Rabu, April 16, 2014
6
YOGYAKARTA-(IDB) : Penguasaan teknoligi roket di Indonesia masih sangat jauh di bawah negara maju. Indonesia mestinya harus mampu mengembangkan teknologi tersebut secara mandiri.

Hal itu diungkapkan Ari Sugeng Budiyanta, Kepala Pusat Teknologi Penerbangan di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Selasa (15/04/2014).

Ari mengakui, teknologi roket tidak mudah untuk dikuasai, karena ilmunya rumit dan biayanya mahal. Selain itu, ilmu teknologinya sangat tertutup, tidak seperti teknologi penerbangan lain.

"Semakin rumit karena negara yang telah menguasai teknologi itu tidak mau begitu saja membagi ilmunya," ucapnya.

Menurutnya, untuk bisa memiliki teknologi roket yang mumpuni, Indonesia harus mampu bangkit dan mandiri, tentunya dengan ahli-ahli dari Indonesia.

"Negara maju tidak akan serta merta mau menyerahkan ilmu roketnya ke Indonesia begitu saja," katanya.

Ari memandang, teknologi roket sangat penting bagi negara manapun, tak terkecuali Indonesia. Sebab teknoligi ini memiliki banyak manfaat, seperti untuk kepentingan pertahanan negara dan untuk meluncurkan satelit komunikasi sipil.




Sumber : Kompas

6 komentar:

  1. Katanya sudah mampu mandiri di bidang peroketan?
    Ternyata belum,.......kalau begitu yg dimuat di media tentang keberhasilan roket a,....b,.....c,.....itu berhasil di bidang apa? Bingung......???

    BalasHapus
  2. Kalau boleh saran, berkorban untuk penelitian dan manfaat jangka panjang serta kemandirian teknologi preteli saja dari berbagai roket sudah dibeli misal rudal yakont , copy paste dulu yang ada baru desain sendiri.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya contohlah negara cina, walaupun mencontek tapi teknologi yang dihasilkan lebih dari yang dicontek..harus dicoba.

      Hapus
    2. mretelin kalau ga pake ilmu dari yang bikin .. salah-salah bias mleduk ke muka sendiri..

      Hapus
    3. betul, betul, betul.....kwkwkwkwk

      Hapus
    4. Pokok masalah pada roket adalah Propelan. Titik.
      Technology yg lain, apa itu sofware, apa itu hitungan aerodinamik, dsb-nya SDM banyak.
      Sayang yg ahli dalam membuat bahan baku propelan nggak pernah di ajak kerjasama.
      Bahan bakunya dari Indonesia dengan jumlah deposit milyaran ton, technologynya sudah menghasilkan Paten dan diakui dunia sebagai salah satu dari seribu sebagai Inventor= Penemu .

      Hapus