CANBERRA-(IDB) : Keberadaan pesawat tak berawak mulai
dilirik banyak negara untuk membantu patroli di wilayah perbatasan,
salah satunya Australia. Otoritas Australia berencana membeli 7 pesawat
tak berawak raksasa buatan Amerika Serikat senilai AUS$ 3 miliar atau
setara Rp 32 triliun.
Keberadaan pesawat ini akan sangat membantu militer Australia untuk
mengawasi kapal-kapal maupun pesawat musuh di zona konflik. Pesawat tak
berawak mendeteksi nelayan ilegal dan para pencari suaka yang selama ini
menjadi masalah rumit bagi pemerintah Australia.
Demikian seperti dilaporkan media setempat The Australian dan dilansir AFP, Sabtu (15/2/2014).
Menteri Pertahanan Australia David Johnston segera menyampaikan
rekomendasi pembelian pesawat-pesawat tak berawak ini kepada parlemen.
Direncanakan, ada tujuh pesawat tak berawak jenis MQ-4C Triton yang akan
dibeli Australia. Pesawat tak berawak tersebut memiliki kemampuan
patroli sejauh 74.080 kilometer persegi dalam sekali menjalankan misi.
“Sebagai negara maritim, kemampuan dengan jenis cakupan seperti ini
harus menjadi perhatian kita. Oleh karena itu, pemerintahan ini tertarik
menjalankan langkah hemat biaya dalam mendapatkan program khusus dan
kemungkinan memberlakukannya,” ujar Johnston.
Usulan penggunaan pesawat tak berawak sebenarnya telah diajukan sejak
lama namun mangkrak selama nyaris satu dekade, karena pemerintah Partai
Buruh sebelumnya menolak konsep ini. Pemerintahan sebelumnya meyakini
bahwa teknologi yang digunakan pesawat semacam ini masih belum matang.
Jika memang disepakati pembelian pesawat tak berawak ini, maka
nantinya akan mengganti keberadaan pesawat pengintai P-3 Orion yang
sejak lama digunakan oleh militer Australia. Pesawat P-3 Orion yang juga
buatan AS ini memang khusus untuk memantau wilayah perairan.
Penggunaan pesawat tak berawak selama ini marak dilakukan militer
Amerika Serikat, tidak hanya di wilayah-wilayah konflik tapi juga di
wilayahnya sendiri. Keberadaan pesawat semacam ini oleh memicu polemik,
karena banyaknya korban sipil dibanding target terorisme yang selama ini
disebut-sebut sebagai target utama AS.
Sumber : Detik
Indonesia juga punya UAV tapi gak secanggih ini bor
BalasHapus