Reaktor Nuklir |
PONTIANAK-(IDB):Asisten Deputi Jaringan Penyedia Iptek Kementerian Riset dan Teknologi RI, Sri Setiawati mengatakan, di kawasan ASEAN, Indonesia adalah negara yang paling siap membangun Pusat Listrik Tenaga Nuklir.
"Namun, Indonesia tertinggal dari Malaysia yang akan mulai membangun PLTN pada tahun 2012," kata Sri Setiawati usai Sarasehan dan Pelatihan Iptek Nuklir di Pontianak, Selasa.
Kesiapan ini adalah hasil dari tinjauan Badan Energi Atom Internasional (IAEA), sedangkan Indonesia sendiri mempunyai tenaga ahli, pakar, bahan baku dan teknologi yang cukup di bidang nuklir.
"Tidak semua negara punya, contohnya Vietnam, mereka tidak punya pakar di bidang nuklir," kata Sri Setiawati.
Sayangnya, masyarakat Indonesia cenderung takut padan teknologi nuklir, padahal saat ini sudah ada tiga reaktor yang dikelola Indonesia yakni di Yogyakarta, Bandung dan Serpong.
Ia menegaskan, di negara maju, ketakutan tersebut memicu upaya mengatasi kelemahan agar meminimalisasi kemungkinan gagal, misalnya Jepang yang meski setiap hari diguncang gempa namun memiliki 50 lebih reaktor nuklir.
"Peristiwa yang terjadi di Fukushima karena dampak gempa dan tsunami lebih besar dari yang diprediksi," kata Sri Setiawati.
Sewaktugempa di Yogyakarta pada 2006, reaktor nuklir di wilayah itu kondisinya aman, meski bangunan di sekelilingnya hancur. Itu menunjukkan reaktor nuklir sudah dibuat dengan mempertimbangkan kondisi bencana alam.
"Kalau pun terjadi kegagalan atau gangguan akan menjadi evaluasi untuk teknologi berikutnya. Intinya, bagaimana kita berupaya menaklukkan kegagalan melalui teknologi," demikian Sri Setiawati.
"Namun, Indonesia tertinggal dari Malaysia yang akan mulai membangun PLTN pada tahun 2012," kata Sri Setiawati usai Sarasehan dan Pelatihan Iptek Nuklir di Pontianak, Selasa.
Kesiapan ini adalah hasil dari tinjauan Badan Energi Atom Internasional (IAEA), sedangkan Indonesia sendiri mempunyai tenaga ahli, pakar, bahan baku dan teknologi yang cukup di bidang nuklir.
"Tidak semua negara punya, contohnya Vietnam, mereka tidak punya pakar di bidang nuklir," kata Sri Setiawati.
Sayangnya, masyarakat Indonesia cenderung takut padan teknologi nuklir, padahal saat ini sudah ada tiga reaktor yang dikelola Indonesia yakni di Yogyakarta, Bandung dan Serpong.
Ia menegaskan, di negara maju, ketakutan tersebut memicu upaya mengatasi kelemahan agar meminimalisasi kemungkinan gagal, misalnya Jepang yang meski setiap hari diguncang gempa namun memiliki 50 lebih reaktor nuklir.
"Peristiwa yang terjadi di Fukushima karena dampak gempa dan tsunami lebih besar dari yang diprediksi," kata Sri Setiawati.
Sewaktugempa di Yogyakarta pada 2006, reaktor nuklir di wilayah itu kondisinya aman, meski bangunan di sekelilingnya hancur. Itu menunjukkan reaktor nuklir sudah dibuat dengan mempertimbangkan kondisi bencana alam.
"Kalau pun terjadi kegagalan atau gangguan akan menjadi evaluasi untuk teknologi berikutnya. Intinya, bagaimana kita berupaya menaklukkan kegagalan melalui teknologi," demikian Sri Setiawati.
Sumber: Antara
0 komentar:
Posting Komentar