menyanggupi. Jadi mereka akan menaikkan tuntutan," ujar Rezky Judiana.

Dalam percakapan singkat melalui telepon itu, Slamet Jupri yang berbicara dalam pengawalan ketat perompak menjelaskan bahwa seluruh sandera mulai dibatasi untuk makan dan minum. Dikabarkan Slamet, saat ini 10 ABK sakit serius akibat kekurangan obat-obatan dan makanan.

Sambil menangis, saat ditemui VIVAnews.com, Minggu 10 April 2011, Rezka Judittya Dian Pratama, anak lelaki Slamet, mengatakan, orangtuanya dan 19 ABK yang lain berharap pemerintah segera memenuhi tuntutan para perompak. "Papa pesan kepada pemerintah dan pihak Samudera Indonesia untuk segera mendengarkan keadaan sandera," katanya.

Rezka mengaku keluarganya sangat terpukul dengan penyanderaan sang ayah. Pasalnya, selama 20 tahun menjadi pelaut, baru kali ini sang ayah disandera. Yang membuat keluarga sedih, sejak komunikasi yang berlangsung pada pagi hari itu, mereka kemudian hilang kontak. Seluruh nomor telepon yang biasa digunakan untuk berkomunikasi dengan mereka sudah tidak bisa dihubungi.

Sebelumnya, Rezky telah mengirimkan surat secara khusus kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meminta pemerintah peduli dan berusaha membebaskan warganya dari tangan bajak laut. Namun, hingga kini, belum ada tanggapan terhadap surat yang dikirimkan Rezky. Meski presiden telah menginstruksikan sejumlah menteri untuk menyelesaikan masalah ini, namun belum ada perubahan signifikan.
Dukungan agar pemerintah segera membebaskan 20 ABK Sinar Kudus dari tawanan perompak Somalia mengalir di jejaring sosial Facebook dan Twitter.
Laman Facebook, sedikitnya terdapat empat akun fans page yang dibuat oleh komunitas Face Book. Mereka membuat akun, "Bebaskan Crew Kapal MV Sinar Kudus, Gerakan Galang Koin untuk Keselamatan Kapal MV Sinar Kudus, Gerakan Rakyat Dukung TNI Bebaskan Awak Kapan Sinar Kudus dan akun Dukung Nahkoda dan ABK MV SInar Kudus dari Jeratan Perampok Somalia".
Tak kalah ramai di akun Twitter, tweeps ramai-ramai mendukung gerakan pembebasan awak kapal Sinar Kudus dengan berbagai cara. Baik dengan memposting surat yang ditujukan ke Presiden Susilo Bambang Yudhoyono maupun memposting informasi terkini mengenai kondisi ABK.

Kapal milik PT Samudra Indonesia, Sinar Kudus, dibajak 50 perompak Somalia sejak 16 Maret 2011. Kapal itu dihadang di sekitar 320 mil timur laut Pulau Socotra dan hingga kini belum jelas nasibnya. Kapal Indonesia itu kemudian digunakan para pembajak untuk menyerang kapal Liberia. Namun aksi bajak laut itu gagal setelah adu tembak dengan petugas keamanan.

Pembajakan dan penyanderaan terhadap anak buah kapal (ABK) Indonesia bukan pertama kalinya. Pada Agustus 2009, ada sebelas kru kapal tongkang Malaysia yang merupakan warga negara Indonesia ikut disandera di perairan Somalia. Pemerintah membayar tebusan dari pembebasan itu. Tapi tidak jelaskan berapa jumlah yang diberikan pemerintah.

Pada 1 Januari 2010, dua kapal berjenis kargo dan tanker, dibajak di perairan lepas pantai Somalia. Dari 24 awak di kapal tanker ada 17 orang adalah warga negara Indonesia. Dalam dua tahun terakhir, bajak laut di Somalia telah membajak lebih dari 80 kapal

Sumber: Vivanews

0 komentar:

Posting Komentar