Sabtu, November 23, 2013
9
CANBERRA-(IDB) : Penghentian kerjasama di bidang penangkalan aksi teror dan operasi perbatasan antara Australia dengan Indonesia, dikhawatirkan akan memiliki dampak yang serius, khususnya bagi bidang pertahanan Negeri Kanguru.
 
Para ahli memperingatkan penghentian sementara kerjasama antara Polisi Federal Australia dengan Indonesia dapat memukul mundur semua kemajuan yang pernah dicapai di bidang pertahanan.

Harian Sydney Morning Herald (SMH), Jumat 22 November 2013, melansir pernyataan seorang sumber di bidang keamanan yang menyebut penghentian kerjasama dapat membahayakan Australia.

"Hal itu dapat membahayakan seluruh inisiatif mengenai penyelundupan manusia yang pernah disepakati oleh kedua negara," ujar sumber itu.

Kepala Polisi Federal Australia (AFP), Tony Negus, menegaskan kendati kedua negara kini dibelit isu penyadapan, namun 30 petugas polisi AFP masih terus melanjutkan pekerjaan mereka di Indonesia. Namun, Negus menolak berkomentar apakah AFP turut merasakan dampak kekisruhan isu spionase.

Pernyataan itu muncul ketika anggota tentara elite militer Australia, resimen SAS bersiap pulang setelah latihan bersama penyelamatan sandera dan pembajakan dengan Kopassus Indonesia dibatalkan. Negus juga enggan berkomentar soal dampak yang dirasakan oleh AFP setelah adanya penghentian kerjasama dengan Indonesia mulai Rabu lalu.

"Kami tetap membina sebuah hubungan yang baik dengan Polri. Reputasi dan hubungan kami dengan Polri tetap baik saat ini, jadi kami berharap tetap bisa meneruskan kerjasama itu," ungkap Negus.

Untuk sementara ini, lanjut kedua pihak akan terus melanjutkan kerjasama yang sudah berjalan. Dia pun berjanji akan terus melanjutkan kerjasama itu selama mungkin.

Selain latihan bersama penanggulangan aksi pembajakan yang dibatalkan, aktivitas militer lain yang juga ditangguhkan yaitu latihan bersama udara Australia dengan Indonesia menggunakan nama Elang. Dalam latihan bersama itu, pesawat jet tempur F-16 Indonesia akan beradu kemampuan dengan pesawat tempur klasik milik Negeri Kanguru, Hornet.

Pembatalan itu dikabarkan pada Rabu, 20 November 2013 kemarin. Sebuah rencana untuk menyerahkan sembilan pesawat Hercules C-130H gelombang pertama dari Australia ke Indonesia juga ditunda. Acara tersebut sedianya diadakan tanggal 26 November 2013.

Belum diketahui apakah Pesawat Hercules itu berniat untuk dihibahkan Negeri Kanguru atau ditawarkan untuk dijual ke Indonesia.

Kendati terjadi pembatalan latihan militer, namun kunjungan para petinggi militer Australia seperti Kepala Angkatan Udara, Geoff Brown dan Kepala Angkatan Laut, Ray Griggs, dijadwalkan masih tetap seperti agenda semula.

Indonesia pun disebut mash berencana untuk memiliki tiga kendaraan lapis baja Bushmaster dari Australia.

Sementara Juru Bicara Menteri Keamanan David Johnston, menyayangkan adanya pembatalan beberapa latihan militer. Namun, dia menyebut Australia akan menggunakan pendekatan jangka panjang untuk menjalin kerjasama di bidang pertahanan dengan Indonesia.

Mantan polisi anti teror, Nick O'Brien yang pernah bekerja sama dengan polisi satuan khusus Inggris, kecewa apabila kerjasama di antara satuan pengamanan akan dihentikan sementara. Pasalnya, kolaborasi polisi Australia dan Indonesia dalam membekuk para pelaku aksi teror merupakan kisah sukses yang terkenal.

"Sangat disayangkan apabila kerjasama tersebut harus hilang. Namun, kehilangan justru dirasakan lebih besar oleh warga Australia dan Indonesia," kata O'Brien.
Penghentian kerjasama di bidang penangkalan aksi teror dan operasi perbatasan antara Australia dengan Indonesia, dikhawatirkan akan memiliki dampak yang serius, khususnya bagi bidang pertahanan Negeri Kanguru.
Para ahli memperingatkan penghentian sementara kerjasama antara Polisi Federal Australia dengan Indonesia dapat memukul mundur semua kemajuan yang pernah dicapai di bidang pertahanan.

Harian Sydney Morning Herald (SMH), Jumat 22 November 2013, melansir pernyataan seorang sumber di bidang keamanan yang menyebut penghentian kerjasama dapat membahayakan Australia.

"Hal itu dapat membahayakan seluruh inisiatif mengenai penyelundupan manusia yang pernah disepakati oleh kedua negara," ujar sumber itu.

Kepala Polisi Federal Australia (AFP), Tony Negus, menegaskan kendati kedua negara kini dibelit isu penyadapan, namun 30 petugas polisi AFP masih terus melanjutkan pekerjaan mereka di Indonesia. Namun, Negus menolak berkomentar apakah AFP turut merasakan dampak kekisruhan isu spionase.

Pernyataan itu muncul ketika anggota tentara elite militer Australia, resimen SAS bersiap pulang setelah latihan bersama penyelamatan sandera dan pembajakan dengan Kopassus Indonesia dibatalkan. Negus juga enggan berkomentar soal dampak yang dirasakan oleh AFP setelah adanya penghentian kerjasama dengan Indonesia mulai Rabu lalu.

"Kami tetap membina sebuah hubungan yang baik dengan Polri. Reputasi dan hubungan kami dengan Polri tetap baik saat ini, jadi kami berharap tetap bisa meneruskan kerjasama itu," ungkap Negus.

Untuk sementara ini, lanjut kedua pihak akan terus melanjutkan kerjasama yang sudah berjalan. Dia pun berjanji akan terus melanjutkan kerjasama itu selama mungkin.

Selain latihan bersama penanggulangan aksi pembajakan yang dibatalkan, aktivitas militer lain yang juga ditangguhkan yaitu latihan bersama udara Australia dengan Indonesia menggunakan nama Elang. Dalam latihan bersama itu, pesawat jet tempur F-16 Indonesia akan beradu kemampuan dengan pesawat tempur klasik milik Negeri Kanguru, Hornet.

Pembatalan itu dikabarkan pada Rabu, 20 November 2013 kemarin. Sebuah rencana untuk menyerahkan sembilan pesawat Hercules C-130H gelombang pertama dari Australia ke Indonesia juga ditunda. Acara tersebut sedianya diadakan tanggal 26 November 2013.

Belum diketahui apakah Pesawat Hercules itu berniat untuk dihibahkan Negeri Kanguru atau ditawarkan untuk dijual ke Indonesia.

Kendati terjadi pembatalan latihan militer, namun kunjungan para petinggi militer Australia seperti Kepala Angkatan Udara, Geoff Brown dan Kepala Angkatan Laut, Ray Griggs, dijadwalkan masih tetap seperti agenda semula.

Indonesia pun disebut mash berencana untuk memiliki tiga kendaraan lapis baja Bushmaster dari Australia.

Sementara Juru Bicara Menteri Keamanan David Johnston, menyayangkan adanya pembatalan beberapa latihan militer. Namun, dia menyebut Australia akan menggunakan pendekatan jangka panjang untuk menjalin kerjasama di bidang pertahanan dengan Indonesia.

Mantan polisi anti teror, Nick O'Brien yang pernah bekerja sama dengan polisi satuan khusus Inggris, kecewa apabila kerjasama di antara satuan pengamanan akan dihentikan sementara. Pasalnya, kolaborasi polisi Australia dan Indonesia dalam membekuk para pelaku aksi teror merupakan kisah sukses yang terkenal.

"Sangat disayangkan apabila kerjasama tersebut harus hilang. Namun, kehilangan justru dirasakan lebih besar oleh warga Australia dan Indonesia," kata O'Brien.




Sumber : Vivanews

9 komentar:

  1. Kerjasama harus dihentikan,,, terutama kerjasama dengan Polisi,,,
    Polisi harus militan seperti TNI,,, jangan berubah jadi LIBERALIS, UNIVERSALIS apalagi WESTERNIS ,,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau pilisi di suruh militan, wani piro..??? lha wong POLRI itu bukan untuk rakyat indonesia, wani piro....??

      Hapus
  2. Pdwpt sy, tdk perlu kita urusin prthnan australia akn mlemah pasca dihntikn krjasama prthanan n krjsama intelijen, yg prlu kita urusin adlh bnyknya alutsista yg sdh tua, trbtsnya jmlh pswt tmpr,kpl prng,heli serang,heli angkut,pswt angkut,pswt tngker,kpl angkut tank,kpl rmh skit, kpl survey, kpl fregat,kpl korvet,kpl pmburu ranjau, kpl slam, artiler, rudal pertahanan udara jarak menengah,jauh n pendek di daerah perbatasan,sluruh bndara,APMS,SPBU,Pngkalan n tangki pnampungan pertamina,PDAM,gudang2 sembako,bulog,kntor2 pmerintahan, stasiun televisi,stasiun radio,kntor telekomunikas,plabuhan,pasar,sungai,danau,sumber mata air,lhan prtanian n prkebunan,pternakan, n stiap bngunan tinggi trmsk hotel, sluruh pntai n pulau2 terluar di indonesia.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul kang anom, sayangnya pemimpin kita sepertinya tidak peka dengan masalah ini, terlalu hanyut oleh buaian-buaian Assu dan sekutunya. padalah ancaman jelas nyata

      Hapus
  3. Tdk adanya UAV siluman yg dipersnjatai,tdk adanya kpl siluman, pswt tmpr n heli serang atau heli serbu siluman, tdk adanya kpl destroyer, pnambahan jmlh MBT,tank medium,tank amphibi,pnser brcanon 125 mm, pnser dng meriam ganda anti srangan udara, tank yg memiliki fungsi pmbngun jmbtn darurat n yg dpt meratakan tanah, tank pnderek,pnser pnderek,panser n tank angkut personil yg dilngkapi meriam kal 35 mm, dlngkapi sistem remote n laser,pnglihatn merah,pnjejak pnas suhu bdan n inframerah,tdk adanya rudal jelajh dng jngkauan ribuan km,pluncur n alat angkut yg besar,pnambahan 14 divisi marinir, n 16 divisi kostrad n 14 divisi paskhas,pnambhan RPG, exocet blok 3,pngadaan brahmos,

    BalasHapus
  4. Sikap negera ini yang sekedar memutuskan kerjasama pertahanan dgn Australia dan menarik dubes sangat kurang terhadap pelecehan kedaulatan yang kita terima. Jakarta harus "menghukum" untuk semnetara waktu juga terhadap perjanjian perdagangan dengan Australia. Selama ini negra kangguru memang terlihat royal dalam memberikan hibah kepada negara ini. Tapi ingat TAK ADA MAKAN SIANG GRATIS, semua pemberian ada motif dan tujuan. Dan apesnya selama ini austalia yang diuntungkan dari pemberian hibah tersebut. Sebut saja kegiatan pemberantasan terorisme yang lebih memakai kacamata barat dalam memandang Islam. Begitupun kerjasama dalam pencegahan imigran gelap, lagi lagi asutralia yang diuntungkan karena tak perlu repot keluar dana besar dalam penanggulannganya. neraca perdagangan kita tak pernah surplus dengan negara ini. bahkan Australia pula dijadikan basecamp bagi kegiatan separatis di papu dan dulu Timor Timur. Jadi masih cukupkah hanya memutus hubungan pertahanan dan keamanan saja?? Yakinlah negara ini akan tetap berwibawa tanpa bantuan pertahanan dari Australia yang selama ini berulangkali menginjakkedaulatan negara kita...

    BalasHapus
  5. segera bekukan hub.indo-australi dengan jangka waktu yg tidak ditentukan..
    Ingat insiden2 yg lalu:
    1.lepasnya timor timor..australi punya andil besar
    2.insiden lanud el tari ntt
    3.impor sapi yg dipermainkan australi
    4.percari suaka yg menyulitkan indo.
    5.penyadapan..
    Australi harus dikasih pelajaran..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jgn lupa papua jg gan, dan mungkin banyak lagi perlakuan bule itu yang menikam dari belakang setelah dikasih makan.. Culas, picik.. Tinggal jauh2 biar terasing dari peradaban..

      Hapus
  6. yg koment disini gaya bahasanya tinggi,kaya udeh ahli bgt tp ngawur..yg bner ahli aja gak gitu2 amat gaya bahasanya,klo org byk omong sok pinter,biasanya kosong alias nol besar!

    BalasHapus