Senin, November 25, 2013
11
JAKARTA-(IDB) : Dokumen mantan kontraktor Badan Intelijen Amerika Serikat (NSA), kembali menguak fakta baru. Kali ini yang jadi sasaran tembak adalah Badan Intelijen Korea Selatan (Korsel) dan Singapura.

Harian Sydney Morning Herald (SMH), Minggu 24 November 2013 melansir, kedua negara itu memainkan peranan penting dalam membantu badan intel AS dan Australia menyadap jaringan telekomunikasi bawah laut di seluruh Asia.

Dalam dokumen itu disebut, AS dan lima mitra setia dalam hal intelijen yang lazim disebut "Lima Mata" (five eyes) menyadap kabel optik fiber berkecepatan tinggi di 20 lokasi di seluruh dunia.

Operasi penyadapan ini turut melibatkan kerjasama dengan Pemerintah Lokal dan perusahaan telekomunikasi atau operasi lain yang bersifat rahasia.

Operasi penyadapan kabel bawah laut merupakan bagian dari situs global yang tertulis di dalam dokumen milik Snowden, memungkinkan mitra lima mata mampu melacak siapa pun, lokasi di mana pun, dan kapan pun. Dalam dokumen tersebut kemampuan lima mata itu disebut sinyal inteligen masa keemasan.

Harian Belanda, NRC Handelsblad, sejak Minggu kemarin telah menurunkan tulisan mengenai bocoran dokumen Snowden tersebut lengkap dengan peta penyadapan jaringan telekomunikasi bawah laut milik NSA.

Dalam artkel itu ditunjukkan AS memiliki cengkraman kuat terhadap jalur komunikasi di kawasan Trans Pasifik. Caranya, mereka membangun sebuah fasilitas penyadapan di bagian tepi pantai barat AS dan di Hawaii serta Guam.

Dengan adanya fasilitas itu, AS disebut dapat menyadap semua arus lalu lintas komunikasi di Samudera Pasfik dan juga jaringan antara Australia dan Jepang.

Dalam peta itu juga dikonfirmasikan peranan Singapura yang merupakan jaringan terpenting dalam telekomunikasi bagi beberapa negara, termasuk Indonesia. Selain itu, Singapura juga disebut merupakan pihak ketiga dan mitra kunci yang bekerja bersama lima badan intelijen tersebut.

Sebelumnya, di bulan Agustus lalu, Fairfax Media, melaporkan bahwa Badan Intel Australia (DSD) telah bermitra dengan intel Singapura untuk menyadap kabel SEA-ME-WE-3 yang tertanam dari Jepang melalui Singapura, Djibouti, Suez dan Selat Gibraltar menuju utara Jerman.

Saat itu seorang sumber di DSD mengatakan kepada Fairfax bahwa Kementerian Pertahanan Singapura bidang keamanan dan intelijen bekerja sama dengan DSD dalam mengakses dan berbagi komunikasi yang berada di dalam kabel SEA-ME-WE3. Mereka juga membagikan komunikasi yang tertanam di dalam kabel SEA-ME-WE-4.

Kabel itu ditanam dari Singapura menuju selatan Prancis. Untuk bisa mengakses masuk ke dalam kabel tersebut, dokumen itu menyebut dibutuhkan bantuan dari Perusahaan milik pemerintah, SingTel. Perusahaan tersebut disebut telah menjadi elemen kunci dalam perluasan operasi intelijen dan pertahanan Australia dengan Singapura.

Operasi tersebut telah berlangsung selama 15 tahun terakhir. Pemilik mayoritas saham SingTel yaitu perusahaan Temasek Holdings. Sementara SingTel sendiri sudah diketahui sejak lama memang memiliki hubungan dekat dengan Agen Intel Singapura.

Duduk dalam Dewan Direksi perusahaan tersbut yakni Peter Ong yang menjabat sebagai Kepala Pelayanan Sipil Singapura. Ong sebelumnya bertanggung jawab terhadap keamanan nasional dan koordinasi intelijen kantor Perdana Menteri Singapura.

Menurut ahli intelijen Australia dari Universitas Nasional Australia (ANU), Des Ball, kemampuan sinyal intelijen Singapura sebagai yang terkuat di kawasan Asia Tenggara. Ball bahkan menyebut kedekatan di antara intel Singapura dan Australia sudah terjalin sejak tahun 1970an.

Indonesia Jadi Target 


Sementara intel Negeri Ginseng turut berada di dalam peta dokumen milik NSA. Korsel memainkan peranan sebagai titik kunci untuk menyadap telekomunikasi yang melintas melalui China, Hong Kong dan Taiwan. Badan Intelijen Korsel (NIS) diketahui juga sudah lama bekerja sama dengan CIA, NSA dan DSD.

Hal itu terungkap ketika Direktur Badan Intelijen Australia (ASIO), David Irvine, mengatakan kepada Pengadilan Federal, bahwa agen intel Korsel dan Negeri Kanguru telah bekerja sama selama 30 tahun. Saat itu Irvine berusaha agar dokumen mengenai kerjasama itu tidak bocor ke publik, karena dianggap dapat membahayakan kepentingan nasonal Australia.

Kemampuan NSA disebut juga sanggup mencegat komunikasi melalui satelit. Dokumen Snowden yang diungkap harian Brasil, O Globo menyebut Australia bersama keempat rekan lima matanya kerap melakukan operasi itu.

Operasi penyadapan pertama yang diungkap yaitu fasilitas spionase DSD yang berada di Kojarena dekat Geraldton di Australia bagian barat. Dalam operasi intelijen, fasilitas tersebut disebut dengan kode STELLAR.

Sementara Pemerintah Selandia Baru membangun fasilitas biro keamanan komunikasi di Waihopai di bagian selatan kepulauan Selandia Baru. Untuk fasilitas ini diberi nama IRONAND. Namun di dalam dokumen itu, tidak diungkap nama kode untuk fasilitas DSD yang berada di Shoal Bay, dekat dengan Darwin.

Untuk menyamarkan operasi tersebut, ketiga fasilitas itu disebut NSA, FORNSAT (komunikasi satelit asing).

Selain dibantu Korsel dan Singapura, Negeri Sakura disebut turut membantu aksi penyadapan itu. Mereka ikut mendukung aksi spionase AS dan Australia, karena Negeri Paman Sam memiliki fasilitas penyadapan di pangkalan udara di Misawa. Jaringan penyadapan itu kemudian diperluas dengan membangun fasilitas serupa di misi diplomatik AS di Thailand dan India.

Agen intel Inggris (GCHQ), juga memiliki fasilitas serupa di misi diplomatiknya yang terletak di Oman, Kenya dan Siprus. Dalam peta itu turut ditunjukkan kabel bawa laut yang diakses NSA dan GCHQ melalui fasilitas militer di Djibouti dan Oman.

Fungsinya untuk memastikan jangkauan maksimum penyadapan komunikasi di kawasan Timur Tengah dan Asia Tenggara.




Sumber : Vivanews

11 komentar:

  1. Bgm kita balas singasu....mentari matrix...indosat jgn di pake lg...pasang keluarga arhanud seri -s 300 di seputar singasu....biar stresss tuh pulau.....klo bisa serangan rudal 2 jam rata tuh...singasu

    BalasHapus
  2. Sadap menyadap itu adalah tugas intelijen,tiap negara punya ahlinya,punya badannya.Sekarang kita disadap tak perlu ribut marah sama negara penyadap.Marahlah sama diri sendiri ,jadikan introspeksi ,cari kelemahan kita terus perbaiki.Dewasalah bangsaku.Hancurkan koruptor yang bikin lemah negara ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau disadap tidak ketahuan ya mungkin tidak marah, karena yg ada hanya tinggal asumsi saja. Tetapi apabila disadap dan itu ketahuan, apalagi yg memberitahu adalah mantan vendornya, semua negara mungkin akan marah. Kejadian penyadapan ini seperti anda punya sahabat, trs ada orang lain bilang kalau sahabat anda itu sering nguping anda, sering ngintipin anda, bahkan nguping ketika anda bicara dengan istri anda. Kalau anda digitukan tidak marah ya kebangetan.

      Hapus
  3. Bgmana...msh mau. Sendiri...sendiri itu lemah....ayo demi keamanan dan kemajuan hankam buat aliansi dgn. Rusky dan china...biar asu dkk tdk bs lagi menghina kita...jgn takut...beraliansi itu bukan utk di jajah....tp. Utk kekuatan..presiden mendatang hrs bs membaca ini....

    BalasHapus
  4. Nah tuh betul juga tuh Ano yang dari seminggu lalu nulis,,, jangan terkecoh Australia terus yang digenjot,,, karena yang paling berbahaya itu SINGAPURA & MALAYSIA ,,,,
    Singapura sudah masuk kedalam sistem komunikasi kita,,, kalau Malaysia sudah masuk mata-matanya melalui pergerakan orang,,,, akakakakakakak

    BalasHapus
  5. Gila, tmbh panas dunia ini, ayo para pjuang teknologi lindungi negara indonesia

    BalasHapus
  6. mungkin karena alasan itu china dan iran mengeluarkan peraturan yang sangat ketat terhadap sistem internetnya,,,,

    BalasHapus
  7. NegaraSINGA taik hanya cari modar aja- negri sebesar taik beruk nih belagu banyak gaya-nasib nya bisa mirip KUWAIT 1990 yg di basmi irak gara2 maling minyak* dg roket RX420-LAPAN yg di luncurkan bertubi2 dari batam selatan" seantero negri singa taik ini bisa kiamat- termasuk PM singapura bisa ikutan modar-

    BalasHapus
  8. pcuma nyalahin negara lain. kita harusnya perkuat sistem pertahanan negara dg tidak buta teknologi. Dg jaringan yang dibuat oleh negara seperti Amrik ya tentu saja resikonya adalah bisa dibelokkan untuk kpentingan mereka. Kita kembali kan saja pada zaman sandi2. jadi kalo presiden bicara penting tentang negara ya makai bahasa sandi. presiden wajib tahu bahasa sandi . Atau buat teknologi anti penyadapan dan tidak makai satelit. Krn teknologi yg dibuat negara barat, konsekwensinya adalah untuk kpentingan mreka sendiri. Kita benahin ke dalam. Sudah gak zamannya lagi kita kepanasan karena tingkah negara lain, sementara kita gak memperbaiki masalah pokok yang utama, yaitu kelemahan kita yng sllu bicara dengan sllu dapat disadap negara lain. nah itu tu benahin yang ini saja. biar mereka kecele. ya kan?

    BalasHapus
  9. singap asuh mudahan kena tsunami tuh negara...

    BalasHapus
  10. ƍĪ perlu pake senjata canggih bantai singapore mah,cukup bakar2an sama satu yonif di batam itu uϑάћ abis,negara segede jakarta aja ulahnya sok iye...akhirnya terbuka semua siapa teman dan lawan negara indonesia tercinta ini....tinggal menunggu waktu aja...

    BalasHapus