Komisi I DPR RI telah melakukan kunjungan ke enam industri pertahanan
Ukraina. Diharapkan, ini bisa memberikan gambaran yang posistif untuk
perbaikan kepentingan industri pertahanan Indonesia nantinya.
UKRAINA-(IDB) : Komisi I DPR RI telah melakukan pertemuan dan kunjungan ke sejumlah
industri pertahanan Ukraina pada Selasa (16/4) waktu setempat.
Setidaknya ada enam industri pertahanan di sana yang dikunjungi.
Keenam industri tersebut terdiri dari industri lapis baja, industri radio, industri missile/roket jarak jauh dan luar angkasa, industri penerbangan, industri perkapalan, dan usaha ekspor.
"Kunjungan ke lokasi sejumlah industri pertahanan di Ukraina ini, dimaksudkan untuk mendapat gambaran dan penjelasan mengenai jenis-jenis alutsista unggulan yang mereka produksi," ujar anggota Komisi I dari Fraksi PPP Husnan Bey Fananie, yang ikut dalam delegasi kunker, kepada JurnalParlemen, Rabu (17/4).
Sehingga, itu nantinya diharapkan dapat memberi masukan dalam pemantapan bagi pengelolaan industri pertahanan dalam negeri, guna menghasilkan alutsista yang modern untuk TNI dan menggunakan standar teknologi alutsista yang umum digunakan oleh negara maju saat ini.
"Indonesia sangat tertarik untuk menjalin kerjasama, karena Ukraina adalah negara produsen peluru kendali ketiga terbesar di dunia. Pola kerjasama yang diinginkan Indonesia adalah ToT (Transfer of Technology), produksi bersama, dan perdangan umum," tukas Husnan.
Selama kunjungan kerja ke perusahaan industri pertahanan Ukraina, delegasi Komisi I DPR RI telah mendapat berbagai informasi dan penjelasan yang sangat berharga dari pimpinan perusahaan industri pertahanan tersebut.
"Dari
berbagai informasi dan penjelasan terkait keunggulan alutsista yang
mereka produksi, termasuk cara atau manajemen pengelolaan dan pembiayaan
industri pertahanannya, serta cara pemasarannya, saya berharap dapat
memberikan gambaran yang posistif untuk perbaikan kepentingan industri
pertahanan dalam negeri nantinya," katanya.
Sumber : Jurnamen
Menghasilkan MoU nggak untuk produksi Propelan? Atau MoU untuk produksi Intercontinental Balistic Missile di Indonesia dg teknologi Ukraina yg katanya produsen rudal paling sukses dan paling huebat nomor tiga di dunia, padahal yg sudah berhasil dlm pengembangan missile secara nyata adalah Iran, dan Iran sangat ingin membantu dan sangat mau kerjasama membuat missile dg Indonesia tanpa syarat apapun.
BalasHapusKemblai lagi tawaran simpatik tersebut juga nggak di tanggapi.
Mungkin para pembuat kebijakan di Indonesia sangat takut dengan Amrik atau mungkin takut dg stigma negara Syiah apabila kerjasama di industri senjata strategis tsb dilaksanakan.
mana berani mas bro pemimpin2 kita kerja sama dengan Iran...
BalasHapusBerani mereka kerja sama berarti sudah siap di dongkel sm om Sam...
Pemimpin kita kan tipe2 orang yg cari aman saja tanpa mikir kemajuan bangsa,nie tambah lg ada segelintir orang yg menjual jiwa merah putihnya kepada asing seperti Kontras,Komnas Ham,imparsial yg siap menggembosi apabila Negeri ini baru mau bangun....
jngn cuma ngejar ilmu ke iran ekonomi kita yg 10th ini hasilnya bagus trus hancur dlm sekejab
BalasHapusklo mau sama iran nanti di 2030 karna disitu kita sudah memiliki hak lebih karna ekonomi kita masuk G-7
Indonesia perlu kerjasama dng ukraina utk menambah ilmu utk cara membuat propelan pd rudal dan cara membuat pendingin bertahan lama shg rudal dpt melaju jauh dr jarak sblmnya saat terbakar, dan cara menggabungkan bootster untuk membantu pendorong utama serta kecepatannya setidak2nya sama dng yg diinginkan atau melebihi dr target
BalasHapus