Senin, April 11, 2011
0
IDB:Para penguasa Hamas Jalur Gaza mengumumkan keadaan darurat bagi pasukan keamanan, Sabtu sehubungan dengan konfrontasi dengan Israel yang menewaskan 19 orang.

Tindakan Hamas itu dilakukan setelah militer Israel membunuh dua warga Palestina di Gaza,Sabtu,yang meningkatkan jumlah korban tewas dalam bentrokan berdarah sejak perang lebih dari dua tahu lalu.

Gencatan senjata diumumkan kelompok-kelompok Palestina bersenjata di wilayah itu dilanggar bahkan sebelum dapat dilaksanakan saat para pejuang menembakkan belasan peluru ke Israel selatan dan militer negara Yahudi itu membalas aksi tersebut.

"Kementerian dalam negeri Hamas mengumumkan keadaan darurat. Semua pasukan keamanan harus bekerja 24 jam sehari bersama dengan badan-badan pertahanan sipil dan dokter untuk melindungi dan menyelamatkan penduduk yang jadi target penjajah Zionis itu," kata juru bicara kementerian itu Ihab al Ghussein.

Konfrontasi antara Israel dan Hamas, terburuk sejak tahun 2009, menewaskan 18 warga Palestina di Jalur Gaza sejak Kamis. Mereka termasuk Tayssir Abu Sneneh, kepala bidang militer Hamas Brigade Ezzedin al Qassam.

Militer Israel dalam satu pernyataan mengatakan Sneneh terlibat "secara langsung dan fisik" dalam penculikan tentara Israel Gillad Shalit dan belum lama ini kabarnya melakukan "satu serangan teroris di Gurun Sinai, dengan menggunakan roket-roket terhadap kota Eilat, Israel.
Shalit, 24 tahun, yang berkebangsaan Prancis ditangkap di Israel Juni 2006 oleh tiga kelompok Palestina yang bersenjata, satu berasal dari Hamas.

Aksi kekerasan terus berlangsung Sabtu dengan para pejuang Palestina menembaki sekitar 50 peluru mortir dan roket ke Israel, dan Israel membalasnya dengan serangan-serangan udara.
Satu serangan Israel di Kota Gaza timur, Sabtu petang menewaskan seorang anggota Brigade Nasser, sayap militer dari Komite Perlawanan Rakyat dan mencederai dua warga Palestina lainnya, kata seorang dokter.

Tank-tank Israel mencederai seorang warga Palestina di daerah utara Jalur Gaza.
Pada Sabtu pagi,serangan tank Israel menewaskan seorang warga Palestina dan mencederai seorang lainnya di daerah permukiman timur Kota Gaza, kata para dokter tanpa menyebut apakah para korban itu adalah pejuang atau warga sipil.

Dengan korban-korban tewas itu jumlah warga Pelastina yang tewas menjadi 18 orang termasuk sedikitnya enam pejuang dan seorang anak laki-laki berusia 10 tahun, sejak tembakan anti tank ke satu bus sekolah Israel dekat kibutz Nahal Oz, dekat Gaza, Kamis.
Paling tidak 57 warga Palestina cedera,12 luka parah, kata para dokter.

Para pejuang menembakkan beberapa peluru mortir dan roket ke Israel, yang dibalaa dengan serangan paling banyak menelan korban jiwa sejak konflik 22 hari yang berakhir Januari 2009.
Tetapi seorang pejabat senior keamanan Israel mengatakan kelompok Islam yang menguasai Jalur Gaza itu mengusulkan gencatan senjata.

"Bagian politik Hamas mengirim satu pesan yang meminta Israel melakukan gencatan senjata" dengan imbalan penghentian serangan-serangan Palestina, kata pejabat yang tidak bersedia disebutkan namanya itu kepada AFP.

Sementara itu, Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak, Ahad seperti yang dilansir ANTARA mengatakan, Israel bersedia menyetujui gencatan senjata dengan para pejuang Hamas di Gaza setelah beberapa hari aksi kekerasan yang menimbulkan korban jiwa.

"Jika mereka menghentikan serangan terhadap masyarakat-masyarakat kami, kami akan menghentikan penembakan. Jika mereka menghentikan serangan pada umumnya, situasi akan tenang, itu adalah baik," kata Barak kepada Radio Israel.

Jumlah korban tewas sejak Israel melancarkan serangan balasan atas serangan terhadap sebuah bus sekolah yang mengakibatan seorang anak berusia belasan tahun luka parah, Kamis dan meningkat menjadi 19 pejuang dan warga sipil Palstina.

Para pejuang Gaza menembakkan setidaknya 120 roket dan mortir di Israel selatan saat itu, kata militer Israel.

Menjawab pertanyaan apakah Israel akan mempertimbangkan serangan darat ke Jalur Gaza untuk menghentikan kekuasan Hamas di sana, Barak mengatakan semua pilihan itu ada, tetapi itu mungkin tidak diperlukan.

"Jika diperlukan, kita akan bertindak, tetapi apabila tidak diperlukan, kita tidak akan melakukannya," katanya. "Menahan diri juga satu bentuk kekuatan." Israel melancarkan militer ke Gaza akhir tahun 2008 dengan tujuan menghentikan serangan roket lintas perbatasan.

Sumber: Global

0 komentar:

Posting Komentar