JAKARTA-(IDB) : TNI Angkatan Darat berencana membeli
44 helikopter, terdiri dari 24 unit Bell 412 dan 20 unit Black Hawk.
Pengadaan itu merupakan bagian dari pengorganisasian alat utama sistem
persenjataan (alutsista) TNI AD. Demikian disampaikan KSAD Jendral Pramono Eddy
Wibowo dalam Kompas edisi 12 Februari lalu.
Dengan kata lain, pembelian helicopter itu merupakan bagian dari rencana
pembangunan postur TNI AD. Formula pembangunan postur militer seharusnya
mengalir dari proses penghadapan (wargaming) antara ancaman nyata maupun
potensi yang dihadapi dan filosofi pertahanan dan politik luar negeri yang
dianut. Dari sana dibangun konsepsi sistem pertahanan atau doktrin, yang secara
hierarkis berupa doktrin dasar, induk, dan pelaksanaan. Kemudian, berdasarkan
doktrin ini dibuat konsep pokok pengorganisasian militer.
Di sisi lain, dari inventarisasi jenis ancaman yang mungkin dihadapi,
didapatkan jenis-jenis operasi yang mungkin dilaksanakan, selanjutnya, dari
penghadapan antara konsep pengorganisasian dan jenis operasi militer yang
mungkin dilaksanakan itulah diperoleh postur yang diinginkan. Postur militer
terdiri dari aspek kekuatan, kemampuan, dan penggelaran. Hemat saya, kurang
tepat jika postur TNI dibangun untuk tujuan perimbangan kekuatan karena akan
menimbulkan persaingan senjata yang tak sehat dan membahayakan stabilitas
keamanan di kawasan.
Tepat Guna
Berdasarkan paradigma diatas, Buku Putih Pertahanan Indonesia 2008 yang masih
berlaku sampai saat ini menempatkan ancaman militer berupa pemberontakan
senjata, terorisme, pelanggaran wilayah, sabotase, dan konflik komunal sebagai
ancaman yang paling mungkin dihadapi. Bahkan, kini, dalam iklim kebebasan
nyaris tanpa batas yang dihembuskan liberalism, konflik komunal dengan berbagai
macam latar disertai tindakan kekerasan tampaknya kian meluas dan meningkat
sehingga dinilai dapat membahayakan keselamatan dan keutuhan bangsa. Selain
itu, negeri ini secara kodrat memiliki potensi bencana alam yang luar biasa
besarnya. Potensi ini pun kian bertambah besar karena kita abai terhadap
masalah lingkungan.
Tanpa mengabaikan kemungkinan (kecil) operasi militer konvensional, maka jenis
operasi militer yang paling mungkin dilaksanakan TNI adalah operasi lawan
gerilya, penangulangan terror, operasi inteligen, dan territorial. Selain
melaksanakan tugas pembantuan kepada Polri dalam upaya pencegahan, meredamkan,
atau mengatasi berbagai macam konflik, yang kerap dilakukan adalah tindakan
pertolongan darurat, mitigasi, dan rehabilitasi atas bencana alam.
Dalam melakukan operasi militer serta semua kegiatan di atas, TNI dituntut
memiliki kemampuan mobilitas tinggi sehingga deployment pasukan darat
dilakukan dalam waktu singkat dan masif. Dalam kontek ini, rencana pengadaan
kedua jenis helikopter tadi dinilai sangat tepat, terlebih bila dihadapkan pada
konfigurasi wilayah Nusantara dengan segenap karakteristiknya. Jumlah 44 unit
atau hampir 3 skuadron besar sangat mungkin untuk di bawah kendali operasikan
atau dalam status earmarked bagi beberapa kodam yang memiliki daerah
panas dalam wilayahnya sehingga setiap ancaman militer yang dihadapi dapat
diantisipasi dan diselesaikan ketika masih embrional.
Helikopter Bell 412 buatan Bell Helicopter Textron ini sudah lama diproduksi PT
DI Bandung sehingga TNI, khususnya Pusat Penebangan TNI AD, sudah terbiasa
dengan helicopter jenis ini. Populasinya pun sangat besar, variasi militernya
digunakan oleh lebih dari 40 negara sehingga tak sulit mendapakan suku
cadangnya di pasar internasional. Adapun Black Hawk, helicopter serbaguna
buatan Sikosrsky Aircraft yang dioperasikan sejak 1978, merupakan helikopter
canggih yang kini melegenda.
Sama halnya Bell 412, populasinya kini sedang mendunia. Negara tetangga yang
sudah mengoperasikan adalah Australia, Singapura, Malaysia, Brunei, Thailand,
dan Filipina. Karena daya angkut dan kemampuan mobilitasnya tinggi, Black Hawk
milik AS, Australia dan Singapura sangat berjasa menangani tsunami di Aceh dan
Nias pada 2006. Demikian pula jika dihadapkan pada potensi ancaman yang dapat
muncul tiba-tiba, kedua jenis helikopter itu sangat efektif memindahkan pasukan
secara airlift dan pendorongan logistic.
Dilihat dari kacamata perawatan pasca-penjualan dan kemungkinan alih teknologi,
pembelian kedua jenis helikopter itu sangat menguntungkan. Ini disebabkan
selain PT DI sudah memproduksi Bell 412, pada masa lalu TNI AU juga pernah
mengoperasikan Sikorsky S 58T Twin Pack yang merupakan generasi terdahulu Black
Hawk. Selain itu, kita sudah memiliki cukup pengalaman dalam pengoperasikan dan
perawatannya, juga sudah terbuka jalan bagi proses alih teknologi kedua jenis
helikopter tersebut.
Perlu Didukung
Rencana pengadaan 44 unit helikopter itu perlu didukung penuh pemerintah dan
DPR, bahkan seharusnya ditempatkan pada skala prioritas tertinggi karena jauh
lebih rasional dan realistis ketimbangkan Tank Leopard. Namun, hendaknya jangan
ditinggalkan masalah prinsip dalam setiap pembangunan kekuatan militer.
● Pertama, pengembangan kekuatan tanpa disertai peningkatan kemampuan dan
kesejahteraan yang memadai adalah bom waktu yang sangat berbahaya.
● Kedua, harus sesuai dengan realitas kemampuan ekonomi nasioanl. Apabila
tidak, alutsista yang dibeli dengan cepat akan jadi besi tua karena tidak mampu
membeli suku cadang.
● Ketiga, harus konsisten pada skala prioritas yang ditentukan.
Sumber : Kompas
hhhhhhhahhhahhh.....Hilang deh apache... apa memang indonesia tak jadi beli karna murni "kemahalan" atau ada intrvensi dari tetangga?? siapa tau..
BalasHapusKayanya sih begitu mas bro dari dulu kita selalu di stting dibwh singa,thai dan ausi
HapusBuat apa itu, kl heli angkut ada heli bell ngapain beli Blackhawk...
BalasHapusAda-ada ajah nih
Betul broo..sesekali buat lah rakyat bangga..beli yang hebat sekalian untuk angkut CNOOK , untuk serang apache. jangan tanggung tanggung.. jangan lupa sama S300/400 rusia untuk pertahanan lanud, mang mahal ,kan sesuai harga dengan performa, duit di simpan simpan toh di korupsi juga. bosan lah dengar comment jiran jiran itu (rekan kerja saya banyak orang itu)indonesia ade pesawat pejuang canggih tapi tak ade senjate pon.. macem buat nakutin budak budak doang...
BalasHapusMantap mantap jendral anda yg paling tau apa yg tentara butuhkan
BalasHapusOm boleroes11..buat lah team ngumpul koin untuk sumbangan nambah biar dapet apache, boleh tidak om..(bercanda aja kok)
BalasHapusLagak2nya kena 'sirep asing' lagi nich... Hadewh
BalasHapusYang penting bisa bawa bawa rudal dan bisa nembak :p
BalasHapusHaaaaahhhhh
BalasHapusMembesar besarkan blek hawk
YANG BIKIN GA REALISTIS TU KORUPSINYA.. INDONESIA NEGARA KAYA SDA KE 4 DI DUNIA.. MAU BELI 10 SKWADRON APACHE PUN SANGGUP.. BUKU PUTIH TNI TH 2008 TU APA BENER MURNI PRODUK RI TANPA MUATAN ASING ? TULISAN JEND. (Purn) KIKI SYAHNAKRI INI DIMUAT DI KOMPAS HARI INI, JAMAN KIKI SYAHNAKRI TU KITA "PASRAH" TIMOR TIMUR LEPAS TANPA "PERLAWANAN" ! BAHKAN PAPUA PUN "DIGADE'IN" JUGA KE FREEPORT PADA JAMAN ITU !
BalasHapusBuat tow76,,bener tuh.dia nulis di kompas udh di bayar..yg bayar siapa? ??? Cari tau sndri..
HapusBro Tow76.. memang betul begitu ya ..brarti tetap ada intervensi pihak asing dalam target MEF tni?
BalasHapusTNI lihat negara tetangga kita spt singapura walaupun negara kecil tapi belanja alusistanya melebihi indonesia jadi tdk tepat bila alasannya agar tdk terjadi perlombaan senjata di kawasan krn memang jelas alusista kita tertinggal jauh dari negara tetangga. Mau ngemeng apa lg coba..
BalasHapus"invincibility can be reached by defensive act but Victory only can be reached by offensive act."
BalasHapusZero enemy ??? kiss my a**.... wake up generalss ...!!
Nasib...nasib,memang bangsa kita nih gampang banget dikebiri bangsa asing,yg pengen indonesia selalu dibawah ketiak asing,gak bisa macam IRAN,CINA,KOREA,yang tegas dan peduli terhadap kehormatan dan harga diri negaranya.
BalasHapus@Tow76 bagaimana dengan alasan aes yg membuat harga apache melonjak : http://www.citizenjurnalism.com/hot-topics/ri-beli-8-helicopter-apache-untuk-operasi-di-papua/
BalasHapusindia bisa dapat 22 ekor dengan 1,4 billion : http://articles.timesofindia.indiatimes.com/2012-08-21/india/33302088_1_military-aviation-deals-p-8i-heavy-lift-helicopters
apakah mau kita terus terusan di tekan dengan aes...
Bersabarlah karena kita tau tujuan aes untuk menekan kita untuk dijadi sekutu atau memilih di antara satu block..
Jadi benar ada unsur politik dan bisa juga ada broker di balik Jual beli alusista.
Menurut logik saya untuk heli serang knapa ga diambil dari negara lain, yg punya kemampuan sama dari heli aes..
untuk pesawat angkutnya barulah kita ke aes !!
Itu juga cukup untuk kesimbangan kawasan.
Saya rasa ada yg mengentit untuk pengadaan heli serang ini.
Harus benar benar diperhatikan lagi anggaran yg akan kluar!! #saveRI #saveKPK
Faktanya jangankan jiran2 sebelah..jepang yg notabene secara geografis terletak agak jauh saja berkomentar cukup pedas ketika RI akan mengakuisisi Kilo class..so sedikit atau banyak, berkualitas atau tidak pengembangan alutsista RI tetap saja menjadi gunjingan bahkan tekanan tetangga2 se-asia..padahal mereka sendiri terus memodernisasi alutsistanya dengan pongah..jadi kenapa harus malu2??kenapa harus segan??apa lagi takut.."Politik pencitraan" boleh lah di level pergaulan internasional..tapi jadi ironis kalau militer dan pertahanan negara juga harus ikut2an mengadopsinya..tidak perlu bangga di sebut "saudara serumpun" tidak perlu over PD ketika di lebeli "saudara tua" tapi di sisi lain di hina...berikan sedikit ruang kebanggaan di dada rakyat yg harga dirinya di lecehkan jiran ini...bila pembangunan alutsista RI menjadi persoalan atau sandungan dalam pergaulan international maka jawabannya mudah : bahwa Diplomat2 kita telah gagal melaksanakan fungsi diplomasinya!!
BalasHapusBetul sekali mas bro..
Hapushanya satu kata... menyedihkan :'(
BalasHapusmiris.... mana yg lebih mahal
BalasHapuskedaulatan atau peralatan perang nomer wahid....???
Sekali lagi masalah politik kawan-kawan,...tetangga selatan dan utara RI yang merupakan sekutu Amrik pastinya tidak mau ambil resiko dengan membiarkan Amrik menjual alutsista yang dapat membuat RI lebih kuat dan bertaring dibanding mereka. Jangan anggap para tetangga tersebut hanya bisa mencegah dari sisi luar RI saja, tetapi dari dalam RI sendiripun mereka bisa lakukan, ya....antek-antek itulah.
BalasHapusBuku putih militer indonesia seharusnya diupdate dgn percobaan pengambilalihan ambalat oleh negara jiran, pemindahan tapal batas oleh negara jiran jg, konflik laut cina selatan dan keamanan kepulauan natuna dll. Penulis berusaha meyakinkan kita supaya lengah dan terus tertinggal akan kemajuan teknologi militer.
BalasHapusperlombaan senjata dr hongkong, kita itu alutsistany udah ketinggalan jauh, walaupun kita tlah mencapai pkok minimum , tetap aja ketinggalan.......
BalasHapusngak usah liat jauh2, liat ja singapur. jdi perlombaan senjata itu bukan alasan, berani dilkit kek......
awas ada malon yg nyamar apa pengen pindah negara ya
BalasHapusApache 8 ekor vs black hawk 20 ekor + bell 24 ekor = tni bodoh kah??? NKRI runtuhkah?
BalasHapussekalian bisa menanggulangi pengangguran di amrik...
BalasHapuskok pada ababil ya
BalasHapusdlu pas awal berita ini muncul pada koar2 knp gk ini aja daripada apace yg cuma 8 ekor
skrng udah terealisasi yg koar2 bilang eh skrng pada dukung apace
gmna sih
Namanya jg ababil gan merkakan yg penting komen + mencela = mencapai klimax
Hapusapache 8 ekor vs 40 jenis lawas = apahce 1 : 0 lawas yakin nih udah nggak mau apache?? Bisa nenteng banyak kacang goreng lho
BalasHapusCannon : 1 x 30-mm M230 cannon
Missiles : 16 x AGM-114L Hellfire 2 anti-tank missiles,
Stinger 4x, Mistral of 2 x
AIM-9 Sidewinder air- to-air missiles or 2 x
AGM-122 Sidearm anti- radar missiles
Other : rocket pods.
YouTube The 4 Best Attack Helicopters
in the World - 2012 : www.youtube.com/watch?v=edcPj_bdxTw
maaf UH60 nggak bisa ikut action udah tua sedikit di ragukan kemampuanya (OSAMA B.L)
guns : machine guns
Missiles : AGM-114A Hellfire anti- tank missiles, Stinger air-to-air missiles
other : M56 mine dispensing pods and rocket pods.
Yg jadi permasalahan, kenapa alternatifnya hanya AS? Dari sisi inilah terlihat adanya ketidak beresan n ketidak bebasan Indonesia dalam pengadaan Helikopter Serang. Klo alasannya kemahalan, kenapa tidak segera beralih ke negara lain. Ada kepentingan apa dibalik pengadaan ini. Kenapa membiarkan negara kita didikte negara lain... wah wah wah...bahkan pola pikir kita sudah terjajah
BalasHapusAnonim 20 Februari 2013
BalasHapus06.34
Salah tangkep nih pasti..
kemarin perbandingannya bukan antara APACHE dengan BLACK SHARK..
Terus kenapa sekarang bisa jadi blackhawk??
Aneh jangan jangan udah katarak nih..
Nkri tetap aman damai kalo perlu rakyat yg bantu kaya dijaman bung karno
bukan pola pikirnya saja yg sudah terjajah. budaya timur pun sudah mulai luntur dan sedikit beralih kebudaya barat..
BalasHapushttp://www.freeimagehosting.net/uploads/452b9efccc.jpg
> Membaca dan mencermati artikel diatas yang di ambil dari harian "Kompas" sekaligus celotehan para Ano-Ano yang lucu-lucu namun mempunyai semangat dan jiwa Nasionalisme yg tinggi, komen saya sbb:
BalasHapus1. Penulis artikel diatas kelihatannya sudah di set untuk memberi pengaruh dan menggiring opini atau mengajak kepada para pembaca, bahwa rencana pembelian dan pengadaan helikopter serbu "Black Hawk" oleh KEMHAN adalah pilihan paling "TOP MARKOTOP".
2. Dengan berbagai dasar alasan yang kadang menggelikan, pembaca yang paham betul dan mempunyai pengalaman sistim pengadaan material di Kemhan dan TNI di buat "muak" dengan artikel tersebut.
3. PT DI sampai sekarang belum mempunyai kemampuan untuk membuat Helikopter apapun, yang nyata adalah ; PT DI beberapa tahun yll. mendapatkan Lisensi untuk hanya melakukan "Assembling" terhadap produk-produk Helikopter diantaranya : BELL, BOLKOW-105,PUMA DAN SUPER PUMA, dan Lisensi terakhir adalah helikopter Cougar mungkin Fennech..
Khusus untuk Helikopter BELL sudah lama dicabut lisensinya, dan helikopter Bolkow 105 sudah tidak produksi lagi karena pabriknya tutup.
Saya salut dengan keterbukaan Dirut PT DI yang dengan terang benderang memberi clearence tentang kemampuan PT DI baru-baru ini.
4. Terkait dengan rencana yang sudah matang dan pasti bahwa kita akan mengalihkan pembelian / pengadaan Helikopter Serang "Apache" 8 unit, yang kemudian secara mendadak diganti dengan pengadaan / pembelian Heli Serbu "Black Hawk" 20 unit, menimbulkan pertanyaan ada apa?
5. Renstra TNI-AD tentang kebutuhan Helikopter sebenarnya sudah jelas dan informasinya pernah dimuat di berbagai media secara resmi, bahwa Helikopter diperlukan untuk mendukung 2(dua) dari 3 Divisi baru bentukan Jendral TNI George Theosutta, yakni Divisi Airborne dan Divisi Mobile Udara, sedang Divisi satunya lagi adalah Divisi Infanteri Mekanis.
Sehingga untuk akan di bentuk pangkalan helikopter baru yang direncanakan di titik pangkalan diantaranya di Sumatera Selatan, Kalimatan Timur, dan Timika Papua.
Namanya Divisi Airborne ( Kavaleri Udara ) tulang punggungnya ya Helikopter, kalau di AS malah ada satuan "Night Stalker" dg dukungan heli MD 500 sampai CH-47 "Chinook"
Begitu pula Divisi Mobile Udara ( Mobud = Infantery Udara ) helikopter adalah tulang punggungnya.
Nah, proses pemilihan helikopter ini, helikopter yang masuk nominasi untuk dibeli adalah BELL, Agusta, karena sifat dan karakteristik sangat mendukung gerak pasukan Divisi Airborne maupun Mobud dimana diantaranya adalah : Aspek Kemampuan Teknis Heli, Kemudahan dan percepatan unloading pasukan dg Sliding door yang lebar, dapat hoover hampir rata tanah meminimalisir terkilirnya kaki prajurit, dapat dipasang roket FFAR 2,75 Inch, SMB 12,7mm atau SMR 7,65mm mampu membawa 16 prajurit dengan Kaporlap maximum.
Disamping itu, populasi Heli Bell ini sudah ratusan ribu unit diseluruh dunia, dari Bell - 212 sampai Bell-412 yang paling anyar.
Mempunyai segudang pengalaman tempur alias "Battle Proven" di setiap pergolakan di dunia.
6. Sudahkah dibuat matrix teknis maupun bisnis secara menyeluruh dan obyektivitas sangat dipercaya perihal pemilihan pembelian dan pengadaan Helikopter "Black Hawk" tersebut?
Jangan-jangan Matrix yg dibuat sekedar Matrix yg dibuat sekedar "ABS".
Padahal kalau dihitung dengan baik, anggaran besar seperti itu tentu kalau dibelikan Heli Bell refurbish dapat puluhan unit, yang berarti konsekwensi logis dari pembentukan 2 Divisi baru yang tulang punggungnya helikopter dapat terealisir secara gradual.
Membuka lapangan kerja dan peningkatan kegiatan PT DI karena dg populasi helikopter yg banyak, akan menghidupkan workshop sampai level Har Depo di PT DI.
Demikian komen saya yg singkat.
Kang boler kok point 3 yg menyatakan PT DI tak punya kemampuan buat heli dan semua lisensi dah di cabut!! Bertentangan dgn point 6 beli heli bell agar memberi pekerjaan pada PT DI!! Maksud loe????
BalasHapuseghmm.. manuver politik biasalah.. mana mau si sam rela nglepas apache ke indonesia..? kalo mau nglepas apache jg ada udang dibalik rempeyek. rusia jg gak kalah bagus..malah gak dilirik sama sekali. penipuan dari media udah di skenario amerika kalo apache itu rajanya helicopter..preeeettttt...! coba ketemu ka50 hokum atau aligator rusia... pilot apache juga langsung ciut.. amerika tu biang Hoax. salah satu penipuan terbesarnya adalah pengiriman astronot ke bulan neil amstrong..film rekayasa garapan NASA dan Holywood.
BalasHapus> Ano, baca yang bener, maksud gue nih, PT DI sudah nggak punya Lisensi ngebangun Heli Bell lagi, jadi sekarang beli tunai dalam keadaan CKD ( Complete Knock Down ) trus baru di cat sraaat, sreet, srooot, pasang initial usernya diserahkan gitu dg Cap buatan "PT -DI" jadi bukan semua heli ya. hey Ano jangan ngantuk dong !!! kalau diberi pelajaran.
BalasHapusLha maksud gue, kalau beli heli Bell banyak, workshop PT DI dapat kerjaan banyak untuk ngerawat dan nyerpis heli gitu lho sampai Har Depo = Har = Pemeliharaan. Depo = Kemampuan pemeliharaan helikopter secara keseluruhan dan mampu merubah / menambah kemampuan.
Udah ya, gue makan singkong goreng dulu, mau ikutan pa?
Ehem....mari kita lihat AD Turki yang sudah menggunakan 3 jenis heli angkut medium yang ada yaitu S-70A Blackhawk, AS-532 Cougar dan Mi-17.....mungkin kita bisa tarik hikmah dari pengalaman mereka,,,,
BalasHapusS-70A Blackhawk performanya baik untuk daerah yang tinggi atau daerah yang bersuhu panas. Blackhawk juga lumayan kuat dalam hal crash resistant...
AS-532 lebih sesuai dengan iklim dimana daerah operasinya memiliki luas lautan yang lebih banyak dari pada luas daratannya, dengan kata lain lebih sea friendly....karena cabinnya yang luas biasanya AS-532 digunakan untuk misi2 CSAR/SAR.
Mi-17 oleh AD Turki digunakan sebagai Heli Utulity/VIP/Medavac dikarenakan biaya Operasinya yang murah dan cabinnya yang paling luas diantara ketiga varian heli ini
Kalau melihat pengalaman dari AD Turki saya kira kalau hanya untuk heli angkut medium saja nggak perlu tuh Blackhawk karena kita baca PT. DI sudah punya lisensi untuk membuat Cougar.....dan notabene negara kita adalah negara Maritim......
Terlepas dari "Orderan" penggiringan opini publik yang terjadi saya tetap berpandangan sesuai dengan UU Industri Pertahanan maka pembelian Blackhawk harus batal demi hukum....karena spesifikasi dari Blackhawk sebagai Heli angkut medium sudah dapat di produksi oleh Industri Pertahanan dalam negeri dalam bentuk AS-532 Cougar.....lain halnya bila yg ingin dibeli adalah AH atau Attack Helicopter....ingat tetap harus ada ToT bila mengacu pada perundang2an tadi.
BELL, dan Agusta attack tak punya gigi semakin parah ajah ni gak ada kekuatannya sama sekali emang masih hidup itu pesawat??
BalasHapusMending beli dolpin aja dech pasti dapet banyak tuh lumayan buat ngankut orang yg berdarah darah.
Dri pada beli Agusta cuma ngandelin Hellfire lagikan.. Rusia juga punya yg multi multi, rocket pod aja awalnya dari soviet..
Jadi inget kata kata ini
"amerika punya komputer yg canggih, sedangkan rusia punya matematika yg akurat".
Oh gitu kang boler maklum agak lemot, gw ngartii penjelasan wong pinter!!! Jd maksud nya kang boler ngasih order ngecrot eh... Ngecet seraaat srooot sama PT DI yg selama ini PT DI kami anggap maha karya nya RI??? Kalo ngecet mah ke sy aja kang boleeer!!! Mau di merek "ku tunggu janda mu" seperti di bak truk juga boleh!!! Bagi2 ordernya kang boleeer !!!!!
BalasHapus>Ano 09.12 Gue pesen tulisan " NGgak Pulang Rindu, Pulang Malu " sama "putus Cinta nggak seberapa, putus gandengan hilanglah nyawa" Creeettt, craaaaattttt, jadi gambar si cewek yang pakai kain dan kebaya dengan senyum manis......mampir ah di pinggir jalan raya Dawuan, Indramayu. Pijet.
BalasHapusTanjung Perak kapale kobong mas, monggo pinarak kamare kosong........
aku yakin setelah pembelian black hawk n bell 412, TNI AD akn membeli helikopter tempur buatan Rusia (Kamov Ka-52 Alligator atau ka50 hokum) karena hrganya yg lebih murah dari apache, selain itu jika AD membeli apache, kemungkinan terjadinya embargo akn ada dimasa yg akn dtng, ingat TNI tdk akn msuk kelubang yg sama untuk kedua kalinya...........
BalasHapusKalo masuk ke lubang yg sama buat kedua kali nya,siapa yg mau tanggung jawab?? LOL
BalasHapusIntinya jangan sampai hal ini menyebabkan pelanggaran UU Industri Pertahanan Pasal 43....
BalasHapushttp://www.hukumonline.com/pusatdata/download/lt50890d2d36639/parent/lt50890c73647a8
Tangan A es telah sampai dimana mana...........,bantuan,kerjasama,asal ........bla...bla,,,,,
BalasHapusOon bin tolooooool
BalasHapusJosss kebodohan para petinggi kita.
Tepuk tangan semuaaaa
kalo helicopter serbu versi nya russia emang nya kalah hebat gitu ama versi nya amrik ????
BalasHapusKaya'y petinggi2 qt pada tunduk sm intervensi asing..ayo om2 pejabat, ngpain beli black hawk.beli aja blackshark yg banyak.beli sekalian 5 skuadron.harga lbh murah tp spec dan manuver2 nya lbh mumpuni..sekalian beli jg PAK FA nanti klo udh di produksi massal.ga usah banyak2 1 skuadron aja.trs jgn lupa jg beli S 300/400...duh bangganya klo semua itu bisa kita miliki......
BalasHapusGa dapat apache gosipnya dilarikan ke Black Hawk, ntar ga dapat Black Hawk kemana lagi????
BalasHapusBukannya PT DI da ngembangin gandiwa helikopter serang ringan, kenapa ga dilirik ini helikopter ma TNI ya??? wlu bny pro kontra jika helikopter gandiwa di beli ma TNI setidaknya kita mempunyai kebanggaan tidak membeli barang impor lagi dan awal keberhasilan penjualan helikopter militer didunia dimulai dr pemakainya adalah si negara pembuat....
Ayo para pejabat indonesia pembuat kebijakan kapan kau brani memakai produk dlm negeri, apakah setelah kita menjadi negara iran ke dua dgn segala keterbatasan baru kita menghargai produk dlm negeri...