ANGKASA-(IDB) : Ajakan Pemerintah Korea Selatan yang disampaikan pertengahan 2010 di
Jakarta diterima dengan senang hati oleh Kementerian Pertahanan
Indonesia. Karena memang punya keinginan memenuhi kebutuhan alut sista
secara mandiri, ajakan membuat pesawat tempur generasi 4,5 tersebut
disambut bak peluang emas. Kedua pihak menyadari kemandirian di bidang
pertahanan bisa memperkokoh industri dalam negeri, memangkas
ketergantungan pada sistem senjata strategis dari luar dan mendongkrak
deterrent sistem pertahanan nasional. Meski gayung sudah bersambut,
namun merealisasikan jet tempur berkode KFX/IFX ini tak semudah membalik
telapak tangan. Berikut laporan A. Roni Sontani dan A. Darmawan tentang
status terkini dari program yang amat prestisius ini, langsung dari
“dapurnya”.
Singkat cerita, proyek bilateral ini sudah berjalan dan berlangsung lebih kurang satu setengah tahun. Selama kurun waktu tersebut konsep jet tempur masa datang generasi 4,5 ini telah diurai dan disusun menurut kebutuhan operasional sistem pertahanan Korea dan Indonesia. Program dikatakan menelan anggaran 8 miliar dolar AS, dimana Indonesia akan menanggung 20 persen sementara sisanya akan dipikul Korea. Dalam perjanjian juga disepakati, Indonesia berhak membeli 50 unit pesawat, sementara Korea Selatan 150 unit. Dan, jika pesawat ini dibeli negara lain, kedua pihak akan berbagi royalti.
Perancangan front-liner fighter yang bakal beroperasi setelah 2020 ini dipusatkan di KFX/IFX Research Center, Daejeon, 160 km sebelah selatan ibukota Seoul. Di sini telah berkutat dan saling bertukar-pikiran 140 enjinir dari kedua negara, di mana 30 persennya berasal dari Indonesia. KFX/IFX tak lain adalah singkatan dari Korea Fighter Experiment/Indonesia Fighter Experiment. Korea Selatan sendiri ingin Turki ikut bergabung, namun negeri ini mengundurkan diri setelah sebelumnya sempat menyatakan tertarik.
Menurut pihak Defence Acquisition Program Administration (DAPA) Korea Selatan, jet-jet tempur baru ini akan menggantikan jajaran F-4 Phantom dan F-5 yang sudah menua. Korea tertarik mengajak Indonesia, karena Indonesia merupakan sahabat yang tak memiliki problem politik dan batas wilayah. Telah mampunya Indonesia membuat sendiri pesawat terbang dan adanya hubungan dagang di antara kedua negara, juga menjadi faktor penentu. (Lebih jauh, baca Angkasa, edisi Oktober 2010)
Singkat cerita, proyek bilateral ini sudah berjalan dan berlangsung lebih kurang satu setengah tahun. Selama kurun waktu tersebut konsep jet tempur masa datang generasi 4,5 ini telah diurai dan disusun menurut kebutuhan operasional sistem pertahanan Korea dan Indonesia. Program dikatakan menelan anggaran 8 miliar dolar AS, dimana Indonesia akan menanggung 20 persen sementara sisanya akan dipikul Korea. Dalam perjanjian juga disepakati, Indonesia berhak membeli 50 unit pesawat, sementara Korea Selatan 150 unit. Dan, jika pesawat ini dibeli negara lain, kedua pihak akan berbagi royalti.
Perancangan front-liner fighter yang bakal beroperasi setelah 2020 ini dipusatkan di KFX/IFX Research Center, Daejeon, 160 km sebelah selatan ibukota Seoul. Di sini telah berkutat dan saling bertukar-pikiran 140 enjinir dari kedua negara, di mana 30 persennya berasal dari Indonesia. KFX/IFX tak lain adalah singkatan dari Korea Fighter Experiment/Indonesia Fighter Experiment. Korea Selatan sendiri ingin Turki ikut bergabung, namun negeri ini mengundurkan diri setelah sebelumnya sempat menyatakan tertarik.
Menurut pihak Defence Acquisition Program Administration (DAPA) Korea Selatan, jet-jet tempur baru ini akan menggantikan jajaran F-4 Phantom dan F-5 yang sudah menua. Korea tertarik mengajak Indonesia, karena Indonesia merupakan sahabat yang tak memiliki problem politik dan batas wilayah. Telah mampunya Indonesia membuat sendiri pesawat terbang dan adanya hubungan dagang di antara kedua negara, juga menjadi faktor penentu. (Lebih jauh, baca Angkasa, edisi Oktober 2010)
Dalam
Lokakarya Dewan Penerbangan dan Antariksa Nasional RI (Depanri) 20
Desember 2012 di BPPT, Jakarta, perjalanan dan pencapaian sementara
program ini untuk pertama kalinya dipaparkan secara terbuka. Di hadapan
pejabat Dewan Penerbangan dan Antariksa Nasional RI (Depanri),
Kemenristek, BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi), Lapan, PT
Dirgantara Indonesia dan TNI AU, Kapuslitbang Kementerian Pertahanan,
Prof. Dr. Eddy S. Siradj, menjelaskannya cukup gamblang.
“Hingga Desember 2012, program sudah sampai tahap Technology Development. Tahapan ini sudah selesai. Setelah ini kami berharap bisa lanjut ke tahapan berikutnya, yakni Engineering Manufacturing Development,” ungkapnya kepada Angkasa usai lokakarya.
Sudah Dikuasai, Hampir Seluruh Teknologi KFX/IFX
Bukan rahasia lagi, pertanyaan terbesar di seputar pembuatan KXF/IFX adalah: Apakah Korea Selatan atau Indonesia sudah menguasai teknologi jet tempur generasi ke-4,5? Menanggapi keraguan ini, Prof. Dr . Mulyo Widodo menjawab mantap, jangan khawatir, Korea Selatan sudah menguasai hampir seluruh teknologinya. Mereka gigih mengembangkan sendiri pesawat tempur, dan semua ini tak lepas dari kesiapan industri kedirgantaraan (Korea Aerospace Industries) serta lembaga penelitian yang berdiri di belakangnya.
“Meski sebagian lagi (teknologi) masih dicari, kami percaya Korea bisa meraihnya. Mereka punya road-map yang jelas dalam proyek pengembangan jet tempur. Mereka sudah memulainya dengan KT-1, lalu T-50, TA-50 dan setelah itu: FA-50. Lebih dari itu mereka juga punya belasan veteran NASA dan USAF yang jadi tempat bertanya. Mereka kini dosen di sejumlah perguruan tinggi,” tuturnya dalam Lokakarya Dewan Penerbangan dan Antariksa Nasional RI, 20 Desember lalu di BPPT, Jakarta.
Menurut salah seorang pakar kedirgantaraan dari Institut Teknologi Bandung yang juga ditunjuk membidani front liner fighter itu lagi, inti dari teknologi jet tempur generasi 4, 4,5 maupun 5 adalah elektronik dan material penyerap gelombang radar. Elektronik dalam arti avionik untuk mengendalikan penerbangan dan misi serangan, sementara material penyerap gelombang radar bisa digambarkan sebagai “kulit pesawat” yang bisa menyerap gelombang elektromagnet radar penjejak pesawat.
Angkasa mencatat, kedua teknologi inti itulah yang sejatinya diandalkan pesawat stealth (siluman) macam F-117A Nighthawk, F-22A Raptor dan F-35. RAM atau Radar Absorbent Material bisa menekan angka Radar Cross Section hingga kecil sekali sehingga radar seolah tak sanggup “melihatnya”. Di lain pihak, tubuh pesawat dan rumah mesin juga perlu dibentuk sedemikian rupa agar gelombang radar terpantul menjauh. Kalau pun bentuk pesawat menjadi tidak aerodinamis dan tidak stabil seperti yang “dialami” F-117A, hal ini bisa diatasi dengan avionik khusus yang bisa mengendalikan penerbangan.
“Kami memang belum menguasai soal material penyerap gelombang radar. Tetapi, untungnya Korea sudah punya kemampuan yang sangat tinggi di bidang elektronik. Chip paling rumit bahkan sudah dibuat di Samsung Industrie. Itu sebab KFX/IFX hanya diputuskan sampai sebatas generasi 4,5,” ungkap Prof. Widodo seraya menjelaskan bahwa material penyerap gelombang radar ini lah yang seyogyanya akan mendongkrak teknologi pesawat ke generasi 5.
Begitu pun Tim KFX/IFX akan membekalinya dengan perangkat elektronik yang bisa menuntun pesawat mengelak dari radar. Sayap vertikalnya juga dibuat miring (canted vertical tail) untuk gelombang radar tak mampu menjejak bagian yang paling rawan ini. Angkasa mendapat konfirmasi, desain pasti KFX/IFX sudah ada, namun baik pihak Korea maupun Indonesia belum mau mempublikasikannya. Kalau pun selama ini ada beberapa desain yang dimuat di situs-situs internet, gambar-gambar itu dikatakan baru sebatas rekaan yang mendekati. Hampir semua gambar rekaan ini merujuk ke F-35 dan F-22.
Ketika program ini digelindingkan, sempat ada pemikiran untuk membuat F-16 dari versi yang lebih canggih. Mereka menyebutnya dengan F-16 Plus. Dibanding F-16 versi reguler, F-16 Plus memiliki keunggulan performa, kecepatan jelajah (super cruise) dan agak stealth. Tetapi, dalam perjalanan, konsep ini ditinggalkan lalu dialihkan ke jet tempur generasi ke-4,5 yang benar-benar baru. Pesawat ini jauh lebih unggul dari F-16 Plus.
Pernyataan Sekjen Kemhan Marsdya TNI Eris Herryanto: “Program KFX/IFX Tetap Berjalan”
Di tengah berbagai pemberitaan mengenai dilanjutkan atau tidaknya program pembuatan pesawat tempur generasi 4,5 antara Korea dan Indonesia (KFX/IFX), bulan lalu Angkasa menemui Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Marsdya TNI Eris Herryanto di ruang kerjanya. Perwira tinggi TNI AU yang ikut membidani kerjasama ini menyatakan keyakinannya bahwa Program KFX/IFX tidak akan berhenti di tengah jalan.
Eris menilai, Korea punya komitmen dan kepentingan yang besar terhadap Indonesia. Sehingga, pemerintahan negeri ginseng itu tidak akan begitu saja membatalkan kesepakatan yang telah dibuat. Tidak hanya terbatas pada kerjasama KFX/IFX dan pembelian pesawat lainnya dari Korea, kerjasama Indonesia dengan Korea juga terjalin baik dalam hal perdagangan maupun kerjasama teknologi lainnya. Pembelian tiga kapal selam dari Korea untuk memperkuat armada TNI AL adalah salah satunya, di mana ratusan teknisi PT PAL telah dikirim ke Korea untuk menyerap teknologi pembuatan kapal selam yang nantinya akan membuat satu dari tiga kapal selam yang dibeli dari Korea itu di Indonesia.
“Korea berkepentingan dengan Indonesia. Contoh kecil saja, rakyat Korea yang ada di Indonesia itu sekitar 45.000 orang tersebar di berbagai industri. Masa, mereka akan begitu saja membatalkan kerjasama KFX/IFX,” ujarnya. Berikut kutipan wawancaranya.
Sudah sejauh mana Program KFX/IFX ini berjalan?
Program KFX/IFX dimulai dengan tahapan Feasibility Studies Phase, Technical Development Phase, Engineering Manufacturing Development (EMD) Phase, Production, serta Upgrade. Sekarang ini kita masuk ke tahap kedua, EMD. Harusnya dimulai Januari 2013, tapi diundur sekitar satu setengah tahun. Mengapa diundur, ini yang sedang kami teliti juga. Tapi pihak Korea sudah melakukan pemberitahuan resmi kepada kami. Penjelasannya, bahwa Korea sekarang sedang melakukan penjajakan untuk membeli pesawat tempur generasi kelima. Kompetitornya saya dengar adalah F-35 dan F-15. Tapi sumber lain mengatakan ada Eurofighter Typhoon juga. Yang dimaksud generasi kelima di sini adalah pesawat-pesawat dengan avionic suite tercanggih, tidak semata-mata karena faktor stealth saja.
Mengapa hal ini “menghambat” Program KFX/IFX?
Begini, Korea itu sama dengan negara kita. Kalau mau beli pesawat, mereka mensyaratkan juga harus ada Transfer of Technology (ToT). Harus ada offset. Nah, salah satu offset yang ingin mereka dapatkan dari pembelian pesawat generasi kelima itu salah satunya adalah teknologi yang bisa diterapkan di KFX/IFX. Contohnya radar. Korea sedang berusaha agar dapat offset untuk diberi teknologi radar AESA. Radar ini nantinya akan digunakan pada KFX/IFX. Itu bargain mereka. Kita tahu, Korea itu negara yang dalam posisi siaga perang, selalu dalam ancaman. Sementara beberapa pesawat tempurnya sudah mau habis masa pakainya. Contohnya F-5. Kalau mereka harus menunggu KFX terlalu lama waktunya. Itu penjelasan mereka kepada kita.
Kalau mereka tidak dapat offset, berarti KFX/IFX terbengkalai?
Kalau tidak dapat, konsekuensinya mungkin mereka akan beli radar itu. Saya tidak tahu persis. Selain radar, juga ada teknologi-teknologi lain yang mereka butuhkan. Mereka sebut ada delapan item yang akan mereka ambil ToT-nya. Mungkin juga soal mesinnya, dan rudalnya. Itu tidak disampaikan kepada kita. Yang jelas mereka bilang bahwa mereka akan konsentrasi dulu ke pembelian pesawat generasi kelima. Targetnya 1,5 tahun selesai. Dimulai awal tahun 2013 ini.
“Hingga Desember 2012, program sudah sampai tahap Technology Development. Tahapan ini sudah selesai. Setelah ini kami berharap bisa lanjut ke tahapan berikutnya, yakni Engineering Manufacturing Development,” ungkapnya kepada Angkasa usai lokakarya.
Sudah Dikuasai, Hampir Seluruh Teknologi KFX/IFX
Bukan rahasia lagi, pertanyaan terbesar di seputar pembuatan KXF/IFX adalah: Apakah Korea Selatan atau Indonesia sudah menguasai teknologi jet tempur generasi ke-4,5? Menanggapi keraguan ini, Prof. Dr . Mulyo Widodo menjawab mantap, jangan khawatir, Korea Selatan sudah menguasai hampir seluruh teknologinya. Mereka gigih mengembangkan sendiri pesawat tempur, dan semua ini tak lepas dari kesiapan industri kedirgantaraan (Korea Aerospace Industries) serta lembaga penelitian yang berdiri di belakangnya.
“Meski sebagian lagi (teknologi) masih dicari, kami percaya Korea bisa meraihnya. Mereka punya road-map yang jelas dalam proyek pengembangan jet tempur. Mereka sudah memulainya dengan KT-1, lalu T-50, TA-50 dan setelah itu: FA-50. Lebih dari itu mereka juga punya belasan veteran NASA dan USAF yang jadi tempat bertanya. Mereka kini dosen di sejumlah perguruan tinggi,” tuturnya dalam Lokakarya Dewan Penerbangan dan Antariksa Nasional RI, 20 Desember lalu di BPPT, Jakarta.
Menurut salah seorang pakar kedirgantaraan dari Institut Teknologi Bandung yang juga ditunjuk membidani front liner fighter itu lagi, inti dari teknologi jet tempur generasi 4, 4,5 maupun 5 adalah elektronik dan material penyerap gelombang radar. Elektronik dalam arti avionik untuk mengendalikan penerbangan dan misi serangan, sementara material penyerap gelombang radar bisa digambarkan sebagai “kulit pesawat” yang bisa menyerap gelombang elektromagnet radar penjejak pesawat.
Angkasa mencatat, kedua teknologi inti itulah yang sejatinya diandalkan pesawat stealth (siluman) macam F-117A Nighthawk, F-22A Raptor dan F-35. RAM atau Radar Absorbent Material bisa menekan angka Radar Cross Section hingga kecil sekali sehingga radar seolah tak sanggup “melihatnya”. Di lain pihak, tubuh pesawat dan rumah mesin juga perlu dibentuk sedemikian rupa agar gelombang radar terpantul menjauh. Kalau pun bentuk pesawat menjadi tidak aerodinamis dan tidak stabil seperti yang “dialami” F-117A, hal ini bisa diatasi dengan avionik khusus yang bisa mengendalikan penerbangan.
“Kami memang belum menguasai soal material penyerap gelombang radar. Tetapi, untungnya Korea sudah punya kemampuan yang sangat tinggi di bidang elektronik. Chip paling rumit bahkan sudah dibuat di Samsung Industrie. Itu sebab KFX/IFX hanya diputuskan sampai sebatas generasi 4,5,” ungkap Prof. Widodo seraya menjelaskan bahwa material penyerap gelombang radar ini lah yang seyogyanya akan mendongkrak teknologi pesawat ke generasi 5.
Begitu pun Tim KFX/IFX akan membekalinya dengan perangkat elektronik yang bisa menuntun pesawat mengelak dari radar. Sayap vertikalnya juga dibuat miring (canted vertical tail) untuk gelombang radar tak mampu menjejak bagian yang paling rawan ini. Angkasa mendapat konfirmasi, desain pasti KFX/IFX sudah ada, namun baik pihak Korea maupun Indonesia belum mau mempublikasikannya. Kalau pun selama ini ada beberapa desain yang dimuat di situs-situs internet, gambar-gambar itu dikatakan baru sebatas rekaan yang mendekati. Hampir semua gambar rekaan ini merujuk ke F-35 dan F-22.
Ketika program ini digelindingkan, sempat ada pemikiran untuk membuat F-16 dari versi yang lebih canggih. Mereka menyebutnya dengan F-16 Plus. Dibanding F-16 versi reguler, F-16 Plus memiliki keunggulan performa, kecepatan jelajah (super cruise) dan agak stealth. Tetapi, dalam perjalanan, konsep ini ditinggalkan lalu dialihkan ke jet tempur generasi ke-4,5 yang benar-benar baru. Pesawat ini jauh lebih unggul dari F-16 Plus.
Pernyataan Sekjen Kemhan Marsdya TNI Eris Herryanto: “Program KFX/IFX Tetap Berjalan”
Di tengah berbagai pemberitaan mengenai dilanjutkan atau tidaknya program pembuatan pesawat tempur generasi 4,5 antara Korea dan Indonesia (KFX/IFX), bulan lalu Angkasa menemui Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Marsdya TNI Eris Herryanto di ruang kerjanya. Perwira tinggi TNI AU yang ikut membidani kerjasama ini menyatakan keyakinannya bahwa Program KFX/IFX tidak akan berhenti di tengah jalan.
Eris menilai, Korea punya komitmen dan kepentingan yang besar terhadap Indonesia. Sehingga, pemerintahan negeri ginseng itu tidak akan begitu saja membatalkan kesepakatan yang telah dibuat. Tidak hanya terbatas pada kerjasama KFX/IFX dan pembelian pesawat lainnya dari Korea, kerjasama Indonesia dengan Korea juga terjalin baik dalam hal perdagangan maupun kerjasama teknologi lainnya. Pembelian tiga kapal selam dari Korea untuk memperkuat armada TNI AL adalah salah satunya, di mana ratusan teknisi PT PAL telah dikirim ke Korea untuk menyerap teknologi pembuatan kapal selam yang nantinya akan membuat satu dari tiga kapal selam yang dibeli dari Korea itu di Indonesia.
“Korea berkepentingan dengan Indonesia. Contoh kecil saja, rakyat Korea yang ada di Indonesia itu sekitar 45.000 orang tersebar di berbagai industri. Masa, mereka akan begitu saja membatalkan kerjasama KFX/IFX,” ujarnya. Berikut kutipan wawancaranya.
Sudah sejauh mana Program KFX/IFX ini berjalan?
Program KFX/IFX dimulai dengan tahapan Feasibility Studies Phase, Technical Development Phase, Engineering Manufacturing Development (EMD) Phase, Production, serta Upgrade. Sekarang ini kita masuk ke tahap kedua, EMD. Harusnya dimulai Januari 2013, tapi diundur sekitar satu setengah tahun. Mengapa diundur, ini yang sedang kami teliti juga. Tapi pihak Korea sudah melakukan pemberitahuan resmi kepada kami. Penjelasannya, bahwa Korea sekarang sedang melakukan penjajakan untuk membeli pesawat tempur generasi kelima. Kompetitornya saya dengar adalah F-35 dan F-15. Tapi sumber lain mengatakan ada Eurofighter Typhoon juga. Yang dimaksud generasi kelima di sini adalah pesawat-pesawat dengan avionic suite tercanggih, tidak semata-mata karena faktor stealth saja.
Mengapa hal ini “menghambat” Program KFX/IFX?
Begini, Korea itu sama dengan negara kita. Kalau mau beli pesawat, mereka mensyaratkan juga harus ada Transfer of Technology (ToT). Harus ada offset. Nah, salah satu offset yang ingin mereka dapatkan dari pembelian pesawat generasi kelima itu salah satunya adalah teknologi yang bisa diterapkan di KFX/IFX. Contohnya radar. Korea sedang berusaha agar dapat offset untuk diberi teknologi radar AESA. Radar ini nantinya akan digunakan pada KFX/IFX. Itu bargain mereka. Kita tahu, Korea itu negara yang dalam posisi siaga perang, selalu dalam ancaman. Sementara beberapa pesawat tempurnya sudah mau habis masa pakainya. Contohnya F-5. Kalau mereka harus menunggu KFX terlalu lama waktunya. Itu penjelasan mereka kepada kita.
Kalau mereka tidak dapat offset, berarti KFX/IFX terbengkalai?
Kalau tidak dapat, konsekuensinya mungkin mereka akan beli radar itu. Saya tidak tahu persis. Selain radar, juga ada teknologi-teknologi lain yang mereka butuhkan. Mereka sebut ada delapan item yang akan mereka ambil ToT-nya. Mungkin juga soal mesinnya, dan rudalnya. Itu tidak disampaikan kepada kita. Yang jelas mereka bilang bahwa mereka akan konsentrasi dulu ke pembelian pesawat generasi kelima. Targetnya 1,5 tahun selesai. Dimulai awal tahun 2013 ini.
Sumber : Angkasa
bagus maju terus indonesiaku. jadilah negara yg terkuat di dunia biar martabat dan harga diri bangsa dan negara ini bisa sedikit menengadah ke atas dan tidak lagi terperunduk ke bawah karena takut dan merasa lemah nya diri karena kita bukan lagi negara dan bangsa yg mudah di jajah seperti tempo dulu. Amin
BalasHapusOKE-lah kalo emang begitu...
BalasHapusalon-alon ning kelakon..., tak enteni yo rek..
Bisa disimpulkan ada 2 hal penting yang belum dikuasai korea untuk KFX,satu radar aesa dan dan tehnologi stealth.Kalo cuma masalah radar tehnologi terbaru aesa bisa saja beli bulat bulat tapi tentu tot tak di dapat.Disinilah kita lihat mental bangsa korea yang gigih dan ulet,nggak gampang menyerah.Wajar negaranya cepat maju.Ke dua tehnologi stealth untuk Indonesia kayaknya tak perlu amat,lagi pula tehnologi terus berkembang berpacu saling mengalahkan .Stealth dan anti stealth terus berlomba saling mengalahkan.Waktu konflik Bosnia ,pesawat canggih stealth AS,berhasil ditembak jatuh pake tehnologi timur yang katanya konon ikut dibeli malaysia.Lagi pula Indonesia secara mandiri mengembangkan sendiri material anti radar.Kalau riset berhasil kita harap dipakai sendiri untuk alat tempur kita sebagai rahasia militer Top secret.Jadi andai proyek kerjasama terhenti permanen kita sudah bisa buat sendiri walau radar beli dari luar.Satu lagi kita punya pengalaman merancang pesawat yang bisa terbang diatas kecepatan suara.Hal itu akan berguna untuk merancang rudal,roket yang harus bisa menahan panas,dan kuat secara struktur.
BalasHapusMantap, jadi optimis ane!!! Namanya jg pesawat siluman ya tehnologi dan informasinya pastilah samar samar terdengar!!! Hal ini membuat musuh under estimate sama kita
BalasHapusBukan pesimis, tapi naga-naganya proyek ini tidak seperti yg diharapkan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Ada keputusan politik dari Korea karena alasan keamanan dalam negeri membuat anggaran yg diperlukan untuk proyek ini di stop. Indonesia pasti dirugikan besar dikaitkan dg waktu penyelesaian, dana dan tenaga ahli yg sudah banyak memberikan kontribusinya.
BalasHapusNamun marilah kita mengambil hikmah dari kejadian ini, bahwa teknologi tinggi termasuk engineering apapun harus kita rebut dan kita kembangkan semaksimal mungkin untuk kemajuan kita sendiri. Jangan percaya dg ToT, karena kita harus belajar dari pengalaman yg lalu contoh :PT INTI yg dulu diberi ToT oleh Siemens dan membanggakan dg produk tlp jinjing, kemudian handphone generasi awal, apa yg terjadi sekarang nggak ada kbr beritanya lagi, karena software yg diberikan sebagai rasa terima kasih atas penguasaan GSM di Indonesia sdh kedaluarsa.
Untuk mendapatkan software baru bagi pengembangan tlp seluler made in Indonesia oh....nanti dulu.
Apa iya generasi kita skrg mau menggunakan tlp seluler jinjing warna orange PT INTI atau pakai telepon seluler segede bata merah?
Kalau ada yg masih menggunakan tlp itu, he.....he....he.....no comment!!!
berarti terlambat 1,5 thn, nah dananya kita gunakan untuk beli pesawat tempur baru atau upgrade pespur yang ada ke level lebih tinggi
BalasHapusBelajarlah dari China dan India, bgm mereka merebut teknologi yg dimiliki orang lain. Sbg contoh pabrik mobil China dg nama Jie Fang yg artinya Nomor Satu, di ChangChun sebelah selatan Korea Selatan, produk awal trucknya ternyata memakai mesin diesel Mitsubhisi Fuso generasi awal yg sudah dibuang, demikian juga dg India dimana mesin Kijang generasi "K" juga sdh dibuang jauh oleh Toyota ternyata dimanfaatkan dan sekarang menjadi mesin andalan India. Tidak terlepas dari itu saja, banyak hal-hal sepele yg sekarang menjadi andalan material dagang India dan China. Mis. Kunci pas merk "Fukung" atau "Gedore" sdh jadi trademark China dan India. Sekarang pabrik mobil tsb diatas sudah menyamai besaran penjualannya dengan produk terkenal sebelumnya dan dg design yg menarik. Lihat "Tata" India bagaiman dengan kita? Disini saya mengajak kaula muda untuk ikut berkiprah mis dg yg mudah membuat cards dirangkai menjadi blok diagram kemudian diteruskan menjadi sistim, dari pada mengejek Boleroes nggak produktiv gitu lho, kalau Boleroes sudah kenal macam-macam jadi di ejek, di bully sdh biasa, dulu waktu masih muda di bully lebih keras, Dul!!!
BalasHapusBukannya kita tidak bisa membuat mobil. Menurut Pak Hermanyah seorang insinyur dari BUMIS mengatakan. Indonesia jika membuat mobil toyota innova dari baut sampai mesin dan sampai jadi itu masalah sepele. Masalahnya rakyat kita mau tdk membelinya dan bagaimana dengan kebijakan pemerintah. Konon kabarnya dulu jika Indonesia membeli mobil maka seluruh investasi jepang di indonesia akan ditarik semua. Makanya bersyukur proyek mobil ESEMKA di di back up sama Cina dan eropa. Sehingga jepang tidak berani macam. Untuk melihat hal itu coba kita liha motor merk KANZEN. motor korea selatan itu telah dibeli merknya oleh Indonesia dan telah merupakan 100% murni buatan bangsa Indonesia. Karena mesinnya dirancang ulang oleh org2 ITB dan PT. PINDAD. Tp akhirnya bangkrut juga itu perusahaannya. Gak tahu deh apa karena strategi marketingnya yg salah atau ada faktor politik di dalamnya.
BalasHapussetuju bro.....
HapusMotor kanjen itu kw 2 jd masyarakat tak ingin memiliki!!! Pun begitu dengan produk lainnya kalau memang kwalitas nya sama dengan produk sejenis masyarakat tentu akan membeli!!!
BalasHapusDisini bedanya Rakyat China dan India, mereka dg keras diberi pemahaman apa itu swa sembada. Kalau di India dg Swadeshi, kalau di China dg Revolusi Kebudayaan yg memakan korban puluhan juta orang.
BalasHapusJangan melihat korbannya, itu diperlukan karena untuk mengarahkan ratusan juta manusia apalagi milyaran manusia tidak mudah, jadi satu-satunya harus memakai tindakan keras. Nggak dapat dibayangkan kalau nggak ada Swadeshi atau Revolusi Kebudayaan, dipastikan dua negara besar tsb akan pecah belah. Dulu, Bung Karno sebagai pemimpin juga mengetrapkan doktrin yg terkenal dg "Nation and Character Building"
Ini ciri dan karakter manusia Indonesia, namun gagal karena G.30 SPKI.
Apalagi skrang dg model kapitalis, dan pasar terbuka, dimana orang dan manusia Indonesia sdh hampir lupa dg jati dirinya, makin sulit kita untuk mengajak pada konsep kemandirian spt China dan India.
Generasi muda saja sdh lupa dg sejarah Indonesia, mereka sudah terbiasa dicekoki dg kebudayaan baru dan meninggalkan budaya sendiri.
Oleh sebab itu, saya koment disini hanya prihatin dg kondisi ini, saya tahu koment saya bagaikan angin lalu, nggak apa2, sekedar mengingatkan kan baik daripada ikut ngerusak.
coba pikir mas belores, bukannya dengan anda membanding2kan indonesia dengan negara lain dan berkaya seolah mereka itu lebih baik dari kita, malah justru ini yang menunjukkan sifat "orang indonesia/generasi muda" yang sperti anda bilang sudah lupa tentang jati diri bangsanya?
Hapusbuat semua, udahlah semua ada tahapannya, indonesia itu baru bangkit 5tahun yg lalu dari krisis bung, itu belom lama, ga bisa lah kita langsung ngejudge indonesia itu gagal terus, indonesia ga pernah belajar, indonesia ga punya jati diri atau udah lupa jati dirinya,
china sendiri butuh waktu lama sejak revolusi kebudayaan hingga menjadi seperti skrg ini, dan di china sendiri juga punya banyak masalah juga seperti di indonesia,
intinya bersabar dan optimis, kita aktif dalam bidang kita masing2 utk memajukan bngsa ini, lebih baik bertindak daripada berbicara, apalagi saling mencaci dan bersikap pesimis
Boleroes11 klo koment ga jelas, ney info tentang KFX/IFX tapi yg dia komenin sampai ke G.30S PKI,apa lo PKI? geje bener.
BalasHapusGak rugi dah kita kerja sama dengan Korsel, mereka gak ragu berbagi ilmu dengan kita,adik saya lagi training di korsel dy bilang org korea bukan tipe sombong,pelit atau pun merendahkan bangsa lain, pokoknya jauhlah dengan negara yg ngakunya serumpun tp bajingan
BalasHapusMotor bajaj lumayan kwalitasnya, masuk ke RI bisa di terima, motor jialing kwalitas 3 sama aja gagal!!! Kalo produk RI bisa tingkatin kwalitas dengan harga sesuai tentu rakyat kan dukung swasembada!!! Jadi menurut sy bukan rakyat/konsumen yg salah tapi pengusaha nya itu yg harus di bina
BalasHapusBuat masbro Ersato kalo dibilang rakyat Indonesia tak mau beli buktinya Esemka ramai yg pesan.Yang pasti tidak ada keingginan dari pemerintah.Pemerintah udah puas cuma dari pajak.Pasar Indonesia besar kalo seluruh dinas,bumn,pemda dipaksa beli udah berapa banyak ,yg akan terjual.Untuk mobnas yang banyak prototype nya,tinggal bentuk bodinya yang harus diperbaiki.Jangan cuma berkutat masalah tehnologi tapi design nya harus eye catching,mampu membetot mata alias enak dilihat.Coba bandingkan mobil Esemka dengan Tawon,Gea,dan mobnas lainnya .Bentuk Esemka jauh lebih baik kesannya modern dan mewah.Padahal dirancang cuma oleh anak SMK,menggungguli rancangan Insinyur di BPPT,yang cuma mikir fungsi dan hematnya saja.jadi tuntutan orang Indonesia bisa disimpulkan sama mobnas paling penting masalah desain dan perawatan yang gampang dan bandel.
BalasHapusalah mak komentar nya pada gak nnyambung, alutsista dikaitkan dgn motor lah, mobil lah, PKI lah, inilah bangsa indonesia makanya gak maju-majuuuuuuuu,...
BalasHapusYa kayak kamu nggak maju cara dan sikap pandang yang instant.
BalasHapusSudah kena pengaruh Indomie, serba gampang, serba cepat, serba wah... tolong belajar dewasa kan nggak jadi anak-anak terus, ketawa-ketiwi kayak sudah paling bener saja, berpikir.!!!
Kok cuma kentut doang...
BalasHapusmulut ente kalee yg bau kentut..hi..hi..hi..
Hapuskalo china dan india memang sudah lama berguru dengan russia,
BalasHapusdisamping sudah lama belajar dua negara tersebut juga mempunyai anggaran yang besar buat pengembangan..
dan Indonesia itu baru bangkit dari krisis.
buat anda-anda yang melihat indonesia itu nggak pernah belajar, itu pasti otak KW yg ngomong.
dan dibarengi semakin baiknya ekonomi Indonesia, Indonesia sekarang sedang menuntut ilmu/belajar, nggak ada lah yang namanya belajar bikin roket hari ini besoknya udah jadi missile.
semua itu pada jalurnya, step by step. dari SD, SMP, SMA, dst.
jadi buat orang yang pengen liat Indonesia maju jangan cuma omdo, sedikit-sedikit dikritik, sedikit-sedikit dimaki.
sekarang itu Indonesia sedang belajar, setidaknya semua masyarakat harus mendukung (mutlak hukumnya).
sabar...sabar...wong sabar disayang tuhan,
BalasHapusyo beli ploduk ploduk Indonesia yo...
Klo mw mju bkin inovasi dan perusahaan bidang teknologi tinggi,,, klo cma saling ejek diforum apa bdanya
BalasHapusHahahahaaa Benerrr thu Pakkkk... IKFX akan terus berjalan sampai tahap akhirrr.... aku yakin ituuuuu
BalasHapusproffesor boleroes sudah bersabda, harap diperhatikan setiap huruf yang dia ucapkan
BalasHapusmenurut boleroes, alangkah baiknya kira retrofit F-5 kita yang sudah tua, sama halnya seperti idenya yang paling pengen retrofit amx-13. . .
BalasHapuskalo ente pesimis ama ToT, sana ngomong ke DPR yang bilang pembelian alutsista harus disertai ToT, kan posisi ente udah wah gitu di bagian alutsista se indonesia pasti di denger . . .
serba instan gimana coba, cina aja bisa tuh dalam 30-40 tahun maju menyaingi AS dalam teknologi pesawat padahal AS dah 200 tahunan di bidang aviasi
pakistan juga bisa dibilang instan tuh dapet teknologi pesawat JF-17,
jangan berpendapat instan itu jelek, kalo gak instan militer indonesia sampe kapanpun gak bakalan ngejer militer tetangga, yang kita butuhkan sekarang adalah cara membangkitkan industri pertahanan secara cepat, meskipun banyak resikonya
Mhn maaf kpd ano-ano yg mungkin tdk sama persepsi perihal perjalanan Bangsa. Saya secara pribadi mengalami bebrapa dekade prubahan kebijakan politik yg mendasar dari para pemimpin kita, dari situ saya memberikan komen jadi memang tidak bisa sama persepsinya dg para ano-ano yg mungkin baru mengalami satu atau mungkin dua kali mengalami perubahan mendasar dari political pemerintah.
BalasHapusSaya sangat mengerti apabila ano-ano ada yg memberi tanggapan atas koment sy berdsr apa yang terjadi satu dekade perjalanan Bangsa, jadi ya itu yg dpt dijadikan dasar pemikiran anda.
Disini peranan pendidikan dasar dan seterusnya menentukan pola pikir dan pengembangan daya pikir untuk dpt mengkritisi sikon Bangsa dan Negara diuji, berhaslkah atau justru sebaliknya.
Namun demikian, mengingat yg akan datang nasib bangsa dan negara ini ada di tangan ano-ano yth, ya monggo silakan kalau yakin bahwa pendapat ano-ano yth adalah yg paling dan sangat benar, saya di masa tua saya tinggal mendoakan agar Indonesia tetap Jaya. merdeka!!!
itulah gejala gagal...alasan pengunduran dll...mengulur waktu,yg tujuannya..kita gak akan pernah punya pesawat..mending joint bikin su 35 bm..nanti di up grade sana sini sendiri
BalasHapusStujuh tuh anonim 23.23!!! Mbah boler.... kami yg muda menghargai yg tua, namun bukan berarti pendapat yg tua slalu benar!! Th 60an era yg sangat di bangga2kan org seperti anda apa sih prestasi nya di bidang tehnologi, pendidikan, infrastruktur, dan kesejahteraan??? Kalo anak sekarang dianggap gak cerdas yah begitupun anggapan kami terhadap generasi tua kami hanya bisa mendoakan semoga anda tenang dan di terima di sisinya amiiin!
BalasHapusDisesuaikan sama kondisi keuangan broo...
BalasHapusMasa mau joint su-35
Kayaknya era 60an kita hebat deh....
Ano 08.10 anda tanya saya menjawab : Kemerdekaan RI dan Persatuan serta kesatuan Indonesia itu menurut ente nggak berarti? Sontoloyo !!!
BalasHapusSantai bang...
BalasHapusDia kan belum ngerasain hidup di jaman 60an
Hehehehe
Saya percaya kpd korea sifatnya yg tegas konsekwen ini merupakan pegangan kita, sedangkan perakitan pesawat dr korea TA 50 PT DI dpt merangkai dg baik dan ahli2 kita yg dikirim ke korea juga banyak belajar/pengalaman cara bekerja sama dg para ahli korea. Memang mendapatkan ilmu pesawat tempur tdk dg mudah hrs berdarah2 contoh jepang utk menguasai ilmu eropa hrs pengorbanan dg harakiri hasil ilmu yg diperoleh dimasukkan ke jasad sarjana yg harakiri. Jadi kita hrs bersabar dan para sarjana kita akan mengenbangkan spt mesin jet penelitian(ITB)serta didukung UU alutsista akan memberikan ruang pijakan penguasaan teknologi alutsista.
BalasHapusIkut2an OOT (Out Of Topic) ah... Kalau masalah membuat motor atau mobil saya yakin RI bisa dan mampu membuat seperti produk Jepang, bahkan mungkin lebih baik (contoh Tucuxi dan juga esemka yg dibuat oleh anak SMK, bayangkan kalau dibuat oleh insinyur). Juga mengenai management dan pemasarannya, banyak ahli management RI dan ahli marketing yang ada di sini. Dan secara nalar, pemerintah pastinya mau dan berkeinginan untuk merealisasikan pembuatan motor dan mobil tersebut. NAMUN,...apabila hal tersebut terealisasi, maka siapakah yang akan merugi secara besar2an? Ya, ada negara tertentu yg pastinya akan merugi. Dan negara tersebut memiliki banyak sekali investasi disini. Sepertinya sudah sedikit jelas bahwa pemerintah RI berada dibawah tekanan negara tertentu apabila akan mengembangkan motor atau mobil sendiri (kecuali motor/ mobil listrik yg belum diproduksi secara massal oleh negara tersebut). Itu adalah yang pertama, yang kedua kemungkinannya adalah pejabat terkait pengembangan motor dan mobil tersebut sudah dibuat kenyang dan nyaman oleh negara tertentu. Makanya tidak perlu heran apabila ada survey2 mengenai peringkat korupsi pejabat RI yang selalu berada di urutan paling uncit. Karena yang disurvey adalah negara-negara yang banyak memiliki hubungan politik/ dagang dengan RI.
BalasHapusnumpang lewat mas bro.
BalasHapusemang benar klo kita wajib waspada terhadap sistem ToT yg ditawarkan. mengingat jumlah alutsista yg kita beli tdk mencukupi standard ToT terhadap tehnologi yg kita inginkan, contoh; india dgn Russia, india mendapat kesempatan ToT dr russia setelah mrk membeli ratusan Mig 23 Flogger baru russia bersedia ToT tehnologinya tuh pesawat hingga India bisa produksi tuh pesawat sampai 1000 buah, nah kita berapa biji yg kt beli???? dari barat ToT tehnologi yg mrk beli harus 1 generasi dibawah sista yg mrk pake alias usang bt mrk, artinya kt tetap tertinggal. akan lbh baik klo kita curi tehnonya dgn mengcopi paste dulu sambil pelajaridr tangan ketiga.
Pelajaran penting buat bangsa Indonesia, jangan mudah percaya dengan janji muluk Korea Selatan. Indonesia selalu tulus dan lurus dalam pergaulan dunia. Tapi perjanjian kerjasama dengan Korsel makin memperlihatkan mereka hanya mulus diawal, berliku2 dan terjal dlm perjalanan. Tidak hanya KFX tp jg soal kapal selam mulai plin plan. "Selamat anda tertipu" mungkin inilah tepatnya setelah berjalannya perjanjian ini
BalasHapus