Diungkapkan Ketua Pelaksana Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP), Laksamana (Purn) Sumarjono di Kementerian Pertahanan, Rabu 19 Februari 2014. Dalam membangun sistem pertahanan negara, harus juga dipertimbangkan geografis Indonesia yang sangat luas.
"Bagaimana mengkover area luas itu, harus ada alutsista untuk pengamanan," ujarnya.
Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan alutsista yang masih kurang adalah dengan memberdayakan industri pertahanan dalam negeri.
"Kami masih tergantung negara lain, kalau bisa memproduksi sendiri akan ada efisiensi cost, kalau bisa merebut tekno tinggi sebagai pemasuk, maka akan diperhitungkan negara lain," katanya.
Sementara Staf Ahli bidang kerjasama hubungan kelembagaan KKIP, Silmy Karim mengatakan, dalam mewujudkan kemandirian industri pertahanan, sudah ada industri pertahanan yakni PT PAL yang telah mendapat persetujuan dari DPR untuk penyertaan modal negara sebesar 250 juta dollar untuk tahun 2014.
"Ini adalah salah satu upaya dalam rangka membentuk kemandirian industri pertahanan," katanya.
Dia menambahkan, sejumlah hal juga tengah direncanakan untuk menambah alutsista antara lain adalah kapal selam, jet tempur, medium tank, pesawat tanpa awak, radar hingga amunisi kaliber besar.
"Ini pilihan, apakah Indonesia hanya ingin sebagai konsumen atau produsen," katanya.
Belum lama ini, sebanyak 16 unit pesawat T-50i Golden Eagle guna memperkuat Skuadron Udara 15 Pangkalan Udara Iswahjudi, Madiun, Jawa Timur, yang berada di bawah Komando Operasi AU II.
Pesawat tempur ini didatangkan dari Korea Selatan. Dalam semenit, bisa menyemburkan 2.000 peluru. Pesawat tempur ringan ini didatangkan untuk meremajakan alutsista TNI yang sebagian besar sudah berumur puluhan tahun.
T-50i adalah pesawat latih supersonik buatan Amerika-Korea dan dikembangkan Korean Aerospace Industry dengan bantuan Lockjeed Martin.
Nantinya, T-50i tidak hanya difungsikan sebagai pesawat latih, tapi juga untuk bertempur sungguhan. Untuk 16 unit pesawat ini, Indonesia mengeluarkan anggaran US$400 juta atau kurang lebih Rp4,8 triliun.
Sumber : Vivanews
Saya setuju dgn pendapat Bp Karim Benzema, maju terus bangsaku..Anda butuh pengacara perceraian, pidana dan perdata lainnya?hub : 081384844047 Ferdinand Hutapea, SH.. Salam sukses untuk anda..
BalasHapusSekarang sudah saatnya Indonesia harus maju di segala bidang,harus punya mimpi yang tinggi dan visi jauh ke depan,supaya tidak terus diremehkan oleh negara negara jiran,Indonesia harus memegang tongkat komando di wilayah asia tenggara,menjadi pemimpin di Indonesia harus otomatis juga menjadi pemimpin di asia tenggara,tunjukkanlah kepada dunia bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar dan kuat.
BalasHapusPermbuatan alusista di dalam negeri tidak hanya utk kemandirian dan kemajuan bangsa, jg agar devisa tdk terbuang percuma ke luar negeri tapi tetap mengalir di anak bangsa. Walaupun investasi awalnya pasti sgt mahal utk infrastrukturnya tapi tdk ada artinya bila kita bisa mandiri, bisa menambah pengetahuan dan teknologi maju serta pasti akan menambah kekagumam anak bangsa. Kita lihat saja betapa bangga kita bisa memproduksi N250 dulu walau tdk jadi diproduksi akibat kecilnya rasa nasionalisme para pemimipin kita terutama di DPR yg hanya mementingkan uang tip saja.
BalasHapusPerhatian utama seharusnya adalah kemandirian RUDAL kalau ini bener terjadi maka negara manapun akan pikir2 utk macam2....contoh peluncuran rudal iran, cina, korut padti dunia militer heboh dibanding peluncutan pesawat.dan kapal....ayo maju indonesiaku
BalasHapusBanyak sekali manfaat yang kita dapat saat kita mau membaca.Karena jika kita gemar membaca dan belajar maka kita akan peroleh Ilmu dan wawasan yang lebih luas.
BalasHapus