JAKARTA-(IDB) : Kepala Staf TNI
Angkatan Laut (Kasal) Laksamana Madya TNI Marsetio menerima kunjungan
kehormatan Panglima Armada ke-7 Angkatan Laut Amerika Serikat Laksamana
Madya (Vice Admiral) Scott H Swift di Markas Besar Angkatan Laut
(Mabesal), Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa.
Pada pertemuan tersebut, Kasal Laksamana Madya TNI Marsetio mengharapkan adanya rencana peningkatan kerja sama antara TNI Angkatan Laut dan Angkatan Laut Amerika Serikat, khususnya dalam kegiatan latihan bersama antara Angkatan Laut kedua negara.
"Ke depan, latihan yang sudah dilaksanakan dapat ditingkatkan lagi levelnya," katanya.
Sementara itu, Laksamana Madya Scott H. Swift mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas sambutan hangat di Mabesal dan menyambut baik peningkatan level kerja sama yang sudah berjalan baik selama ini antara Angkatan Laut kedua negara.
Scott juga sangat mendukung berbagai latihan antara TNI AL dan US Navy, antara lain, Flash Iron, JCET, Carat, dan Salvex.
Ia juga berharap ke depan TNI AL dapat mengambil peran lebih besar di kawasan regional.
Dalam kunjungan tersebut, Kasal didampingi Wakil Kepala Staf Angkatan Laut (Wakasal) Laksamana Madya TNI Hari Bowo, Asrena Kasal Laksamana Muda TNI Ade Supandi, Aspam Kasal Laksamana Muda TNI I Putu Yuli Adnyana, Asops Kasal Laksamana Muda TNI Didit Herdiawan, Panglima Armada RI Kawasan Barat Laksamana Muda TNI Arief Rudianto, dan Paban IV Hublu Spamal Kolonel Laut (S) Benny Rijanto.
Setelah melakukan kunjungan ke Armada RI Kawasan Barat, rencananya Panglima Armada ke-7 US Navy Laksamana Madya (Vice Admiral) Scott H. Swift melaksanakan kunjungan kerja ke Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) di Surabaya.
Pada pertemuan tersebut, Kasal Laksamana Madya TNI Marsetio mengharapkan adanya rencana peningkatan kerja sama antara TNI Angkatan Laut dan Angkatan Laut Amerika Serikat, khususnya dalam kegiatan latihan bersama antara Angkatan Laut kedua negara.
"Ke depan, latihan yang sudah dilaksanakan dapat ditingkatkan lagi levelnya," katanya.
Sementara itu, Laksamana Madya Scott H. Swift mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas sambutan hangat di Mabesal dan menyambut baik peningkatan level kerja sama yang sudah berjalan baik selama ini antara Angkatan Laut kedua negara.
Scott juga sangat mendukung berbagai latihan antara TNI AL dan US Navy, antara lain, Flash Iron, JCET, Carat, dan Salvex.
Ia juga berharap ke depan TNI AL dapat mengambil peran lebih besar di kawasan regional.
Dalam kunjungan tersebut, Kasal didampingi Wakil Kepala Staf Angkatan Laut (Wakasal) Laksamana Madya TNI Hari Bowo, Asrena Kasal Laksamana Muda TNI Ade Supandi, Aspam Kasal Laksamana Muda TNI I Putu Yuli Adnyana, Asops Kasal Laksamana Muda TNI Didit Herdiawan, Panglima Armada RI Kawasan Barat Laksamana Muda TNI Arief Rudianto, dan Paban IV Hublu Spamal Kolonel Laut (S) Benny Rijanto.
Setelah melakukan kunjungan ke Armada RI Kawasan Barat, rencananya Panglima Armada ke-7 US Navy Laksamana Madya (Vice Admiral) Scott H. Swift melaksanakan kunjungan kerja ke Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) di Surabaya.
Sumber : Antara
kunjungan smbil ingin mnegaskan, ini lho armada gua.
BalasHapusapakah usa ada niat mencari dukungan indonesia untuk konflik laut china selatan ? tolong donk para sepuh disini penjelasannya hehe
BalasHapus>Anonim 15.32 komen anda betul....betul.... Wak Sam ya begitu jarang dia kalau menghadapi suatu masalah diluar wilayahnya nggak berani sendirian, pasti ngajak teman yg sepaham dgnya untuk disuruh maju dulu sebagai penimbul situasi dan kalau sudah situasinya timbul, mulai dia ngeroyok habis-habisan dan kalau lawannya keok, yg ngambil untung paling besar ya dia. Waspada saja.......waspada jgn ikutan deh.!!!
BalasHapusYang perlu desak terus wak Sam ikut ratisifikasi uu maritim unclose.Bagi wak Sam karena tak ikut tandatangan unclos,mereka merasa tak melanggar kedaulatan RI,masuk kemana saja dilaut kita sejauh 12 mil laut dari pantai.Bagi mereka tak ada ALKI I,II.
BalasHapusBs juga bawa rayuan gombal anggaran utk pemenangan siapa2 yg ikut 2014 nnti, tntu dgn imbalan yg d ssuaikan hehe...
BalasHapusHati hati amrik itu tdk ada bgs nya jgn jgn posisi kita sudah di kepung amrik.....lht aja pangkalan guam,darwin,singapore.....
BalasHapusMALON MALING TAK DI KUNJUNGI PANGLIMA US PACOM HAHAHAHAHA KACIAN DEEEEEEEHHHHN !!!!!!!!!
BalasHapusPak KASAL jangan mau ditekan AS yaa ... kalau ada program pembelian alutsista Rusia / China lanjutkan ! jangan mau digertak AS.
BalasHapusJangan seperti dulu mau beli Kapal Selam kelas KILO, eeh digertak AS lalu batal malah diganti KASAL nya .. jangan takut ya pak. Kalau Korea Selatan macam-macam sampai kapal selam kita terlambat ... ganti aja dengan KILO. Biar keder tuh yang lagi ngincar Sumber Daya Alam kita.
Dunia menunggu sikap Indonesia atas masalah laut cina .Bisa kita amati petinggi petinggi barat silih berganti berkunjung ke Indonesia.Sampai panglima Armada ketujuh AL AS.datang ke Indonesia.Disinilah peran strategis Indonesia dalam menyikapi konflik laut china.Selama ini Indonesia mencoba bersikap netral .Walau saat ini bukan ketua ASEAN ,tapi sebagai negara yang posisinya amat strategis sebagai jalur pelayaran sikap Indonesia sangat penting diketahui oleh mereka.Memang yang terbaik adalah kita tetap bersikap netral tapi tetap aktif menjaga perdamain.Sampai saat ini sikap china masih belum melunak walau banyak negara menentang arogansi mereka.Adalah satu alasan yang dicari cari dengan mengkleim seluruh laut china adalah bekas kekuasaan empire china dimasa lalu.Banyak negara yang mempunyai kekuasaan dimasa lalu melebihi kekuasaan yang sekarang tapi tidak berusaha tetap memilikinya kembali.Inggris dimasa lalu adalah penguasa laut dunia ,tidak mengkleim lagi laut yang luas sebagai milik mereka.Majapahit,sriwijaya kekuasaan mereka sampai ke afrika, ..Peta geopolitik sudah berobah sesuai masanya.Kita analogikan laut china sebagai sebuah kolam,ada 4 orang berada di tiap sisinya masak satu orang yang menyebut seluruh kolam dia punya.yang lain cuma boleh menonton bila dia menangkap ikan..Kalau terpaksa harus memilih mudah mudahan jangan sampai,tentu Indonesia lebih memihak asean.Alasannya negara asean adalah tetangga kitayang riil,yang tak bisa dirobah.jauh lebih penting membina hubungan baik dengan negara terdekat dari pada dengan china.Kita tak bisa pungkiri kumpulan negara yang banyak berseteru dengan china lebih menguntungkan di pilih daripada bersekutu dengan china yang tak didukung negara lain.Terlebih laut di utara natuna juga ikut dikleim china sebagai daerah tangkapan ikan nelayan mereka sejak dulu.Barat menunggu putusan kita,kalau kita setuju mengepung china tentu bantuan militer akan mengalir.dengan deras,sekarang saja sikap AS sama Indonesia sangat lunak dan banyak menawarkan senjata untuk kita seperti tambahan F16 gelombang kedua belum kita tanggapi,tawaran rudal jarak menengah untuk F16 juga diberikan.Padahal selama ini kita cuma boleh membeli rudal standar jarak pendek untuk F16.Apabila sikap china semakin agresif dan kita berkonfik dengan china di utara Natuna tiada pilihan lain Indonesia harus mengambil bersekutu dengan barat dalam mengepung China.Tapi pastikan dulu AS meratisifikasi hukum laut yang mengatur kedaulatan negara maritim seperti Indonesia.Ambil manfaat sebanyak banyaknya tapi tetap waspada seperti pepatah tak ada teman yang abadi kecuali kepentingan.
BalasHapusMantep nih penjelasannya (Netral gk pakai Emosi) Setuju..!!!
BalasHapushaha nampak sekali yang punya blog komen sendiri.
BalasHapusbiar rame ya...
admin blog klau berani disable anonymous coment..
pasti banci ga brani takut ketahuan
Dlm konteks ini, bagaimana manuver para petinggi kita agar kita mendapat kemudahan mendapatkan bahan baku propelant, yg selama ini di jaga sangat ketat oleh MTCR ( Missile Technology Control Regime) yang di komandani oleh wak Sam.
BalasHapusKalau itu berhasil, wooooh melebihi F- 35 nilai strategisnya.
Hati hati rambut pirang yg menjajah kita 3 setengah abad bakalan terulang lg
BalasHapusUntuk Pak Anonym 13 Februari 2013 23.59
BalasHapusWah ya nggak perlu kita bersekutu dengan Barat untuk menghadapi Cina ... kita harus berteman dengan semua pihak ! kecuali kita dirugikan ya itu mau tidak mau kepentingan yang berbicara.
Tidak ada teman dan musuh yang abadi, yang abadi itu kepentingan pak. Ingat bagaimana kita disokong untuk menyerbu Timor Timur oleh barat guna membendung komunis lalu akhirnya setelah para superpower berangkulan, kita yang dijadikan korban.
Indonesia harus mengambil jarak yang sama dengan semua kubu internasional. Non blok harus diteruskan pak. Indonesia sebagai negara besar dengan populasi ke-4 didunia dengan posisi geografis istimewa seperti yang bapak ulas tidak perlu berkubu dan di dikte pihak lain. Malah kita yang harus mendikte maritim internasional berkaitan dengan lingkungan hidup kepulauan kita karena menyangkut harkat hidup 250 juta rakyat bangsa ini. Penetapan ALKI sudah menggambarkan upaya itu pak, hanya harus dilanjutkan dengan penetapan zonasi-zonasi Marine Protected Area baik menyangkut kelestarian maupun kepentingan keamanan pangan/militer atau kombinasi dari semuanya. Merdeka !!!