Gambar yang diambil dari video yang disebarkan oleh NATO, pesawat tempur angkatan udara Inggris Tornado GR4 melakukan pemboman dekat Misrata, Libya |
SANYA-(IDB) : Para pemimpin lima negara kekuatan besar mengecam serangan udara yang dipimpin NATO terhadap Libya, setelah negara-negara Barat dan Arab di Qatar melansir seruan gabungan mendesak Muammar Qadhafi mundur.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki-moon, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Chatherine Ashton, Ketua Liga Arab Amr Moussa, dan para pejabat dari Uni Afrika serta Organisasi Konferensi Islam segera membahas soal Libya di markas Liga Arab di Kairo.
Dewan Keamanan PBB bulan lalu memberikan mandat kepada Barat dan beberapa negara Arab untuk menyerang pasukan Qadhafi buat melindungi rakyat sipil Libya. Pertempuran sengit masih berlangsung.
Dalam pertemuan di Cina, dari kekuatan baru BRICS, seorang pejabat mengatakan seluruh pemimpin “mengecam pengeboman” (ke Libya). Sebelumnya, pada voting resolusi aksi di DK PBB 17 Maret lalu, Brasil, Rusia, India, dan Cina abstain.
“Kami sangat prihatin dengan gejolak di kawasan Timur Tengah, Afrika Utara, dan Afrika Barat,” ujar para pemimpin BRICS dalam sebuah pernyataan seusai pertemuan tingkat tinggi di kota resor Sanya, Cina, kemarin.
“Kami berbagi prinsip bahwa penggunaan kekuatan senjata harus dihindari,” kata mereka sambil mendesak penyelesaian damai dan memuji mediasi Uni Afrika. Saat yang sama, Inggris dan Prancis, yang memimpin serangan udara, getol mencari terobosan, tapi mulai frustrasi karena kurangnya dukungan dari sekutu NATO.
Dari Berlin, Jerman, NATO mengakui tak ada solusi militer jitu. Hal itu disebutkan Kepala NATO Anders Fogh Rasmussen kemarin. “Jawaban yang jujur adalah, tak ada solusi militer atas konflik tersebut. Kami butuh suatu solusi politik, dan terserah kepada rakyat Libya untuk melakukannya. Saya sangat berharap kita bakal mencapai solusi politik dalam waktu dekat,” ujar Rasmussen kepada mingguan Jerman, Der Spiegel. Para menteri luar negeri dari 28 negara NATO bersidang di Berlin kemarin hingga hari ini. Konflik Libya menjadi agenda utama.
Sumber: Tempo
0 komentar:
Posting Komentar