Selasa, April 08, 2014
1
“Sejelek apapun alutsista yang kita buat sendiri, orang akan lebih takut dibandingkan kita membeli yang kurang bagus dari luar, kecuali yang super bagus.” -KASAD
JKGR-(IDB) : Dalam beberapa waktu terakhir kita mendengar dan melihat kemajuan pesat dalam hal kekuatan militer dan keinginan untuk mencapai kemandirian alutsista.  Pemerintah sudah menentukan bahwa pembelian alutsista akan diutamakan yang bisa mendorong industri strategis dalam negeri dan pembelian dari luar harus disertai dengan ToT.

Tidak semua produsen alutsista yang dibutuhkan mau berbagi teknologi mereka, dan hal ini – selain keputusan yang politis – memberi warna bagi berbagai belanja alutsista yang terkesan gado-gado.

Sepertinya hal ini adalah hal yang harus dilalui demi mencapai tujuan penguasaan teknologi dari berbagai sumber yang kiranya akan memberikan manfaat jangka panjang bagi industri strategis dalam negeri yang memang belum kita kuasai.

Di sisi lain banyak juga industri strategis Indonesia yang sudah mampu menghasilkan produk-produk unggulan.
Radar
Kecanggihan dan nilai battle proven kapal  perang modern tidak terlepas dari persenjataan dan teknologi radarnya. Seperti radar Low Probability of Intercept (LPI), radar yang dirancang untuk menjadikan kapal sulit dideteksi kapal musuh.

Rata-rata teknologinya dari negara besar seperti Scout MK2 buatan Thales Eropa, SPN 730 buatan Selex ES Inggris, dan negara-negara besar lainnya.

Meski tertinggal dalam teknologi persenjataan, Indonesia ternyata sejak 2009 telah membuat radar canggih ini. Namanya LPI Radar-IRCS, radar buatan PT Infra RCS Indonesia ini menggunakan teknologi Frequency Modulated Continuous Wave (FM-CW). Dengan teknologi ini maka daya pancar yang digunakan sangat rendah yaitu di bawah 10 watt untuk dapat memperoleh jarak jangkauan radar yang luas. Di Asia belum ada (produsen), apalagi di Asia Tenggara.

Dengan menggunakan frekuensi X-band, Doopler speed bisa mencapai maksimal 40 knot membuat radar LPI semakin penting untuk pengawasan rahasia, pelacakan target, dan operasi siluman. Selain radar LPI, PT Infra RCS Indonesia juga telah memproduksi Electronic Chart Display and Information System (ECDIS) dan Electronik Support Measures (ESM).

Nano Satelit

TNI bertekad mandiri, dengan mengembangkan alat utama sistem pertahanan (alutsista) buatan anak negeri. Agar militer Indonesia tak perlu bergantung dengan negara lain. Salah satunya adalah nano satelit. Teknologi ini tak main-main.

Rektor Universitas Surya, Professor Yohanes Surya mengatakan dengan diciptakannya nano satelit dapat membuat negara tetangga gentar dengan kekuatan militer Indonesia. Sebab, nano satelit dapat memantau tanpa diketahui pihak lawan

“Singapura dan Malaysia pada ketakutan. Lagi digarap yang ada gambar, sekarang baru teks saja. Ini baru tahap awal,” ujar Surya kepada Liputan6.com, di Mabes AD, Jakarta, Senin (7/4/2014).

Menurut Surya, dalam pengembangan teknologi tersebut 5 tahun ke depan, nano satelit akan memiliki ukuran seperti kutu. Saat ini, nano satelit berukuran 10 x 20 cm dengan berat 1 kilogram.

“Kalau sekarang bisa tahan sampai ketinggian 500 km bahkan sampai 1 ribu km jika dipakai peluncur. Nanti bisa lebih jauh, bila bahan dasarnya karbon, bisa 20 kali kekuatannya,” terang Surya

Selain itu ada juga sepeda motor yang berubah jadi seperti helikopter bak film ‘Transformer”  hingga pesawat tanpa awak alias drone. Ini keunggulannya.

Sepeda motor yang bisa terbang yang dibuat ini dinamakan Roadble Gyrocopter. KSAD Jenderal TNI Budiman membanggakan sepeda motor terbang ini.

“Riset pertama di dunia, motor yang bisa terbang. Bisa digunakan untuk pasukan khusus sampai masyarakat,” kata KSAD dalam peluncuran alat pertahanan hasil riset dengan Universitas Surya di Mabes TNI AD, Jl Veteran, Jakarta Pusat, Senin (7/4/2014).

Sepeda motor terbang ini juga mampu mendarat di landasan pendek bahkan di jalan. “Landasan hanya 50 meter, dalam keadaan darurat bisa mendarat di jalan raya atau jalan dengan medan yang masih kasar,” imbuhnya sambil menjelaskan.

Sedangkan pesawat nirawak Unmanned Aerial Vehicle (UAV) Autopilot Super Drone, KSAD menjelaskan bahwa bahan pesawat itu dari fiber, yang besarnya 6×4 meter. “Jam terbangnya 6-8 jam. Diberi tangki cadangan namun bisa digunakan untuk benda lain. Bisa terbang malam dan dilengkapi kamera thermal. Menggunakan teknologi Autonomous Return To Base,” tutur KSAD.
***
Meningkatkan Pengaruh Internasional

Pengaruh internasional di kawasan berdekatan atau kawasan lebih luas tidak selalu hanya didapat melalui kekuatan ekonomi dan militer, namun juga bisa dengan peran serta aktif dalam upaya menjaga perdamaian

Indonesia sering menjadi penengah dalam berbagai masalah internasional, tidak hanya di kawasan Asia Tenggara atau Asia Pasific  namun juga jauh ke luar kasawan di berbagai daerah-daerah konflik, baik dilakukan Indonesia sebagai negara sahabat ataupun Indonesia sebagai bagian komunitas internasional dalam organisasi PBB.

Hal ini tampaknya akan terus berlanjut dan bahkan meningkat. Presiden Susilo Yudhoyono meresmikan Pusat Perdamaian dan Keamanan Indonesia (Indonesia Peace and Security Centre/IPSC) di Sentul, Jawa Barat.

“Kita harapkan dengan pendirian ini Indonesia memberikan kontribusi lebih besar dalam menjaga ketertiban dunia dan perdamaian dunia sesuai dengan konstitusi kita UUD 1945,” kata Yudhoyono.

Presiden Susilo Yudhoyono menargetkan dalam waktu setahun hingga dua tahun ini, jumlah pasukan perdamaian Indonesia dapat meningkat dan masuk 10 besar negara yang berkontribusi dalam mengirim pasukan perdamaian.

“Indonesia saat ini penyumbang pasukan perdamaian nomer 17 dunia kita ingin dalam waktu dekat 1-2 tahun menjadi 10 besar,” kata dia, saat meresmikan kawasan Pusat 

Perdamaian dan Keamanan Indonesia (Indonesia Peace and Security Centre/IPSC) di Sentul, Jawa Barat, Senin sore.

Pusat Perdamaian dan Keamanan Indonesia yang didirikan di Sentul tersebut, menurut Yudhoyono, salah satu upaya Indonesia untuk mempersiapkan para pasukan perdamaian berpartisipasi dalam ketertiban dan perdamaian dunia, seperti termaktub dalam konstitusi UUD 1945.

Dia mengatakan, Indonesia saat ini telah mengirim 2.000 personel pasukan perdamaian, untuk dapat mencapai 10 besar, maka perlu tambahan 2.000 personel sehingga mencapai 4.000 personel.

Menurut dia, hal itu dapat dilakukan dalam waktu dekat, mengingat daerah konflik seperti Aceh, Poso, Maluku, Papua yang dulu ditempatkan pasukan, kini kondisinya telah aman.

Yudhoyono menyatakan, selama ini, banyak perwira baik aparat TNI dan polisi yang terlibat dalam pasukan perdamaian dipulangkan karena kendala bahasa Inggris serta ketrampilan mengemudi.




Sumber : JKGR

1 komentar:

  1. Hanya satu kata yang tepat '' mengagumkan '' dengan dana yang sangat minim raihan yang telah di capai sedemikian hebat .Andai pemerintahan berikutnya bisa ngasih dana riset yang tak terbatas dan multy years sepuluh tahun lagi Indonesia pasti akan jadi negara maju.Semoga.

    BalasHapus