JKGR-(IDB) : Transfer of Technology (ToT) hanya bisa terjadi dengan jalan joint
development dan/atau mendatangkan tenaga ahli dengan jumlah yang
memadai. ToT “100%” seperti yang ditawarkan Saab Swedia untuk pesawat
tempur Gripen NG hakekatnya hanya karoseri. ToT karoseri ini tidak akan
membikin kita bisa mengembangkan pesawat sendiri nantinya, namun paling
banter hanya akan menambah lapangan pekerjaan. Dan penambahan pekerja
pun nggak seberapa dibanding cost yang akan dikeluarkan, alias MUBAZIR.
ToT Gripen hanya akan menimbulkan bencana bagi kapasitas produksi
untuk IFX. Pemerintah tidak mungkin invest membuat 2 jalur produksi
untuk IFX dan Gripen. Invest 2 jenis man power juga mahal yang hanya
akan menciptakan jebakan over supply man power di masa mendatang karena
produksi kedua jenis pesawat ini hanya sedikit. Jangankan 2 jalur
produksi, saya belum yakin apakah IFX akan dirakit akhir di PT DI
Bandung, mengingat panjang landasan udara Husein sepertinya pas-pasan
untuk fighter sekelas IFX (need correction).
Dengan budget yang kecil, pengadaan pesawat yang cukup berwarna hanya
akan meningkatkan biaya perawatan. AS mulai meninggalkan sekian jenis
pesawat yg sangat berwarna menjadi pesawat tunggal yang bisa menjawab
banyak tuntutan dengan melahirkan keluarga F-35.
Gripen kemampuannya rata-rata, kelasnya setara FA-50 Korea. Lebih
tepat di kelas 12 ton pemerintah pakai terus keluarga T-50 dan FA-50
Golden Eagle. Di kelas 20-an ton pakai F-16 kemudian beralih ke IFX.
Kelas 35 ton-an pakai keluarga Flanker/Fullback. ToT dengan joint
development di kelas 20-an ton (KFX/IFX) sangat strategis, karena berada
di tengah-tengah antara kelas 12-an ton dengan 30-an ton, sehingga
future RI punya fleksibilitas untuk mengembangkan fighter sendiri di
kelas 12-an ton dan 30-an ton.
Penggunaan Eurofighter Typhoon, meskipun ini pesawat bagus tapi
mahal, juga tidak banyak manfaatnya. Typhoon hanya bermanfaat jika RI
punya gesekan dalam hubungan dengan China. Inggris cs tentu saja tidak
akan support jika Typhoon dipakai untuk menyerang sekutunya: Australia,
Singapore, Malaysia, dann lain-lainl. Sekali dua kali Typhoon bisa gelut
dengan F-35 tetangga, tapi tidak dijamin untuk perang berkepanjangan
sekian ronde. Typhoon hanya akan menyandera Indonesia, agar budget
militer besar hanya untuk barang pajangan.
Tawaran ToT Gripen hanya omomg kosong, sebagai pemanis agar
pesawatnya laku. Skema ini tidak jelek, tapi cocoknya untuk negara yang
industri pesawatnya masih pemula. Contohnya Malaysia, biar menyerap
tenaga kerja. Bagi RI fase ToT semacam ini sudah lewat. Real ToT pesawat
untuk makin mandiri buat pesawat adalah di joint development di
IFX/KFX. Tahun 80-an RI sudah ToT membuat heli BO105, Super Puma, hingga
torpedo SUT, termasuk airframe nya dibubut di Bandung. Dan sekarang
tetap saja kita kesulitan mengembangkan sendiri benda-benda ini, karena
ToT memang tidak mungkin mentransfer kemampuan agar bisa mengembangkan
sendiri.
Gripen adalah light fighter berteknologi jadul (lama) yang tidak
bakal dipakai untuk future medium weight stealth fighter IFX/KFX. Korea
kebingungan dengan teknologi ToT jadul ini? Lah pesawat sekelasnya yang
lebih baru, FA-50, isinya apa? Kalau tidak dipakai di KFX IFX, buat apa
bela-belain keluar miliaran US$ utk ToT Gripen ini? Misal benar
mengajarkan engineer sampai mandiri, Indonesia mau pakai di mana? Belum
keluar maintenance cost sepanjang masa hanya untuk light fighter yang
kelasnya duplikasi dengan Golden Eagle. Jangan KEMARUK, tapi lihat
implikasi cost dan benefit untuk kemandirian.
Bagi Swedia, ini terakhir kesempatan obral ToT Gripen ke RI. Saat ini
resource RI baik itu cost dan engineer terserap ke IFX. Sekalinya
pesawat IFX operasional, RI tiba tiba akan langsung naik kelas di kancah
industri pesawat tempur canggih dunia. Teknologi Gripen pun terlibas
dan tinggal menjadi masa lalu. RI kalau kemudian akan mengembangkan
pesawat baru minimal berbasis IFX, sementara Gripen hanya sekedar
literatur pustaka. Dengan IFX/KFX, RI dan Korsel akan mengisi segment
pasar yg saat ini juga diincar Swedia. Apa kata dunia, RI sudah bisa
buat IFX yang canggih kok masih ToT karoseri Gripen yang lebih light dan
jadul. Bad image for RI, but good image for Sweden.
Tahukah anda, tak lama N250 berhasil first flight 1995an kemudian saham Fokker anjlok hingga pabrik ini tutup 1997-an?
Kini begitu PT DI akan menyelesaikan N219, Airbus memindahkan seluruh
produksi NC212 nya ke PT DI. Perlu disadari, N219 pesaing langsung 212
dan Airbus tidak ingin kehilangan pasar di Asia Pasifik. Bagi RI,
keuntungan dari lisensi (ToT) 212 kecil, tapi cukup penting di masa
sulit sekarang. Kalau mau untung besar ya develop pesawat sendiri, bukan
sekedar karoseri ToT. Good luck N219, IFX, New N250 dan sebagainya.
Sumber : JKGR
gripen di tendang aja, pengganti f-5 => flanker E
BalasHapusGrippen NG memang serba nanggung, dengan mesin volvo tapi lisensi amrik dah pasti rawan embargo (export mesin volvo grippen hrs ijin amrik). potensi IFX memang luar biasa, dapat menandingi typhoon/rafale 10 thn mendatang (dengan asumsi eropa .ngga kembangkan fighter baru) walau sejujurnya grippen yg sederhana ini punya kelebihan yaitu sudah terbukti bisa terbang.
BalasHapusgrippen dinilai punya keuntungan disisi cost operation, relatif paling murah, senjata nya bisa milih sistem negara mana, amrik, israel, atau rusia. thailand sendiri beli grippen satu paket dengan sistem tempur terintegrasi dengan kapal perangnya (nilai lebih yg sangat strategis) dan pesawat awacs. btw, grippen jauh lebih baik drpd FA50 (FA50 hanya setingkat lebih baik drpd Hawk200).
pilihan lain adalah Thyphoon, SU35, dan Rafale (lupakan semua produk amrik spt F15 dan F16). Thyphoon dan Rafale saat ini adalah pesawat taktis paling unggul dan battle proven (jangan dibandingkan dengan F22), tapi harga keduanya memang selangit. typhoon sendiri buatan gado2 bbrp negara tetapi paling banyak inggris (induk semangnya Aussie, Malay, ama Singpo), beli typhoon berarti rawan embargo.
jadi tinggal Rafale dan SU35. Rafale 100% buatan perancis dengan harga selangit juga, ttp perancis terkenal ngga rempong soal politik dan dikawasan kita mereka hampir ngga punya sekutu atau anak angkat, jadi sistem Rafale sebenernya cocok. hanya saja selain pesawatnya mahal senjata nya juga mahal, itu pun mereka masih mengembangkan rudal jarak jauhnya (typhoon pake amraam nya amrik yg jangkauannya kira2120km), rudal andalan Rafale adalah mica versi ER (jarak jangkau kira2 60km). ada keuntungan jika kita beli rafale yaitu perancis akan ijinkan IFX menggunakan mesin EJ2000 (ini jauh lebih baik drpd kita pake mesin amrik) dan ada kemungkinan jeroan IFX menggunakan jeroannya Rafale (IFX akan jauh lebih cepat terbang krn kita hanya mikirin aerodinamis bodi pesawat).
su35 memang berpotensi menjadi pesawat nomor wahid, tp pesawat rusia terkenal agak susah soal sparenya (sering tak tersedia), selain itu cost operation nya paling mahal diantara pesawat tempur modern saat ini. su35 ini cocoknya jadi pesawat tempur strategis, krn selain bisa nongkrong lama di udara, jarak jangkau paling jauh dan bisa nenteng segala jenis senjata yg jangkauannya jauh juga.
soal ToT, kecuali grippen yg jual murah dan ngajak ToT nggak jelas, semuanya ngga bakalan mau, yg ada juga sistem barter, misalnya kalo kita beli Rafale maka PT. DI bisa memproduksi part airbus lebih banyak, atau bisa dapet lisensi heli panther dll, jadi ngga akan dapet teknologi Rafale.
hanya saja sistem pertahanan udara yg ideal adalah integrasi dari sistem radar darat, sistem radar pesawat AWACS, fighter, pesawat refueling , dll jadi bisa dinilai sistem mana yg sudah ada dikita dan siap diintegrasikan.
ulasan saudara juga mantap...kita sebagai warga negara indonesia ya lebih mengharapkan langkah2 untuk kemandirian teknologi, IFX/KFX ini lebih jelas arahnya, dan kita sudah memulainya, tinggal kita memaksimalkan saja. selama ini bangsa indonesia masih terjajah teknologi...dan catatan juga kami mengharapkan kepada pemerintah dan bangsa ini juga untuk terintegrasinya Universitas2 dengan pemerintah untuk lebih kongkrit lagi kerja samanya dalam bidang pengembangan teknologi ini...setaiap negara besar dan maju tidak lepas dari yang satu ini...
Hapusmantaap... sambil nunggu IFX, bungkus su35 16 biji dulu, lanjut t50 dari om ruski... jadideh IFX produksi masal
BalasHapusAnalisa yang bagus,semoga juga dibaca dan disadari oleh pemegang keputusan di negeri ini.
BalasHapusPenjelasan yang bijak Smoga Indonesia bisa mandiri Teknologi terkhusus ALUTSISTA, kami sebagai warga negara ingin Negara ini tidak diinjak injak harga diri dan martabatnya dan bisa membela diri bahkan menyerang bila terjadi hal hal yang tidak diinginkan maka bila ALUTSISTA bisa diproduksi di Indonesia sampai dengan pembuatan mesinnya maka Negara dan rakyatnya ini tidak disepelekan
BalasHapussetujuh,
BalasHapusakal bulus biar pesawatnya laku.
Lupakan Grippen, dulu era Bu Megawati pernah presentasi di Jakarta dan demo udara kalau gak salah. Tapi si Ibu malah berpaling ke Su, pastinya TNI punya pertimbangan ini itu dan risk management yang baik. Sebagai bangsa yang ramah ya kita harus sambut baik tawaran ini dengan senyum sambil lirik kanan kiri tooo....
BalasHapusUntuk saat indonesia lebih membutuhkan. Sukhoi SU-35. titik
BalasHapusGo +62...dukung Su 35, KFX-IFX, N219, Tank Pindad, Kapal Selam PT. PAL. dll
BalasHapusSwedia,Inggris dan Perancis sekarang sedang galau bin bingung, mau dijual kemana ya hasil produksi pesawat tempur ku ???? pesaing tetap sudah pasti dari Amrik & Rusia....
BalasHapusini mendadak muncul lagi pesaing pendatang baru (Korsel & Indonesia) dengan mengusung KFX/IFX.ini membuat kepala bagian marketing ke 3 negara itu semakin puyeng bin tambah lebar saja botaknya.
iya masuk akal jg,dan sebenarnya seluruh radar udara Indonesia terintegrasi dgn bandara2 di Indonesia,tapi tetap saja msh ada blank spot,maka buat radar sendiri pun sangat diperlukan
BalasHapusNB : N250 pun dijatuhkan pamor nya oleh IMF, dan yg naik pamor adalah ATR
Benar-benar analisis yang mendetail... ini membuktikan bahwa sebenarnya banyak sekali analis-analis yang dimiliki ibu pertiwi yang hebat yang ada diluar sana... kita tidak perlu ragu akan alutsista yang akan dibeli oleh negara ini... karena semua mungkin sudah direncanakan dan terkonsep secara matang dan profesional oleh ahlinya yang dimiliki oleh ibu pertiwi yang ada diluar sana... mungkin analisis ini sedikit mencerahkan bahwa sesungguhnya kita sudah dan sangat perlu pesawat tempur dari generasi 5... dan mungkin SU-35 bisa menjadi pertimbangan untuk saat ini... Maju Indonesiaku....
BalasHapusSorry bro, ane kasih NILAI D untuk artikel di atas! Analisa yg buruk ga berdasarkan data, cuap2 tp ga ada solusi. Gripen NG tetep bisa jd solusi utk membantu program ifx & menjaga pertahanan indo.. Karena Prototype ifx baru jadi 2020 yg artinya skitar 6thn lg dan itupun belum tentu bisa trbang msh bnyak yg harus di perbaiki & ujicoba, yg kemungkingan baru bisa produksi masal 2025.. Knp jd solusi? Kalo memang sudah mandiri dg tot gripen, masa bingung mau ngapain? Yah dilanjutin dgn pengembangan mebuat pesawat sendiri dg program ifx yg ada skrg ini lah bro.. Pernyataan yg bilang fa-50 diatas gripen jg salah.. Fa-50 korsel pesawat generasi 4 dan jauh dibawah gripen.. Karena pd dasarnya fa-50 itu pesawat latih yg dirancang utk bisa bertempur.. jauh berbeda dgn fungsi Gripen NG karena sudah trmasuk generasi 4++.. Kalo dibandingkan dg typhon, rafale&su-35 memang kalah kalo 1:1 makanya thailand beli pesawat awacs buat menutupi kekurangan gripen dg penambahan penginderaan yg lebih jauh.. Dari segi mengklasifikasi kan sebuah pesawat juga bukan berdasarkan ton/berat jangan samakan pesawat tempur dgn MBT..
BalasHapusKalo memang gripen pesawat kacangan knp brazil lebih memilih gripen dibanding su-35 pdhl rusia menawarkan tot dgn pembelian 2 skuadron su-35 sharga 4 milyar USD.. Dan knp india pun harus mempertimbangkan gripen pdhl rafale mendekati india sudah lama utk menjual pesawatnya.. Ane rasa tni layak pula untuk memprtimbangkan pesawat ini, jika memang alasan tni adalah utk tot & meringankan biaya operasional..
Ane pun setuju dg bro ano 08:48 untk pilihannya ke rafale & sukhoi jika memang tni punya biaya lebih utk biaya operasionalnya.. Knp ane masukin rafale sbg pilihan? Kalo memang rafale mau ksh tot, layak di perhitungkan karena kita bisa belajar utk mesin & radarnya yg sulit terdeteksi radar musuh yg menjadikan rafale stealth.. Dari 3 pesawat yg di uji coba NATO (rafale, typhon&f-16 blok 60) cuma rafale yg bisa lolos dari kejaran radar s300 rusia.. Jd memang pantas di perhitungkan jg oleh tni..
Su-35 memang fighter yg wahid dari semua pesawat generasi 4++.. Tp tni pasti bakal mempertimbangkan kembali masalah biaya operasionalnya.. Kalo memang sesuai dg kebutuhan tni & segi financial utk operasional mencukupi ane pun setuju bngt tni mengakusisi su-35.. Yg penting jng sampe pesawatnya kebanyakan nongkrong di hanggar & ompong.. Yg ada malah jd tidak sesuai dg tugas awalnya utk melindungi NKRI dari gangguan musuh.. Mudah2an tni bisa benar2 matang & tepat dalam pembelian alutsista,.
analisa ente kurang satu hal.. yaitu ente tidak mempertimbangkan sisi di embargo kalo pake grippen seperti yg sudah pernah terjadi pada AU indonesia pesawat2 u.s dan inggris..
HapusSukhoi memang sengaja kebanyakan nongkrong karena sukhoi dianggap "pemukul" dan bukan untuk patroli. Sukhoi kita bisa saja dibuat patroli (kadang2x), tapi bukan kewajiban Sukhoi untuk berpatroli. Kenapa? Terlalu mahal biayanya dan terlalu 'over-employed' kalo hanya untuk patroli. Namanya juga flanker. Jadi masalah biaya operasional tinggi dan masalah suku cadang rewel, bagi ternyata TNI-AU tidak masalah karena memang Sukhoi tidak direncanakan untuk terbang setiap hari.
HapusKalo untuk patroli maka yang dikeluarkan adalah pesawat tempur yang lebih ekonomis seperti IFX/F-16. Pesawat2x itu punya KEWAJIBAN untuk patroli. Itu adalah salah satu 'job-des' mereka, dan mereka itulah yang nggak boleh nongkrong.
Thanks bro masukannya,, dgn ada tot membuat pesawat, suku cadang dllnya, kt harusnya sudah tidak takut embargo lg.. Pd saat kontrak nanti tni harus pastiin tidak ada embargo dari gripen.. Lagian apa ano memang brharap dalam 2thn kedepan ingin berperang? Kalo anda brpikir swedia bagian dari sekutu as knp pemerintah bekerja sama dgn korea yg rawan embargo jg.. Kita disini dlm posisi netral dan sbagai penyeimbang di kawasan bukan? Bnyak kepentingan dari negara blok yg ada yg akan membantu indo jika salah satu blok akan menyerang indo.. Kita berpikir positif aja saat ini sambil membangun kemandiriian alutsista negara kita sbg negara non blok.. Kalo pertimbangannya saat ini karena tetangga yg suka usil, pemerintah dari sekarang seharus bisa bersikap tegas trhadap mereka.. Ane yakin ga ada yg usil lg.. Tp kalo Mereka tetap kurang ajar brarti mereka kita anggap musuh.. Jd kita bisa tau posisi arah dan tujuan pemerintah kita dan alat apa yg harus dibeli utk ngejaga negara kita..
HapusDan 1 lagi, tetangga bntar lg udah terbang sama F35nya. Yah kalo pun lu beli gripen+ToT nya, apa lu yakin bisa mempertahankan negara kita? Jangan tergiur sama tawaran ToT yg gajelas, tujuan kita beli pespur itu kan buat mempertahankan negara, ToT itu cuman 'hadiah' aja dari sang penjual.
HapusOk mas bro, ane jawab.. Kalo ane sndiri yakin selama sepaket sama pesawat awacs.. Kalo ga yakin knp brasil & afsel yg jauh lebih baik teknologi alutsistanya berani ambil gripen.. Selebihnya balik lg ke pemerintahan kita berani atau tidaknya mereka bersikap tegas.. Soalnya Percuma bro, kalo pesawat kita su-35 tp pemerintah kita mental tempe karena takut kepenting2an trtentu..
Hapus1 lg yg ane harapin dari gripen yaitu mereka mau berbagi teknologi pesawat awacs yg bakal ada dlm 1 paket pembelian gripen kalo memang tni mau beli gripen.. Ano bisa bayangin ilmu yg bisa kita dapet kalo memang mereka mau kasih.. Tambah gahar ifx kita kalo pake awacs yg korea sndiri belum mampu ngebuatnya.. Kalau memang pd kenyataanya tot-nya ga jelas & gripen ga bisa memenuhi ke inginan indo ya jng dibeli.. Kita bisa pilih su-35..
Kenapa ano takut skali dg f-35? Apa dng australi punya f-35 trus mereka tiba2 langsung nyerang & ngebom indo?? Yg ada saat ini biasanya perang urat saraf dulu bro, kalo ingin perang.. selama perang urat syaraf trjadi kita bisa mempersiapkan pembelian alutsista yg lebih cagih.. Rakyat indo pasti dg mudah setuju kalo tni pesen alutsista cagih untuk menandingi tentara musuh.. karena statusnya darurat.. Apa ano ga yakin dg bangsa ini 5thn ke depan akan lebih maju? Kalo memang ekonomi kita sudah mumpuni, knp kita beli su-35 kita lngsung beli pakfa 50 aja yg rencananya 5thn ke depan bisa diproduksi masal.. Dan menurut ane pakfa 50 lawan yg sebanding buat ngelawan f-35 or f-22 raptor..
Sorry buat ano diatas, bukan ane ga stuju tni beli su-35.. Tp kalo gripen ga bisa memenuhi persyaratan diatas yg ane sebutin.. Ane tetep stuju kalo pd kenyataanya pemerintah beli su-35 tp harus sepaket dg rudal jarak jauhnya minimal jarak sedang, sbg payung pelindung ibu kota tercinta & pangkalan2 militernya..
soal embargo sudah bukan masalah lg sebetulnya. embargo cuman masalah politis, kalau kepentingan mereka terancam, hukumannya embargo. rusia menerapkan embargo disaat soeharto jd presiden. amerika, inggris disaat invasi timtim, dan GaM. semua itu alasannya politis. semakin kita berpihak ke rusia dan anti amerika. rawan embargo pun semakin besar *lirikvenezuela*
HapusBro afsel sama brazil itu sekutunya amrik.jgn disamain donk negara kitakan non block
HapusSU 35 + S-400 nya mas brooo ini akan mengisi kekosongan pertahanan bangsa ini saya rasa...tetapi bagaimanpun kita harus mandiri....
HapusSudah saatnya mengakuisisi S-300, S-400, dan SU-35.... :) karena belajar dari yang lalu dan sekarang ini, bahwa suhu dikawasan sedang meningkat... Akan lebih baik jika itu digunakan sebagai pengimbang dan daya tawar untuk menciptakan perdamaian dikawasan.... karena mungkin kita memiliki pengaruh yang besar dikawasan....
BalasHapusMungkin juga bisa dipertimbangkan untuk pesawat ini Lockheed AC-130.... 8-)
BalasHapusKalo d lyt dr urgentny kykny yg pas utk saat ini Su-35 dh, utk bro ano 12.47 bukan mungkin tapi memang kita memiliki pengaruh yang sangat besar d kawasan..
BalasHapusSudah gak usah banyak cingcong su35 z dlu sementara mah....pespur sekarang sudah pengembangan generasi 5 bukan generasi 4 lagi. dan kita tunggu IFX dan tuntut Korsel sampai sukses kerjasama KFX/IFX. bentar lagi udara sekeliling dipenuhi F35 coy.....
BalasHapusNggak usah di perhatikan tawaran tot untuk grippen.Tawarannya sama saja dengan tawaran china untuk produksi pesawat hasil kerjasama pakistan china yang ditolak kemhan.Pesawat udah jadi lalu apa yang mau di tot kan.Pelajaran yang didapat cuma membikin air frame yang udah ditentukan ukurannya sesuai pola.Dengan korsel kita ikut merancang, ikut itung itung ketahanan terhadap tekanan dsb terus bikin pola dan seterusnya.Ahli kita ikut merancang dari awal.Harus di ingat mesin, avionik,sistem tempur dsb punya negara lain bukan hanya swedia.Taktik pemasaran yang terpaksa dilakukan karena pesawatnya tak laku.Gripen tak cocok dengan Indonesia.Itu pesawat hanya cocok untuk negara yang wilayahnya kecil.Kemampuan gotong senjata dan bahan bakarnya terbatas.Malon aja nggak jadi pakai gripen karena hal tersebut apalagi kita yang wilayahnya luas.
BalasHapusBetul buang2 duit kalo kita beli Gripen. Sudah jadi manusia harus fokus. Beli SU-35 dan Joint Production KFX/IFX. Selesai urusan. Jadi kita terfokus. Kalo syaratnya harus beli 30 dulu baru TOT, mending kita beli lagi 3 skuadron T-50 / FA-50 dijamin Korsel langsung kasih TOTnya. Toh antara swedia dan korsel sama2 anteknya amrik yang akan rawan embargo. Karena teknologinya juga pemberian dan buatan amrik untuk mesin dan peralatan pendukungnya. Mending kita fokus aja Joint Product KFX/IFX. Kalo sudah menguasai kita nanti bisa seperti anoa. Jika mesin IFX buatan amrik di embargo kita ganti dengan mesin milik rusky. Dan peralatan lainnya. Toh karena kita megang blueprintnya. dan sudah menguasai jeroannya
BalasHapusSU 35 hobahhhhhhhh
BalasHapusMungkin kita harus fokus dan optimis sembari melobi armada merah... untuk mendapatkan pergelaran SU-35 dalam jumlah besar supaya bisa mendapatkan transfer of technology.... Mungkin ini bisa menjawab permasalahan yang ada... maju indonesiaku....
BalasHapusKita harus fokus,ifx dan su 34,su 35 harus kita beli.Kita harus proyeksikan pespur kita mampu menyerang negara lain.Bukan berarti kita punya rencana menyerang negara lain.Dengan kemampuan tersebut kita akan di segani tetangga sebab mereka tahu jika kita di usik kitabisa menyerang kejantung pertahanan mereka.Jangan harap dengan senjata yang di patok untuk bertahan saja negara lain akan segan dengan kita.Andai sekarang kita punya puluhan kapal perang destroyer,fregat dan kapal induk ditambah pespur seperti Su 34, Su 35.Ausit pasti tak akan melecehkan kita sebab mereka tahu akan kemampuan kita.
BalasHapusMampir ke blog Ane gan javadefense1.blogspot.com
BalasHapusIndonesia juga perlu Sukhoi Pakfa...
BalasHapusUntuk mengatasi modernisasi pesawat tempur negara tetangga, menurut saya yg lbh efisien adlh pengadaan S300 atau yg lbh update lg lsg S400. Krn tdk perlu makan byk biaya operasional krn bisa diam ditempat dan ditunjang jg radar yg mampu mendektesi pesawat siluman. Saya yakin apapun pesawat musuh akan takut utk mencoba2.
BalasHapusCara berfikir yang begini nih yang bikin tetangga selalu meremehkan kita.Udah terbukti pertahanan yang baik adalah menyerang paling tidak punya alat untuk menyerang.Dengan punya alat untuk menyerang pasti tetangga pada berfikir puluhan kali bila mau meremehkan kita.Sudah saatnya Indonesia merobah doktrin sehingga alat pertahanan juga ikut berobah orientasinya.Saatnmya kita lebih agresif baru tetangga yang resek pada takut.
HapusAno 22.37. Yg benar tu kita harus memiliki dua kemampuan yaitu defensive ( bertahan) dan kemampuan offensive (menyerang). Klu kita hanya menggunakan kemampuan offensive saja dalam menghadapi musuh maka pertahanan kita akan mudah hancur krn musuh yg kita serang tentunya tidak akan tinggal diam dan mereka pasti akan menyerang balik kita. Itulah sebabnya selain memiliki kemampuan offensive kita juga butuh kemampuan defensive seperti memiliki pertahanan udara yg kuat dengan menggunakan rudal seperti s 300.
HapusTNI kalo beli senjata selalu berfikir apa kata tetangga bila kita punya alutsista yang sifatnya offensif.Mau beli KS maunya cuma untuk laut dangkal,nggak mau yang kelas samudra,kapal perang juga cuma untuk laut dangkal ,harusnya kita punya armada untuk blue water navy dengan destroyer,batlle cruise .Jadi tidak hanya bisa dipakai untuk bertahan tapi bisa juga di proyeksikan ke samudra luas.Kapal kapal kita ukurannya tanggung dibilang fregat tapi ukuran dan sistem senjatanya juga tanggung contoh kapal bekas dari inggris [nahkoda ragam kass} .
Hapuspemikiran orang indonesia memang gangster penakut. yg bisanya cuma gamau kalah sama org lain alasannya harga diri dan martabat. so berani so kuat, padahal apa yg dilakukannya tanpa kebijaksanaan dan pemikiran yg kuat.
BalasHapuscoba berpikir disini, kenapa sih kita selalu dalam doktrin menyatakan commonwealth dan nato itu musuh, dan rusia china itu sebagai sahabat ?? apa kalian inget isi pembukaan UUD 1945 ? soekarno tegas karna dalam kondisi perang. apa sekarang kita dalam kondisi perang ??
ketidakdewasaan dalam berfikir, dan korban provokator" media menyebabkan kondisi psikis yg ancur. kita hujat malay dengan malon, singapur dngn singaporn, australia dngn aushit, AS dngn AsU blablabla.
yg tegangnitu pemerintah, politik dan diplomasi. bukan seluruh rakyatndan warga negara. please, think again !! jngn kotori demokrasi dan kebebasan berpendapat, dngn pendapat yg tidak bertanggung jawab dan tidak dapat di pertanggung jawabkan.
itu dah masuk sleksi alam bro
Hapusitu masuknya sejak zaman penjajahan dimana AS, inggris, belanda mrupakan sahabat dan mreka pernah akan menghancurkan INA sblm di usir oleh jepang walau agak sakit endingnya
tanpa di sadar saat jepang di taklukan oleh AS kita merapat ke kekuatan yg sama besar dengan AS serta menjadi lawan AS
tanpa itu papua tidak akan kembali ke pangkuan RI
itu semua sudah takdir dan sejarahnya sngat panjang
Gile loe ndro,, Yang mengotori demokrasi siapa??
BalasHapusKami tidak suka mereka karena perlakuan mereka terhadap negara ini, kami benci mereka karena jiwa nasionalis kami yang muncul karena ulah mereka yang telah melecehkan bangsa ini.
Berbagai sejarah kelam telah kita lalui bersama negara ini. Itulah yang membentuk kami untuk kami untuk cinta negeri ini.
Ini bukan situasi perang tapi ini bentuk nasionalis kami untuk menjaga harga dan martabat ini.
Dan ini negara demokrasi dalam bentuk komen inilah kami berusaha untuk membangun negeri ini menjadi lebih baik!
lu faham apa itu nasionalisme ? lu faham apa itu demokrasi ? lu faham apa itu pancasila beserta nilainilainya ? kalo lu faham, apa lu udah mengimplementasikannya ?? jngn cuma tau, atau ngerti doang bro. apalagi pemahaman tentang strategi politik luar negeri dan pertahanan. perubahan negeri lebih baik, didasarkan pemikiran positif yg baik. SDM baik, negara pun baik.
Hapusgripen untuk kawasan kita udah nggak makyus preenn..!! ifx juga belom tentu sukses. beli desain dan prototype MiG 1.44 atau Su-43 om rusky aja lalu produksi masal dgn asistensi pabrikan sono di ptdi. biar top markotop. yg belum sempurna, kita kembangkan sendiri. jauh lebih maknyus dari pada gripen ato ifx yg gak jelas ujungnya.
BalasHapusIyaaa yaaa................ duitnya ente kasih pinjem, yaaa :-)
Hapusuntuk mendapatkan blue printnya kira-kira harus beli berapa tuh ya??? kalo bs dapat kan lumayan lah :)
BalasHapusSemua yang di obrolin benar semua tetapi yang paling benar TNI sudah ada blue printnya mengenai pengadaan pespur kedepan yang jelas hevy figternya adalah Flangker dari Rusia dan adanya tawaran yang macem-macem memang sengaja sisekenario untuk menyembunyikan yang sebenarnya bro yakinlah apa yang dikatakan Menhan kita yang terkuat si ASEAN 2014 bukan isapan jempol karena mulai bawah laut KS kita kelas wahid dari RUSIA begitu pula AU dan AD
BalasHapus