Selasa, April 08, 2014
19
eurofighter-typhoon (photo: baesystems)
Eurofighter-typhoon
JKGR-(IDB) : Membeli Pesawat tempur yang produsennya bersedia berbagi teknologi memang layak untuk dibeli. tujuannya adalah untuk kemandirian di masa depan.

PT. DI memberikan opsi Typhoon, karena PT. DI melihat bahwa produsen Typhoon bersedia berbagi teknologi. Jika pemerintah Indonesia menuruti opsi dari PT. DI dan akhirnya memilih Typhoon, Pemerintah Indonesia harus meminta jaminan dari PT. DI bahwa ditahun 201*, PT. DI sudah bisa membuat pesawat tempur sendiri. tentunya dengan kualitas tidak jauh dari spesifikasi Typhoon.

Jika ternyata di tahun yang sudah ditentukan PT. DI gagal, tentunya harus ada yang bertanggung jawab atas kegagalan itu dan recomendasi dari PT. DI untuk pembelian Typhoon perlu di selidiki oleh BIN dan KPK.

Secara serampangan, pilihan para pilot TNI AU itu juga perlu diperhatikan, mereka cenderung memilih SU-35. Sebagai orang yang memang dilatih dan dididik menjadi pilot tempur dengan segala resikonya, para pilot TNI AU itu lebih mengerti dan lebih memahami medan pertempuran udara yang mungkin kelak mereka hadapi. Para pilot TNI AU tentunya ingin memenangkan setiap insiden pertempuran udara karena kalau mereka kalah berarti nyawa mereka sendiri sebagai taruhannya.

Sangat wajar para pilot cenderung memilih SU-35 karena Australia membeli F-35 dalam jumlah yang efective ( kisaran 75 – 100 ) dan Singapura juga membeli F-35 ( kisaran 45 – 75 ) selain itu mereka juga mempunya F-18 dan F-15. Jika tetangga membeli F-35, tentunya akan terbuka peluang mereka juga akan membeli F-22.

SU 35
SU 35
Jika Indonesia membeli SU-35 dan dikemudian hari ternyata tetangga mempunyai F-22, Indonesia “tinggal melanjutkan” membeli SU-T50 Pakfa. itu juga berlaku untuk negara-negara eropa anggota NATO, jika ternyata pesawat NATO semacam Typhoon dan Rafale banyak yang rontok atau ketinggalan teknologinya, mereka tinggal telpon ke Amerika agar mengirim F-35 atau F-22. itu mudah karena NATO adalah sekutu amerika.

Karena konsorsium eropa “sudah menawarkan” ToT pesawat tempur Typhoon walau agak “aneh” karena tiba-tiba royal berbagi teknologi, mungkin Typhoon perlu dibeli dalam jumlah minimal seperti yang disyaratkan produsennya agar PT. DI mampu berkembang dan memproduksi pesawat tempur sendiri sekaligus untuk opsi cadangan IFX korea selatan.

Jika Typhoon sudah menawarkan ToT, untuk pesawat tempur SU-35, sepertinya pemerintah Indonesia harus berusaha dan memaksa Russia untuk berbagi teknologinya, mungkin dengan membeli dalam jumlah lebih banyak, bekerja sama dalam banyak hal, peluang itu ada karena Russia juga memerlukan partner dalam segala bidang setelah hubungan Russia dengan NATO dan USA bermasalah.

Dengan membeli SU-35 dalam jumlah sekitar 4 sampai 6 skadron, Indonesia akan memperoleh keuntungan ganda.

Keuntungan Pertama : 
Dengan Skill pilot Indonesia yang terkenal handal, dengan Su-35, maka Indonesia akan mempunya skadron pemukul kelas berat yang mampu membuat tetangga meriang, panas dingin, muntah-muntah dan kadang kencing di celana.

Keuntungan Kedua :
Untuk keutungan ke-2 tolong dipikirkan sendiri.




Sumber : JKGR

19 komentar:

  1. Aku usul kita tetap beli SU 35 BM. Karena AU menginginkannya. Murah dan handal dibanding F35 yang mahulnya minta ampun. Atau dua2nya kita beli karena amrik juga pernah menawarkan F35 ke indo. Juga rafale. Bijaksanalah untuk menggunakan duit negara seefektif mungkin dengan hasil yang dahsyat. Tot juga wajib ada. Atau kalau emang kepepet cari jet fighter mumpuni untuk segera mengisi wilayah udara yang kosong ya beli saja gak usah terlalu banyak mondar-mandir dan gak jadi. bikin pusing itu.

    BalasHapus
  2. "Untuk keutungan ke-2 tolong dipikirkan sendiri." ... cape deeee

    BalasHapus
  3. Lebih bagus lagi pemerintahan sekarang mau wess salam ,alangkah cantiknya akusisi alitsista baru di serahkan ke pemerintahan baru .

    BalasHapus
  4. naaah ini baru masuk akal.... setuju bangtt... ayoo berfikir kedepan... bungkus SU35S, gak nego ! :P

    BalasHapus
  5. Sebaiknya tetap beli su 35, tetapi minta Rusia juga ada TOT jangan tergantung sama barat terus belajarlah dari pengalaman. ga usah nunggu pemerintah yang baru nanti dipengaruhi sama yang lain gagal lagi buatlah rakyat bangga dengan TNI yg kuat.

    BalasHapus
  6. Kayknya ada udang di balik batu ini pt DI..uda disusupin uang matanya, kta tau di sekeliling kta negara persemakmuran,apa gunanya beli typoon...musuh indnesia sendiri adalh rakytnya mau melhat indonesia lemah dmi uang,kekayaan pribadi.. Hati2

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ga gtu bro, PT DI memilih typhoon karena dia d desak pemerintah untuk bertanggung jawab atas project IF-X k depanny, nah qt semua tau klo korsel itu kiblatny amerika bgt, dengan keputusan korsel yg terkesan d intervensi barat utk pembuatan KF/IF-X harus dengan mesin tunggal itu membuat pemerintah qt itu jauh berpandangan ke depan sehingga pemerintah melakukan pembelian typhoon dengan syarat KF/IF-X harus dengan mesin ganda,krn strategi pemerintah yg terukur itu akhirny project KF/IF-X itu akhirny d setujui oleh barat utk bermesin ganda, saat ini memang itu yang sangat di butuhkan PT DI agar apabila project IF-X terhenti tiba2 spt pd waktu yg lalu, PT DI siap ambil alih sdri utk pengembangan dan produksinya, krn pd saat ini IF-X tinggal masuk dalam tahap penggunaan mesin ganda dengan desain bodi yg 60% d kembangkan oleh ahli dr Indonesia. jadi klo mnrut gw seh ambil Typhoon dan setelah kontrak ditanda tangani lsg bungkus SU-35 biar ga ad yg merasa dimenangin atw dikalahin krn memang 22ny ini sgt penting buat Indonesia k depanny..

      Hapus
    2. setuju dengan ano 17.14. sing penting bangsa yang besar ini harus bisa mandiri sekalipun dengan usaha dan pengorbanan yang luar biasa, kita merdeka aja dah menelan ribuan nyawa. jadi didalam teknologi juga harus merdeka meski lamban tapi pasti. yang paling penting kita harus bisa menguasai teknologinya. kita bisa beli su 35 BM. tapi hanya itu yang kita miliki gak lebih.

      Hapus
  7. mending beli Su-35 satu skuadron.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Koq satu dikit amat bang satu kepulauan besar punya satu baru sesuai bang. contoh sumatra, jawa, kalimantan, sulawesi, papua. sekalian camov aligatornya.(h)

      Hapus
  8. kalau Indonesia masih mengharapkan di embargo oleh negara barat ya pilih saja si typon...tpi kalau Indonesia tidak menghendaki di embargo lagi tuk yg ke 2 kalinya ya pilih SU 35............, kalau aku sendiri si maunya yg bebas di embargo ....( SU 35 )

    BalasHapus
  9. Terus duitnya cukup apa tidak? klo keinginan sich banyak tapi dana ada apa tidak? ya klo ada dana sich dua duanya kita butuh. pertama su35 jelas kebutuhan mendesak soal para tetangga yang mulai keliatan bikin jengkel memesan F35 dalam jumlah banyak. dan kedua TOT kita butuh sekali buat masa depan masa kita mau mengandalkan dari luar terus???
    Solusinya buat saat ini sich gampang politik dunia lagi panas atas kasus Crimea. Sudah terbuka apa mau mendekat ke barat apa ke Rusia dan Cina? klo NonBlok kita harus pintar2 klo gak pintar kita malah diperalat oleh kedua kubu.....alias bisa dikibulin
    Rusia punya setiakawan tinggi siapa yang jadi sekutu dii mata kan bela mati matian klo Amerika kayanya masih setengah bermuka dua buktinya sekutunya sendiri di sadap....

    BalasHapus
  10. Gembar-gembor doang nih....ntar kaya ks russia lagi yg gatot.cape deh....

    BalasHapus
  11. berfikir sederhana saja bro . tidak memakai produk barat maka kita akan aman dari embargo , masih ingat dengan embargo dulu gak ? pemerintah jangan termakan topeng palsu barat tapi belajarlah dari pahitnya masa lalu dan kejamnya barat pada negara kita . think again .

    BalasHapus
  12. Ya pilot pespur memang kencing dicelana dan itu di sediakan alatnya.Masak ke wc dulu apa ada wc di perpur.. tapi gini saya setuju kita gunakan tawaran typhoon itu untuk menekan rusky agar tak pelit soal tehnologi.Tentu paling tidak beli dua skuad Su 35 dan satu skuad Su 34.4skuadron tentu bisa mengimbangi tetangga selatan dan utara dengan 75 pcs F 35 nya.Cukup masuk akal pasti bagi rusky tapi kita beli tetap ngeteng...he..hee..

    BalasHapus
  13. bungkus aja SU lanjutan yg banyak, baru deh dapet tot.
    contoh Cina dengan membeli 3 skuadron maka dapalah tot.
    aneh aneh aja, ditawari harus beli 4 sampe lima bahkan enam skuadron produksi barat lalu baru dapat tot.. itu bukan perbandingan, kecuali ada maksud tertentu.. sedangkan TNI sudah terbiasa SU lanjutan

    BalasHapus
  14. huuus pada ngapain sih. Menurut saya iya gimna bagusnya aja.
    klo di negara kita gak ada korupsi.
    indonesia malah bisa memboyong su-35. tyiphon dan f-22
    bahkan F-35 kita debat masalah kayak gini.
    tapi para pejabat malah asyik2kan tidur dan sambil memikirkan rencana dana yang untuk dicaplok yang mana iya.
    negara kita kaya broo.
    tapi yang merasakan cuman para pejabat.
    lengkaplah sudah penderitaanmu wong cilik.
    mati di injak.

    BalasHapus
  15. Dari pada beli Eurofighter mending beli SU35 lahhh.

    harga eurofighter $125jt sedangkan SU35 $60jt.
    Dan blom tentu Eurofighter menggunguli Su35.

    Beli dong SU35 6 skuardon dan PAK FA 4 skuardon.

    BalasHapus