Jumat, April 15, 2011
0
JAKARTA-(IDB) : Operasi penyelamatan awak kapal MV Sinar Kudus memang bukan hal mudah. Diperlukan perhitungan yang matang untuk menghindari jatuhnya korban. “ Namun kalau informasi intelejennya akurat, saya kira cukup tiga menit,” ujar mantan Kepala Staf TNI Angkatan Laut, Laksamana (Purn.) Bernard Ken Sondakh terkait kemampuan personel Angkatan Laut membebaskan pembajakan, 14 April 2011.

Puluhan awak kapal NV Sinar Kudus dibajak dan disandera kawanan perompak Somalia sejak 16 Maret lalu. Kawanan perompak meminta tebusan sejumlah uang. Tebusan yang mulanya diminta senilai  US$ 2,6 juta, terus meningkat seiring respon pihak Indonesia yang tak kunjung memenuhi. Meski telah berlangsung selama hampir satu bulan, pemerintah Indonesia hingga kini belum secara tegas menyatakan sikap terkait opsi penyelamatan. Opsi yang sedang dipertimbangkan adalah negosiasi uang tebusan atau operasi militer.

Menurut Bernard, informasi intelejen dapat diperoleh melalui berbagai sumber dengan dukungan peralatan yang memadai. Beberapa diantaranya dapat digali dari para sandera, memantau melalui helikopter dan mengenali struktur kapal.

“Tugas ini memang tidak mudah. Yang dihadapi saat ini bukan ancaman di darat. Petugas harus mengenali sasaran operasinya dengan akurat tentang jumlah dan posisi para perompak, jenis senjata yang mereka gunakan serta keberadaan para sandera,” ujar Bernard.

Keterangan yang dihimpun Tempo menyebut para sandera dikumpulkan di anjungan kapal dengan pengawasan ketat sekitar 35 perompak yang dilengkapi senjata laras panjang. Para perompak mengawasi aktivitas mereka, bahkan untuk urusan ke kamar kecil.

Dengan kondisi seperti itu, kata Bernard, operasi penyelamatan tidak bisa dilakukan dengan jumlah yang sebanding. “Bisa saja berlipat lima,” katanya. Namun ia mengakui operasi yang tidak tepat dapat menimbukan dampak bagi para sandera. “Ada resiko mereka (perompak) mengamuk,” ujarnya.

Keberhasilan TNI terukir manis ketika mereka menyelamatkan kapal tanker Pertamina yang disandera kelompok GAM di perairan Selat Malaka pada tahun 2003. “Kami berhasil melumpuhkan perompak. Meski ada personil kami yang terluka dibagian kaki dan tangan,” ujarnya.


Sumber: Tempo

0 komentar:

Posting Komentar