SINGAPORE-(IDB) : Indonesia tengah menimbang pembelian pesawat tempur baru pengganti
F-5E/F Tiger II TNI-AU. Satu nominator penjaga langit nusantara adalah
Gripen NG, buatan SAAB Groups Swedia. Apa kehebatannya?
Wakil Presiden SAAB untuk Indonesia, Peter Carlqvist saat ditemui di sela acara pameran dirgantara Singapore Air Show, di Bandara Changi, pekan lalu, mengatakan Gripen memiliki sederet kemampuan canggih. Di antaranya daya jangkau dan kemampuan avionik dikendalikan perangkat lunak dan material modern. Desain pesawat yang digunakan untuk misi intersepsi, serangan darat, dan pengintaian dibuat efisien dengan desain kanard yang tak stabil sehingga memungkinkan pesawat terbang lebih cepat.
Gripen berbekal rudal AIM-120 AMRAAM, AIM-9 Sidewinder, rudal antikapal SAAB Dynamics RBS 15, dan rudal serang permukaan Maverick. Keunggulan lainnya adalah Gripen bisa take off dari landasan pacu sepanjang 800 meter, dan sanggup mendarat pada jalanan umum. Saat mendarat, pesawat berkecepatan 2.470 kilometer per jam dengan radius tempur 800 kilometer ini bisa diisi bahan bakar dan dipersenjatai lagi dalam sepuluh menit oleh lima kru saja, untuk kemudian terbang lagi.
Tak hanya itu, jenis pesawat ini juga memiliki standar biaya operasional atau pemeliharaan yang murah. "Industri pesawat kini makin canggih tapi juga sekaligus makin mahal. Kami memutus tren dengan menekan ongkos perawatan operasional." ujar Clarqvist.
SAAB, Carlqvist menyebutkan, juga membuka kemungkinan negara yang membeli armada dengan mereka mendapat fasilitas transfer teknologi. Dengan Brazil, yang baru saja membeli 36 unit Gripen NG, misalnya, SAAB melakukan 100 persen transfer teknologi. Kondisi tu bisa terjadi karena perusahaan dirgantara Brasil mumpuni menerima transfer teknologi dari SAAB.
"Kami ingin industri lokal bisa melakukan sendiri perbaikan pesawat mereka. Jadi Andalah yang bertanggung jawab terhadap aset Anda, bukan kami. Andalah yang memegang kendali," ujar Clarqvist. "Jika pun terjadi embargo, Anda tak akan peduli, karena Anda sudah mandiri dan punya kompetensi pemeliharaan sendiri."
Sejumlah negara sudah menjadi pelanggan SAAB, di antaranya Afrika Selatan, Brazil, Swiss, Denmark, Ceko, dan Hungaria. Kini mereka tengah berambisi melebarkan sayap ke Asia Tenggara dengan mendirikan kantor perusahaan di Indonesia, menyusul Thailand yang angkatan udaranya baru saja mengimpor Gripen NG.
Wakil Presiden SAAB untuk Indonesia, Peter Carlqvist saat ditemui di sela acara pameran dirgantara Singapore Air Show, di Bandara Changi, pekan lalu, mengatakan Gripen memiliki sederet kemampuan canggih. Di antaranya daya jangkau dan kemampuan avionik dikendalikan perangkat lunak dan material modern. Desain pesawat yang digunakan untuk misi intersepsi, serangan darat, dan pengintaian dibuat efisien dengan desain kanard yang tak stabil sehingga memungkinkan pesawat terbang lebih cepat.
Gripen berbekal rudal AIM-120 AMRAAM, AIM-9 Sidewinder, rudal antikapal SAAB Dynamics RBS 15, dan rudal serang permukaan Maverick. Keunggulan lainnya adalah Gripen bisa take off dari landasan pacu sepanjang 800 meter, dan sanggup mendarat pada jalanan umum. Saat mendarat, pesawat berkecepatan 2.470 kilometer per jam dengan radius tempur 800 kilometer ini bisa diisi bahan bakar dan dipersenjatai lagi dalam sepuluh menit oleh lima kru saja, untuk kemudian terbang lagi.
Tak hanya itu, jenis pesawat ini juga memiliki standar biaya operasional atau pemeliharaan yang murah. "Industri pesawat kini makin canggih tapi juga sekaligus makin mahal. Kami memutus tren dengan menekan ongkos perawatan operasional." ujar Clarqvist.
SAAB, Carlqvist menyebutkan, juga membuka kemungkinan negara yang membeli armada dengan mereka mendapat fasilitas transfer teknologi. Dengan Brazil, yang baru saja membeli 36 unit Gripen NG, misalnya, SAAB melakukan 100 persen transfer teknologi. Kondisi tu bisa terjadi karena perusahaan dirgantara Brasil mumpuni menerima transfer teknologi dari SAAB.
"Kami ingin industri lokal bisa melakukan sendiri perbaikan pesawat mereka. Jadi Andalah yang bertanggung jawab terhadap aset Anda, bukan kami. Andalah yang memegang kendali," ujar Clarqvist. "Jika pun terjadi embargo, Anda tak akan peduli, karena Anda sudah mandiri dan punya kompetensi pemeliharaan sendiri."
Sejumlah negara sudah menjadi pelanggan SAAB, di antaranya Afrika Selatan, Brazil, Swiss, Denmark, Ceko, dan Hungaria. Kini mereka tengah berambisi melebarkan sayap ke Asia Tenggara dengan mendirikan kantor perusahaan di Indonesia, menyusul Thailand yang angkatan udaranya baru saja mengimpor Gripen NG.
Sumber : Tempo
Memang penting memiliki pesawat tempur yg memiliki kecepatan di atas rata". Apalagi untuk menghalau ataupun mengejar pesawat yg terlalu jauh masuk ke dlm nusantara.
BalasHapusBagaimana jika keunggulan SU-35, IFX, dan Gripen di combinasi dan di kembangkan menjadi satu kekuatan Garuda yg hakiki ??!
Gripen hebat, tapi TNI-AU nggak butuh. Nggak butuh karena nggak sesuai dengan doktrin pertahanan udara. Jadi jangan paksa TNI untuk ambil barang yang dia nggak butuh. Kasihan mereka, disuruh jaga NKRI dengan barang yang mereka nggak butuh.
BalasHapusKita kalo beli kendaraan, kita juga punya doktrin. Doktrinnya kendaraan itu mau dipake buat apa? Ferrari-Lamborghini itu semua mobil hebat. Tapi untuk mudik lebaran, pulang pergi kantor di jakarta yang serba macet dan banjir, orang nggak butuh Ferrari-Lamborghini.
Memang doktrin TNI AU apa pak?
HapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusMenurut saya pengadaan SU-35 penting untuk saat ini, karena SU-35 adalah alutsista strategis dan mengingat kawasan disekeliling indonesia semakin memanas, untuk Gripen nanti setelah alutsista strategis dilengkapi semua, flanker family dan kilo class tetap menjadi prioritas. . .
BalasHapusDengan ongkos operasi yang kecil dan perawatan yang murah, Gripen lumayan buat intercept pesawat asing yang nyasar ke indonesia, jadi intercept ga usah pake flanker, flanker family digunakan hanya untuk duel di udara dengan kemampuan superioritas dan pengeboman strategis. . .
Yang utama SUKRO 34 dan SUKRO 35.
BalasHapusSU-35 mungkin sudah sangat tepat...
BalasHapusGripen NG memang hebat, tapi belum bisa menandingi F 35, semntara tetangga kita dah pesan F 35, jadi menurut gue lawan sepadan saat ni. hanya SU - 35,
Hapuskalo buat patroli kayaknya udah cukup dengan F16 kita
BalasHapusdtambah T50 dan hawk yg msh ber oprasi
jadi mungkin kalo menurut ane buat alasan patroli udah ada pesawat yg lain
kita butuh senjata utama yg bertaring tajam karena su 27/30 kita bisa dibilang akan terbelakang dngan pesawat yg ada di kawasan
ini memecah konsentrasi TNI
Su 35 aj dah..jgn neko2 biasa itu pasti tekanann dr barat biar indonesia beli alutsista barat lg..fokus2 tetep ke rusky aj..ud teruji dah mau bantu kalo indonesia di serang..:)
BalasHapusSu 35 sudah tidak dapat tergantikan dan pasti beli. Gripen untuk mengembangkan IFX dan typhoon untuk persiapan melawan pespur Joechink. Rencana yg akan segera datang th 2014 ini Su 35 dan Su 34 ex Rusia yg akan ditempatkan di Biak. Gripen C/D ex Swedia dan Typhoon ex Jerman rencananya di tempatkan di Natuna
BalasHapusBerarti pada setuju semua yak... SU-35... deal... deal yeaahh...
BalasHapusaslina goreng bray jangan beli rugi, mendingan beli P 51 mustang versi stealth dari cibaduyut kalo engga beli beurit aja
BalasHapusKita indonesia butuh sukhoi 35s dan kilang penyuligan minnyak . Kebijakan mendesak harus di utamakan . Tandem sukhoi 35 dan kilang minyak penyulingan bikin nkri sehat jasmani buat jangka panjang . Sarat nya sudah ada pertamina sebagai perusahaan migas negara sudah punya kapal tengker angkut terbesar di dunia ( pertamina GAS 1 ) bunker penyimpanan lebih utama untuk menhidupi suplai nkri beserta alutsistanya . Buat apa akusisi jas gripen30 pesawat beserta tot nya seharga : sukhoi35 dan kilang penyulingan minyak .
BalasHapusMakin banyak type pesawat tempur,makin susah perawatannya,coba simak saja :
BalasHapusIndonesia sekarang sudah punya F16,SU 27 & SU 30,T50i,Super Tucano,Hawk,semua itu butuh penanganan sendiri sendiri,kalau jadi ditambah Gripen NG...ini jadi semakin nano nano urusannya,nanti akan ada lagi IFX,wah tambah seabreg.....
Pemerintah dalam hal ini Dephan harus fokus mau berapa merk pesawat yang mau dibeli,makin banyak merknya semakin banyak dana buat perawatannya,mendingan punya 2 atau 3 merk saja
itu lebih mudah perawatan dan pengawasannya.
IFX nanti akan menggantikan hawk, dan f-16. Jadi nanti pespur AU bakalan ramping terdiri dari Su-27/30, Su-35, IFX, dan Super Tucano. Cuma tiga jenis. Ramping, ampuh, mematikan!
HapusKalau saya utk patroli cukup F16 dan T50GE tetap prioritas SU35 utk keseimbangan kekuatan Dan patroli bawah laut cukup dg CBG Kilo utk misi rahasia, jangan lupa anggaran utk S300 dan Ykhnt......kembangkan RHan sebagai rudal balistik....dan persiapkan hulu ledak nuklirnya.....bangsa yg cinta damai adalah bangsa yg siap berperang....wajib militer perlu utk mendisiplinkan rakyat....dan memperkokoh semangat kebangsaan
BalasHapusPokoknya SU 35 harus segera dihanggarkan paling lambat tahun 2017 lah. Mari semua sebutkan SU 35 dan kapal selam Amur/lada dalam setiap artikel pengadaan alutsista agar Pejabat2 militer kita mengetahui keinginan dan harapan kita.
BalasHapus*Ayam Jantan dari Timur
Grippen bau BARAT rentan embargo, dan kemampuan manuver, kecepatan, dll, masih di bawah SU 35 walaupun biaya ops. nya lebih murah...
BalasHapusSU 35 adalah pesawat tempur "PENGGEBUK" ya wajar biayanya besar, untuk itu tugas RONDA diserahkan ke Golden Eagle aja sudah cukup... nanti dengan system "Adik ngadu ke Kakak" SU 35 langsung melesat ke TKP buat "NGGEBUKI" si pesawat asing yang kurang ajar itu...
Halah cuma TOT Karoseri doang kirain mesin, radar, avionic, rudal, mesin jet, dll...... kalau Karoseri doang.... ga usah jauh-jauh... serahin aja ke ADI PUTRO, NEW ARMADA, LAKSANA, DLL.....
BalasHapusSU 35 aja my komandannnnnnnn,,,,,,,,,,,,,,,lebih gaharrrrrrrrrrrrrrr,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
BalasHapusIklannya yg hebat Gripen ... (SU 35 Killer with low cost warplane ... Beeeh super Pede kayak iklan obat) .. iklannya meyakinkan tapi kenyataannya belum tentu .. pakai ilmu dagang aja .. yang bagus itu yang laris .. yang laris manis ya Flanker family .. semua mau beli .. tinggal tambahain AWACS dari rusia yang bisa koordinasi dengan Flanker family aja Pak Jendral buat Beyond visual range combat ..
BalasHapus