Dari semua penelitian dan pengembangan UAV, sebagian besar dilakukan oleh AS. Namun rancangan desain UAV dari 6 negara lainnya tersebut tidak bisa dipandang sedikit, setidaknya total mereka sudah memiliki 200 lebih desain dan rancangan UAV yang sudah diproduksi dan termasuk juga yang masih dalam tahap pengembangan.
Rusia saat ini juga tengah mengembangkan UAV tempurnya sendiri (20 ton) yang akan siap pada 2018. India dan Turki juga mengembangkan UAV, tampaknya mereka memang ingin menunjukkan bahwa mereka bisa membangun UAV, sedangkan untuk Iran, ini memang menjadi keharusan karena sanksi senjata internasional telah menghentikan pasokan alutsista dari negara asing.
UAV yang sudah diproduksi China, India, Iran, Israel, Turki bahkan Rusia saat ini belum dirancang untuk tugas tempur berat, kebanyakan hanya untuk misi pengintaian dan serangan ringan. Sedangkan, teknologi UAV AS telah melompat jauh dengan hadirnya X-47B UCAV (Unmanned Combat Air Vehicle) siluman. Pada akhir tahun 2012 lalu, X-47B Angkatan Laut AS (US Navy) berhasil diterbangkan dengan sistem ketapel. Ini berselang 22 bulan sejak penerbangan konvensional pertamanya.
US Navy pertama kali meluncurkan UCAV pada tahun 2008. Pesawat kompak ini memilki rentang sayap hampir 20 meter, dan sebagian sayapnya bisa dilipat untuk menghemat tempat ketika di parkir. UCAV ini mampu membawa muatan hingga 2 ton dan dapat terus terbang di udara selama dua belas jam. Selain AS, yang baru mengembangkan pesawat sejenis adalah Rusia, China dan Israel.
UAV semacam ini juga diartikan sebagai pesawat tempur robot atau sering juga disebut-sebut sebagai cikal bakal pesawat tempur generasi ke-6. Angkatan-Angkatan Udara di dunia makin menyadari bahwa teknologi pilot robot untuk pesawat tempur ini akan cepat datang. Klaim analis UAV, siapapun yang menguasai teknologi ini akan mempecundangi mereka-mereka yang masih mengandalkan teknologi konvensional dalam pertempuran.
Petinggi-petinggi US Navy bahkan lebih memilih pengurangan pesanan pesawat tempur F-35B dan F-35C untuk selanjutnya dana tersebut digunakan untuk membeli X-47B atau UAV sejenis. US Navy direncanakan membeli 680 unit F-35B dan F-35C dengan kisaran harga AS$ 100 juta masing-masing. Sebuah UCAV harganya bahkan kurang dari setengah itu dengan kemampuan kurang lebih sama, ditambah rentang yang lebih jauh dan tidak ada risiko kehilangan pilot.
Selain untuk misi tempur, pengintaian dan pengawasan, upaya baru dari pengembang adalah agar X-47B juga bisa ditugasi untuk misi serangan darat, seperti yang dilakukan UAV Predator selama lebih dari satu dekade. Muatan semakin banyak plus kemampuan tempur UAV yang kian meningkat telah membuktikan bahwa ini akan menggantikan jet-jet tempur dan pesawat pembom lainnya.
Berat X-47B adalah 20 ton, hanya lebih ringan 4 ton dari F-18A yang 24 ton, dan memiliki dua internal bay yang dapat mengakomodasi dua ton bom pintar. Setelah nantinya beroperasi secara baik dari kapal induk, X-47B akan dikembangkan lagi menjadi pesawat pembom, semacam UAV Reaper. US Navy selama ini terkesan dengan keberhasilan Predator dan Reaper, namun Reaper beratnya hanya 4,7 ton otomatis senjata yang dibawa juga tidak banyak. X-47B yang jauh lebih besar dari Reaper menggunakan mesin F100-PW-220, yang saat ini digunakan pada F-15 dan F-16. Pada dasarnya, X-47B adalah tulen pesawat tempur dalam ukurannya namun tidak dilengkapi dengan pilot di dalamnya.
Angkatan Udara AS (USAF) tidak memiliki "gerak" yang sama dengan US Navy karena kedua Angkatan ini memiliki pandangan yang berbeda mengenai penggunaan UAV. Ketika dekade lalu USAF setuju untuk bekerjasama dengan US Navy soal UAV, maka USAF cenderung lebih bekerja sebagai "pasukan cadangan". Tidak banyak lagi yang bisa USAF lakukan karena US Navy lah dengan jet tempur dan UAV-nya yang terdepan untuk memberikan gelombang kejut kuat dalam serangan, apalagi nanti ditambah dengan penggunaan UCAV.
Alasan penggunaan UCAV sebenarnya cukup sederhana, pilot yang memenuhi kualifikasi untuk menjadi pilot pesawat kapal induk itu "sangat mahal", ini terkait biaya tinggi dan upaya yang sulit untuk melatihnya. Ditambah lagi, para pilot tersebut mau tidak mau harus terus ada di satuan artinya pilot harus terus "dihidupi" dan dilatih. Selain itu harga UCAV diklaim tidak sampai setengah harga F-35. Maka itulah US Navy yakin bahwa UCAV memang pesawat masa depan untuk kapal induk.
ada kata2 diatas yg bikin tanda tanya sekaligus cambuk buat kita sbg generasi muda indonesia utk lebih cerdas lg,, brkarya utk negri....... " siapapun yang menguasai teknologi ini akan mempecundangi mereka-mereka yang masih mengandalkan teknologi konvensional dalam pertempuran".....
BalasHapusapa kita mau dipecundangi???
bersiaplah tuk di JAJAH KEMBALI,...
Hapuskutipan : "Semua ini dipicu oleh kesadaran bahwa kapal induk AS harus bisa melumpuhkan targetnya minimal di jarak 800 km"
BalasHapussementara kita baru punya rudal up to 300 km (itupun beli muahaaaaal...)
mengapa mereka berpikir 3 kali kedepan daripada kita?
memang beda sih UCAV dengan rudal, tetapi keduanya sama-sama ga pake pilot (auto-pilot / pake pilot by remote, sehingga ga perlu kuatir adanya kematian pilot yg sangat berharga)
kira2 boleh ga ya OV-10 Bronco dimodif jd UAV? seperti halnya helikopter angkut K-Max yg dimodif oleh US-Army jd UAV
f 16 block 25 jg dah di modif ma AS jadi UAV. cuma buat latihan sasaran tembak ,,
Hapuskalau Super tucano / ( F-5 yg akan di pensiunin di buat UaV boleh juga itu pak)
Hapuskalau super tukino di buat uAv tammbah garang dengan moncOng hIUnya ,apalgi kalau di cantolin yakhont... Tambah mAkjleBB
Makjlebb alias nyungsep
Hapuskalau negeri ini tidak ingin di pecundangi ya ditambah dana untuk riset dan pengembangan UAV wuulung,sriti,walet,merpati dan cucak rowo,,
BalasHapusdana riset cuma 2M,,minta kualitas UAV yg mupuni,,
kalaupun riset di tambah juga jangan sampai di pecundaangi dg di korupsi.
Waduh negara maju sdh menggunakan robot untuk mesin perangny,sementara kita masih saja bimbang dg ks kilo hibah dari russia...tertinggal jauh son by:lim ban pit
BalasHapusMiris & trenyuh.... Dari dulu kita telah melakukan riset pengembangan teknologi secara mandiri, dgn segala keterbatasan.... Namun tujuannya sekedar penyerapan anggaran proyek terbatas pembuatan "draft & konsep prototype".
BalasHapusTujuannya jelas untuk menunjukkan kalo sebenarnya peneliti & tenaga ahli kita mampu.... Mampu sebatas buat konsep & laporan sekedar buat jaga gengsi institusi yg sudah bertahun2 jalan ditempat, supaya tetap dapat kucuran anggaran riset...
Semoga dapat berubah menjadi lebih baik...
kok gak ada koment yg meminta pemerintah indonesia bikin program pengiriman robot penjelajah ke mars yo...???
BalasHapusClick to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.