JAKARTA-(IDB) : Amerika Serikat
mencari sekutu baru di kawasan Asia Tenggara dengan mengharap peran
Indonesia dalam penyelesaian sengketa wilayah di Laut China Selatan
setelah hubungan Washington dan Beijing memanas dalam sepekan terakhir.
"Kami mendukung kepemimpinan Indonesia di ASEAN dalam negosiasinya dengan China untuk segera menyelesaikan code of conduct di Laut China Selatan," kata Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry dalam konferensi pers di Jakarta, Senin.
Sebelumnya, hubungan antara Washington dengan Beijing sempat memanas setelah kepala operasi Angkatan Laut Amerika Serikat Jonathan Greeneth menyatakan (13/2) siap memenuhi kewajibannya untuk melindungi Filipina jika negara tersebut diserang oleh China karena sengketa wilayah antara dua negara di Laut China Selatan.
Komentar Greeneth tersebut langsung dibalas oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying dengan nada keras.
"Amerika Serikat tidak mempunyai urusan dengan Laut China Selatan. Negara tersebut harus menghormati komitmennya untuk tidak berpihak dalam persoalan kedaulatan wilayah ini," kata Hua.
Dalam konteks tegangnya hubungan antara China dan Amerika Serikat itulah Kerry menegaskan pentingnya peran Indonesia dalam membantu penegakan hukum laut internasional dan kebebasan berlayar.
Dihadapan Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa dalam konferensi pers tersebut, Kerry bahkan meminta Jakarta memusatkan energi politiknya untuk mempercepat tercapainya kesepakatan code of conduct di Laut China Selatan.
"Masa depan perdamaian kawasan ini bergantung pada cepatnya penyelesaian persoalan Laut China Selatan karena jika terus menerus ditunda, maka semakin besar pula potensi munculnya konflik bersenjata," kata Kerry.
Kerry menyatakan bahwa Amerika Serikat dalam dua tahun terakhir ini semakin khawatir atas "pelanggaran hukum laut internasional" yang dilakukan oleh China dengan mengusir nelayan dari negara lain yang hendak mencari ikan di wilayah yang masih disengketakan.
"Hukum laut internasional harus ditegakkan dan harus dipatuhi oleh semua negara besar dan semua negara kecil tanpa kecuali," kata dia.
Marty Natalegawa sendiri mengakui bahwa persoalan sengketa wilayah di Laut China Selatan telah dibahas secara informal pada Minggu malam dengan wakil Amerika Serikat.
Namun Marty menolak memberikan pernyataan dukungan terhadap Amerika Serikat dan sekutunya di Asia Tenggara. Dia hanya menyatakan bahwa persoalan Laut China Selatan harus diselesaikan dengan cara damai tanpa kekerasan.
"Kami mendukung kepemimpinan Indonesia di ASEAN dalam negosiasinya dengan China untuk segera menyelesaikan code of conduct di Laut China Selatan," kata Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry dalam konferensi pers di Jakarta, Senin.
Sebelumnya, hubungan antara Washington dengan Beijing sempat memanas setelah kepala operasi Angkatan Laut Amerika Serikat Jonathan Greeneth menyatakan (13/2) siap memenuhi kewajibannya untuk melindungi Filipina jika negara tersebut diserang oleh China karena sengketa wilayah antara dua negara di Laut China Selatan.
Komentar Greeneth tersebut langsung dibalas oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying dengan nada keras.
"Amerika Serikat tidak mempunyai urusan dengan Laut China Selatan. Negara tersebut harus menghormati komitmennya untuk tidak berpihak dalam persoalan kedaulatan wilayah ini," kata Hua.
Dalam konteks tegangnya hubungan antara China dan Amerika Serikat itulah Kerry menegaskan pentingnya peran Indonesia dalam membantu penegakan hukum laut internasional dan kebebasan berlayar.
Dihadapan Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa dalam konferensi pers tersebut, Kerry bahkan meminta Jakarta memusatkan energi politiknya untuk mempercepat tercapainya kesepakatan code of conduct di Laut China Selatan.
"Masa depan perdamaian kawasan ini bergantung pada cepatnya penyelesaian persoalan Laut China Selatan karena jika terus menerus ditunda, maka semakin besar pula potensi munculnya konflik bersenjata," kata Kerry.
Kerry menyatakan bahwa Amerika Serikat dalam dua tahun terakhir ini semakin khawatir atas "pelanggaran hukum laut internasional" yang dilakukan oleh China dengan mengusir nelayan dari negara lain yang hendak mencari ikan di wilayah yang masih disengketakan.
"Hukum laut internasional harus ditegakkan dan harus dipatuhi oleh semua negara besar dan semua negara kecil tanpa kecuali," kata dia.
Marty Natalegawa sendiri mengakui bahwa persoalan sengketa wilayah di Laut China Selatan telah dibahas secara informal pada Minggu malam dengan wakil Amerika Serikat.
Namun Marty menolak memberikan pernyataan dukungan terhadap Amerika Serikat dan sekutunya di Asia Tenggara. Dia hanya menyatakan bahwa persoalan Laut China Selatan harus diselesaikan dengan cara damai tanpa kekerasan.
Sumber : Antara
Awas Indonesia secara perlahan mau di adu dengan Cina !
BalasHapusSoal Capres,,, pokoknya calonnya AS sperti Sri Mulyani atau yang liberal-liberal jangan dipilih !
Iyaa...dukung america mirip harto waktu perang dingin , setelah komunis uusr rontok suharto di tendang kickoff . Tim tim lepas .
BalasHapusSemua sudah berakhir antek antek penjarah gak bakal kepilih lagi di saman denokrasi ini . Beyee...ahir rontok nya resim budak sekutu !!! Biarlah bangsa indonesia hidup mandiri dan rakyat sudah tahu diri aliran orde baru hanya menyisakan lobang di papua . Semua sudah berakhir mana mungkin antek antek penjarah jadi no 1 di indonesia . Sejalan berjalan nya waktu pro nasionalis harus jadi tumpuk punpinan nkri . Supaya nikmatnya kekayaan alam hanya di nikmati rakyat indonesia
Pro kiri (china-rusia) JELEK ---Pro Kanan (amerika dan sekutunya) JELEK . Yang paling baik ya KEPENTINGAN NASIOANAL diatas segalanya. Tapi masalahnya selama Indonesia belum mandiri alutsista militernya yaah pasti condong kalo ngga kiri ya kanan. Jadi jangan salahkan presidennya...pro ke kiri amerika embargo pro kanan china rusia yg embargo terus mau pake senjata apa ???bambu runcing???
BalasHapusWkwk..kita sudah di sadap habis habisan sama amrik dan sekutu nya,jangan mau jadi satpam buat barat,tdk ada untung nya....
BalasHapusKita di sadap oleh amrik dan sekutu nya,malah datang kemari minta kita jadi babu nya dia,sontoloyo kamu...si sam
BalasHapusKita kan non blok, tapi klo miring ke timur dikit boleh lah, dari pada miring ke barat dikit, tapi sakitnya banyak,....Ÿă mending miring ke timur dikit gan,....toh Ӧӎ ruski sama koh chin, siap bantu tanpa di minta, padahal kan kita bukan sekutu mereka, bagi mereka kita bukan sekutunya, tapi sahabatnya.....kita ƥưňÿą Ӧӎ ruski dan kokoh chin yg ƥưňÿą power di PBB,....masih ada untungnya walaupun sedikit, bayangkan klo kita miring ke barat sedikit, mudaratnya pasti lebih banyak ketimbang untungnya.....Ÿă kita sich bermain soft power aja tapi NKRI harga mati gan.....jayalah negeriku Indonesia.
BalasHapus@bung firman..
Hapussaya setuju pendapat anda,seperti pengalaman yg sudah2 selalu dibodohi bila kita cenderung sorong keblok barat,persenjataan yg kw2 lah dibanding singaporn,malay dan aushit +embargo pula...by:semut geni
NgBlok ke Barat sama aja Bego Berat, harus pinter" lebih baik 85% block timur, 15% block barat. Dan 100% tetap kemandirian alutsista NKRI.
BalasHapuspokokny jgn bkin blok timur kecewa lah,krn klo spe itu terjadi ya siap2 aj alutsista kita kembali ke bambu runcing.
BalasHapusTIDAK ADA TEMAN YANG ABADI,,,, KARENA YANG ABADI CUMA KEPENTINGAN !!!
BalasHapusTEMANNYA MUSUH SAYA ADALAH TEMAN SAYA !!! MUSUH TEMAN SAYA ADALAH MUSUH SAYA JUGA !!!
AYO BANGUNLAH PARA PEMIMPIN !!! JANGAN BERMIMPI TERUS !!! BERANI JADI PEMIMPIN HARUS BERANI MENGHADAPI KENYATAAN !!! DAN KENYATAAN ITU JAUH DARI HARAPAN !!! MAU DAMAI? BERSIAP-SIAPLAH UNTUK PERANG !!!
JANGAN CULUN DAN NAIF LAAAAH !!!
Banyak sekali manfaat yang kita dapat saat kita mau membaca.Karena jika kita gemar membaca dan belajar maka kita akan peroleh Ilmu dan wawasan yang lebih luas.
BalasHapus