Jumat, Februari 07, 2014
17
Pihak Korea pernah menganggap enjinir Indonesia tak mengerti tentang perancangan jet tempur. Tetapi anggapan itu segera berbalik, ketika tim Indonesia memaparkan desain dan berbagai masukan. Pihak Indonesia pula lah yang akhirnya berhasil menyakinkan bahwa berat lepas-landas pesawat harus sebesar 50.000 pound.



JAKARTA-(IDB) : Konfirmasi dari Parlemen Korea Selatan tentang dilanjutkannya program KFX/IFX disambut hangat  tim perancang dari Indonesia. Mereka di antaranya meminta kedua pemerintahan segera memanggil para enjinir yang terlibat untuk mempersiapkan pekerjaan yang telah lama tertunda. Mereka juga menginginkan pemerintah kedua negara memastikan satu dari dua desain yang telah dihasilkan dalam Fase Technology Development untuk digarap dalam fase selanjutnya.



“Program KFX/IFX adalah program multi-years, berbiaya besar, serta melibatkan berbagai sektor dan rekanan asing. Untuk itu memang harus ada deklarasi yang pasti tentang kelanjutannya. Bagi Indonesia  ini penting  untuk menentukan skema pembiayaan dan perencanaan SDM-nya,” ungkap Dr Rais  Zain, M.Eng, KFX/IFX Configuration Design Leader kepada Angkasa, akhir Januari lalu.



“Dalam waktu dekat Indonesia juga akan menggarap N219 dan R-80.  Kita tak punya cukup enjinir untuk menggarap ketiga program, apalagi KFX/IFX akan berlangsung sampai 2020-an. Pemerintah diharapkan bisa memanggil pulang enjinir yang kini bekerja di luar negeri untuk ikut membantu proses regenerasinya. Di luar ada sekitar 200 orang. Jika setengahnya saja bisa kembali ke Tanah Air, itu sudah cukup membantu,” tambah Rais yang juga dosen di Fakultas Teknik Penerbangan ITB, Bandung.



Seperti diberitakan berbagai media nasional, konfirmasi tentang kelanjutan program pembuatan front-liner jet fighter Korea-Indonesia diterima Kementerian Pertahanan RI pada 3 Januari 2014. Pemberitahuan ini selanjutnya diumumkan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro kepada wartawan, Rabu, 8 Januari 2014, di sela-sela  Rapim Kemenhan di Jakarta. Penjelasan disampaikan terkait paparan rencana pengadaan alut sista dalam Renstra II, 2015-2019.



Pemerintah Indonesia berharap proyek pembuatan jet tempur generasi 4,5 itu bisa terlaksana karena bakal jadi rujukan program alih teknologi untuk melepas ketergantungan dari negara lain. Selain KFX/IFX, Indonesia  juga tengah mengejar program pembuatan kapal selam, kapal perang, propelan, roket, dan tank ukuran medium. Untuk kapal selam, Indonesia  juga menjalin kerjasama dengan negara yang sama.



Lebih Unggul Dari Su-35


Program KFX/IFX dihentikan sementara oleh pemimpin baru Korea Park Geun-Hye akhir  2012 setelah meninjau kondisi finasial di negaranya. Proyek prestisius ini digarap sejak awal 2011, tak lama setelah Presiden Lee Myung-bak dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengukuhkan kerjasama bilateral di bidang pertahanan di Jakarta. Dari Fase Technology Development yang telah dituntaskan, tim ilmuwan telah menyelesaikan sejumlah desain yang kemudian mengerucut menjadi dua.



Kedua desain itu adalah model jet tempur siluman peraih keunggulan udara bermesin ganda dengan horizontal-tails di belakang, dan satunya lagi dengan canards di depan. “Masing-masing punya konsekuensi pembiayaan dan mitra kerja berbeda. Maka, memang harus diputuskan lebih dulu mana yang dipilih.  Ini penting agar manakala  dilanjutkan, semua pihak siap mengerjakannya,” terang Rais Zain, yang sehari-hari dosen di Fakultas Teknik Mesin Dirgantara, ITB, Bandung.



Seperti dikemukakan Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin, parlemen Korea telah menyiapkan  20 juta dolar AS (sementara, Indonesia: 5 juta dolar) untuk melanjutkan program ini pada  2015. Saat itu, tim akan masuk ke Fase Engineering Manufacturing Development. Selain harus memiliki mesin dengan tenaga dorong  tinggi agar mampu bertarung di udara, pesawat juga harus memiliki persenjataan yang disimpan di dalam internal weapon bay, data-link yang mampu mengacak komunikasi, radar advanced pemilih sasaran, dan perangkat anti-jamming.



Prototipe diharapkan selesai pada akhir Renstra II. Kalau pun ada hal yang perlu dikritisi, itu adalah soal operation requirement  yang lebih banyak ditentukan pihak AU Korea. Hal ini tak bisa dielakkan karena Korea menanggung  80 persen pendanaan, dan negeri ini benar-benar memiliki musuh yang nyata. Program ini ditargetkan menelurkan jet tempur dengan performa yang sepadan atau lebih unggul dari jet tempur lawan yang di antaranya adalah Sukhoi Su-35.



Prasyarat tersebut dengan sendirinya menepis desain tandingan yang diajukan KAI (Korean Aerospace Industrie) baru-baru ini, alih-alih untuk memangkas biaya pengembangan  yang  kelewat besar. Dalam konfigurasinya (lihat Angkasa, Desember 2013), tampak KFX tipe E ini hanya ditenagai satu mesin dengan persenjataan di luar yang rawan sapuan radar lawan.


Angkasa mencermati kekaguman ADD (Agency for Defence Development, Balitbang Pertahanan Korea) yang disampaikan kepada tim enjinir Indonesia.  Awalnya, pihak Korea memang sempat menganggap tim Indonesia  tak mengerti soal perancangan jet tempur. Namun, anggapan itu berbalik ketika enjinir Indonesia mulai memaparkan desain dan berbagai masukan terhadap desain Korea. Pihak Indonesia pulalah yang akhirnya memastikan bahwa pesawat harus memiliki berat tinggal landas sebesar 50.000 pound. 




Sumber : Angkasa

17 komentar:

  1. Yg patut kita pertayakan sudah di bohongi ....negara tetangga pun terheran heran proyek kfx sialan makan uang rakyat jutaan dolar akan di lanjutkan kembali ini kebijakan aneh ....semua bahan componen kfx buatan america apa gak mubasir dan ancaman embargo masih menyala yala , f16 bekas masih di tahan 2 dan gak jellas kapan di kirim ?..... kfx proyek pejabat sinting dan gak waras bagus menhan dan team segera ke rumah sakit jiwa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mulai lapar ni orang....makan sana gih biar otaknya ga error

      Hapus
    2. Yang ada mas anonim 9 Februari lah yang masuk rumah sakit jiwa. Uang rakyat? Itu patungan dari devisa cadangan Indonesia dan Korsel, Amerika tidak dilibatkan. Dasar orang bodoh tidak berpendidikan, TOLOL!!!

      Hapus
  2. untuk mncapai impian yang nyata kita sedikit harus gila kawan, hanya orang2 yg pesimis yg mangatakan bahwa itu benar2 gila.. :>) (h)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya setuju,,, kalau dulu Bung Karno nggak gila bermimpi mempersatukan lebih dari 200 suku bangsa dan 18000 pulau menjadi NKRI,,, sampai sekarang kita nggak merdeka !!!

      Kalau para insinyur kita nggak gila untuk bongkar pasang jiplak sana jiplak sini kanibal sana sini truk tua menjadi panzer sampai sekarang kita tidak akan pernah punya panzer Anoa !!

      Ayo maju terus para insinyur kita !

      Hapus
  3. Bener bro, proyek ga jelas.. F16 pun ga dikirim2 sementara tetangga sebelah udah mulai pd reseh.. Berita terbaru papua new guine aja udah mulai lancang ngelebihin australia ngebakar perahu nelayan indonesia dan bikin 5 nelayan tewas.. Seharusnya pemerintah ambil sikap lebih tegas ke papua new guine..

    BalasHapus
  4. Dari proyek inilah kita belajar... bagaimana susah payahnya membuat sebuah pesawat tempur... selagi ada negara korsel yang memiliki manufaktur dan fasilitas pembuatan pesawat tempur yang memadai kita harus mendukungnya... memang tidak mudah dan perlu biaya ekstra untuk membuatnya... namun itulah harga yang harus dibayar untuk selangkah lebih maju... melihat porsi pembiayaannya, korsel membiayai diatas 70% lebih dan sisanya Indonesia... Artinya ini bukan proyek yang sederhana dan main-main, korsel dengan tingkat kemajuan teknologi canggihnya pasti tidak akan berani bermain dan mempertaruhkan masa depan pertahanan... Ini adalah langkah terbaik yang telah dilakukan negara kita... dengan daya tawarnya, berhasil meyakinkan korsel untuk bersama satu tujuan membuat pesawat tempur demi kepentingan bersama-sama.......

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ane stuju dgn pendapat ano, smuanya berawal dari belajar.. Tp pemerintah jg seharusnya mulai belajar ambil sikap & peluang bro.. Kalo ditempat lain ada peluang lbh bagus knp ga di ambil.. Rusia aja pernah nawarin ke brazil utk pembelian 2 skuadron sharga Usd 4 milyar bakal ngasih tot,, atau prancis ama dasault beli 2 skuadron rafale mereka mau kasih 1 skuadron di buat di pembeli apalg utk ke dirgantaraan kita udah lama kerjasama dg perancis.. Pasti lebih gampang dpt tot-nya bro

      Hapus
  5. Sebenernya apa sih yg diincar indonesia dari program kfx/ifx ini?, korsel aja ngulur" terus,belum lagi as jg pasti akan menekan korsel,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bagi Indonesia proyek ini hrs jln bro. Persetan dengan AS. Karena proyek ini akan melibatkan banyak negara sebagai pemasoknya. Karena rawan embargo dr AS Indomesia berharap proyek ini jalan sampai jalan. Ketika Indonesia sdh bs bikin dan memiliki blueprintnya jika AS macam2 Indonesia bisa dengan mudah mengganti dengan suku cadang dr rusia. Ingat peristiwa ANOA. Ketika Indonesia berencana ekspor, renault sebagai pemasok mesin ANOA keberatan jika Indonesia meng ekspor ANOA keluar krn akan akan mengganggu pasar VAB nya perancis. Karena kita yg bikin ANOA akhirnya Indonesia mengancam balik perancis dengan tdk menggunakan mesin dan lainnya dari renault tapi menggantinya dari mercy. Akhnya renault setuju karena takut di tinggal Indonesia. Bro, TNI dan industri strategis Indonesia tidak bodoh sdh mempertimbankan hal2 semacam ini. Pengalaman adalah guru yg terbaik.

      Hapus
  6. Kebijakan mitra pengembangan industri pertahanan setiap negara... pastinya berbeda-beda, dan tidak dapat disama ratakan... namun pastinya sudah ada rencana "Big Ending" yang sudah diantisipasi jika kebijakannya tidak berjalan semulus sesuai dengan yang diharapkan... pastinya sudah ada "Blue Print" yang dimiliki setiap negara yang telah dirancang sebelumnya... Semangat membangun negaraku... Indonesia...

    BalasHapus
  7. Sepertinya kita butuh lebih banyak org yg cerdas dan dianggap sebagai orang gila utk menghasilkan karya yg spektakuler. Dulu pencipta pesawat terbang pertama juga dianggap gila karena bermimpi untuk terbang.

    BalasHapus
  8. Korea menurut saya negara yg mirip dg kita. Sdg semangat2nya membangun. Semangat samsung bisa dicontoh yg sukses mendepak blackberry dan apel.

    BalasHapus
  9. terlalu meremehkan org kita ini korea, blm tentu kalah jg otak org kita dgn dia org, bagaikan ilmu padi org pintar makin menunduk, kl gak tau soal pesawat mn mungkin PT.Di bisa berdiri

    BalasHapus
    Balasan
    1. bukan meremehkan tapi tidak yakin gan
      sama seperti pak bibie yg di anggap german tdak ada apa2nya wong INA aja sdang membangun industri pnerbangannya ternyata mampu membuat rumus dan facktor habibie tentang crack
      dan juga pesawat gatotkaca nekat terbang pake fly by wire yg di anggap tabu di dunia luar sana

      ini sama seperti kisah awal habibie belajar industri penerbangan gan
      INA memang gk bisa menciptakan tapi kita bisa memodivikasi
      motor vespa tahun 60an masih menang lawan satria
      haha

      Hapus
  10. Anjing menggonggong yang kenceng... sekuenceng kuencengnya kalau perlu sampai lehernya putus, PT Dirgantara Indonesia tetap jalan sesuai dengan programnya,membuat pesawat penumpang berbagai ukuran dan pesawat tempur sebagai program lanjutannya,supaya Insinyur Indonesia bertambah pintar dan bertambah pula ilmunya,tidak seperti katak dalam tempurung.

    BalasHapus
  11. Inilah indonesia . Sebenarnya kita mampu kok untuk buat pesawat tempur sendri. Tergantung pemerintah mau nggak ngasih dana yang besar. Selalu saja kalo untuk penemuan dan pembuatan teknologi baru pemerintah ngasih uang penelitian yang sedikit banget. Namun Kalo kroyokan begini kan indo cuma nyumbang sedikit buat dana. Gak pernah dalam sejarah kita kalo kita mau dan ingin itu bisa digelontorkan dana besar. Percaya dirilah, panggil itu para insinyur kita yang bekerja di boeing airbus dll. untuk pulang mengembangkan proyek pesawat tempur sendiri. Dan itu pasti bisa, asal......pemerintah sembodo ngasih dana buat penelitian dan pengembangannya. hayo gimana?

    BalasHapus