JAKARTA-(IDB) : Pemerintah lewat Kementerian Pertahanan memutuskan membatalkan rencana
pembelian enam pesawat angkut C-130 Hercules bekas dari Australia.
Pemerintah juga menolak hibah empat unit pesawat serupa dari Negeri
Kanguru itu.
"Proyek Hercules dari Australia digantikan," kata Kepala Badan Sarana Pertahanan Kementerian Pertahanan Laksamana Muda Rachmad Lubis saat dihubungi Tempo, Selasa, 26 November 2013.
Pembatalan ini merupakan buntut pengungkapakan aksi penyadapan yang dilakukan pemerintah Australia pada 2009. Gusar pada tindakan negeri jiran itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono lantas menghentikan kerja sama pertahanan dengan Australia.
Sebelumnya, Indonesia dan Australia sepakat dengan transaksi jual-beli enam unit pesawat angkut militer Hercules seharga US$ 15 juta per unit. Australia pun menawarkan empat unit pesawat Hercules secara cuma-cuma, meski Indonesia diwajibkan membayar biaya perawatan dan perbaikan senilai US$ 15 juta per unit, jumlah yang sama dengan harga pesawat Hercules baru.
Rachmad Lubis mengatakan sampai saat ini pemerintah belum membayarkan uang ke Australia. Menurut dia, besarnya anggaran proyek Hercules bekas Australia masih dalam perhitungan. "Karena sifatnya adalah biaya untuk pemeliharaan pesawat," tuturnya.
Namun, Kementerian Pertahanan belum menentukan apaakh akan membeli pesawat angkut serupa dari negara lain. Sebab harga pesawat Hercules baru bisa mencapai lima kali lipat dari biaya hibah dari Australia. "Sementara kami masih wait and see," ujarnya.
"Proyek Hercules dari Australia digantikan," kata Kepala Badan Sarana Pertahanan Kementerian Pertahanan Laksamana Muda Rachmad Lubis saat dihubungi Tempo, Selasa, 26 November 2013.
Pembatalan ini merupakan buntut pengungkapakan aksi penyadapan yang dilakukan pemerintah Australia pada 2009. Gusar pada tindakan negeri jiran itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono lantas menghentikan kerja sama pertahanan dengan Australia.
Sebelumnya, Indonesia dan Australia sepakat dengan transaksi jual-beli enam unit pesawat angkut militer Hercules seharga US$ 15 juta per unit. Australia pun menawarkan empat unit pesawat Hercules secara cuma-cuma, meski Indonesia diwajibkan membayar biaya perawatan dan perbaikan senilai US$ 15 juta per unit, jumlah yang sama dengan harga pesawat Hercules baru.
Rachmad Lubis mengatakan sampai saat ini pemerintah belum membayarkan uang ke Australia. Menurut dia, besarnya anggaran proyek Hercules bekas Australia masih dalam perhitungan. "Karena sifatnya adalah biaya untuk pemeliharaan pesawat," tuturnya.
Namun, Kementerian Pertahanan belum menentukan apaakh akan membeli pesawat angkut serupa dari negara lain. Sebab harga pesawat Hercules baru bisa mencapai lima kali lipat dari biaya hibah dari Australia. "Sementara kami masih wait and see," ujarnya.
Sumber : Tempo
sekarang bukan saman nya hercules , saman AIRBUS A400 . pembatalan pesawat angkut bosok itu jellas ke untungan mutlak buat indonesia ke depan
BalasHapusbiayaya perawatan hercules lebih mahal dari pesawat airbus A 400 .
setuju masih banyak pesawat angkut yang baik dan bagus...... semoga pemerintah kita jeli
BalasHapusSebuah keputusan yang bagus dan cerdas,Pesawat angkut C 130 Hercules sudah jadul,sudah lewat masa kejayaannya,mulailah memilih pesawat angkut yang benar benar baru (setuju dengan ano 05:47) beli saja Airbus A 400 M,pesawat tsb sudah demo Flight di Bandara Halim beberapa waktu yang lalu,kapasitasnya lebih besar dibanding C 130 Hercules dan beda tipis dengan kapasitas C 17 Globmaster,mesinnya pakai turboprop jadi lebih hemat bahan bakarnya dari pada C 17 Globmaster yang pakai turbojet (boros bahan bakar).
BalasHapussekalian saja pesan 10 biji dan minta syarat Tranfer of Technology supaya PT Dirgantara Indonesia bisa membuat sendiri kelak di kemudian hari.
setuju dengan pemikiran saudara
HapusAne juga setuju dengan Ano 05:47 untuk pembelian A 400 M. Tp kalo ane boleh koreksi untuk C 130 bobot angkutnya maksimal 12 - 14 Ton, A 400 M bobot angkutnya 21 Ton, sedangkan C-17 bobot angkutnya 46 - 52 Ton. Tetapi C-17 tdk bisa untuk landasan pendek, sedangkan A 400 M bisa. Lumayanlan untuk memobilisasi batalyon mekanis secara cepat. Bobot Anoa 8 s/d 10 Ton. Sekali terbang A 400 M bisa angkut 2 panser Anoa. Kalo punya 1 skuadron berarti 32 panser bisa diangkut sekali terbang. PP 2 kali kekuatan 1 batalyon mekanis sudah bisa dipindahkan. Benar2 efektif.
HapusJangan jangan itu semua Hercules hibah sudah dipasangi alat sadap sama Aussie,malah lebih parah lagi........
Hapussetahu saya harga hercules seri terbaru C130J hampir mirip A400, sekitar US$150juta (Rp 1,6T) perunit. Herky bekas emang murah dan efisien, suku cadang melimpah baik yg resmi sampai blackmarket. tapi harusnya pimpinan kita sadar, USA, Aussie, Singapore itu selalu anggap indonesia itu sapi perahan yg ngga boleh kuat dan pandai. A400 sepertinya bisa jadi langkah lanjut kerjasama CN295, syukur2 jadi NA400 (dibuat di PT.DI).
BalasHapusBangga jadi bangsa Indonesia
BalasHapusIya pokoknya batalkan juga itu F-16 dari AS,,,,
BalasHapusmendingan beli pesawat Rusia aja,,,
keputusan yang tepat, kami sangat mendukung :-b
BalasHapusBagus...kalau diambil juga pesawat rongsokan itu takutnya mereka sudah kasih sebuah chips untuk mematai indonesia...dan skrng mulailah berpaling ke rusia dan china...
BalasHapuspesawat bekas layakny kita punya motor tua dan bekas, pasti dalam perjalanannya akan banyak terjadi pergantian suku cadangnya krn memang sdh tua. Cost penggantian suku cadang ini pasti akan lebih mahal krm memang sdh tua dan hrs diganti
BalasHapusTanpa penyadapan jg hercules ngak perlu dibeli, ujung2nya bakal disadap jg!. Heran!! kok negara segini gede sering terima barang hibah! malu-maluin kelihatan miskiny.. hibahnya dari amrik ausie lg si imprialis kapitalis, jgn2 hibah f-16 jg ada penyadapanya lg, parah!!!..
BalasHapusBeli antonov dari rusia aj
BalasHapuskasi proyek tu ke PT DI aja,karena pesawat hercules tersebut lebih mirip pesawat komersil, saya rasa HABIBIE bisa..
BalasHapusKembangkan aja CN235 jadi sekelas hercules/A400M,badan besarin,pakai turboprop 4mesin,full glasscockpit,winglet,plus corong buat air refueling,dah bereskan. Ayo PT.DI mulai desain dan riset pengembangannya,ntar bikin juga versi sipilnya sklian,pasti laku keras terutama di tanah air. Syukur2 ada yg versi MPA,AWACS,SURVEILENCE,pasti lebih mantap...
BalasHapuskoreksi juga. turbojet tidak lagi digunakan. yang benar turbofan
BalasHapussetuju pakai Airbus 400 M atau CN 295
BalasHapus