Selasa, November 26, 2013
4
Korvet KRI Sutedi Senoputra ( 878 ) Anti-Kapal Selam Koarmatim (Photo: Dispenal)
Korvet KRI Sutedi Senoputra ( 878 ) Anti-Kapal Selam Koarmatim.
JKGR-(IDB) : Ditandai dengan program Minimum Essential Force (MEF) Tahap I yang dimulai tahun 2010, perlahan tapi pasti anggaran pertahanan Indonesia meningkat cukup pesat. Pesat jika melihat peningkatan besaran anggaran dari Rp 42 triliun di 2010 meroket menjadi Rp 83 triliun rupiah di 2014. Pesatnya peningkatan besaran anggaran ini tentu menumbuhkan harapan untuk menjadikan atau mengembalikan wibawa sebagai sebuah Negara besar membuncah. 

Peristiwa lepasnya Sipadan-Ligitan dan konflik Ambalat adalah salah satu bukti betapa pentingnya kekuatan pertahanan sebagai alat diplomasi. Kembali ke persoalan anggaran, meskipun secara nominal meningkat, namun jika dihitung dari Produk Domestik Bruto (PDB), besaran anggaran pertahanan Indonesia masih terhitung kecil, belum beranjak dari 1,2 persen. Jauh dari angka ideal yang menurut Direktur Jenderal Potensi Pertahanan, Kementerian Pertahanan sebesar 2-3 persen dari PDB. (http://pothan.kemhan.go.id/?p=51#more-51).

Seperti itulah kondisi faktual yang terjadi. Connie R. Bakrie, pengamat militer, mengatakan (Suara Merdeka 23/11/13) jika RI lebih memprioritaskan dana untuk sektor pendidikan dan perekonomian. Padahal aspek pertahanan dibutuhkan untuk menjaga kekayaan negara yang begitu melimpah. Memang, tidak bisa dipungkiri, kondisi perekonomian dan pendidikan di RI belum bisa dikatakan baik. Meskipun jika dihitung dari angka pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan ekonomi RI adalah salah satu yang mengesankan setelah China.

Penulis sependapat dengan pernyataan Connie R. Bakrie jika faktor pertahanan layak untuk menjadi prioritas, mengingat kekayaan alam yang melimpah di negeri ini wajib untuk dijaga dari potensi ancaman dari luar. Menurut hemat penulis, sudah waktunya Pemerintah dan pihak terkait menggunakan pendekatan ekonomi untuk urusan Pertahanan. Pendekatan ekonomi seperti apa yang dimaksud? Sebenarnya pendekatan ini sudah sering dilontarkan, tapi kurang didukung. Mungkin, sekali lagi mungkin, ide atau gagasan tersebut kurang dijlentrehkan secara sederhana, namun logis, komprehensif dan mendalam.

Begini, bangsa ini adalah bangsa yang kaya, baik daratannya hingga lautannya. Kita memiliki garis pantai terpanjang di dunia, memiliki daerah-daerah penghasil barang tambang hingga gas alam. Kesemuanya adalah aset yang tak ternilai. Aset yang selalu membuat negara-negara lain meneteskan liur. Syair lagu Grup Band legendaris Koes Plus secara simbolis menyiratkan karunia Tuhan YME kepada kita. “Bukan lautan hanya kolam susu” dan “Tongkat kayu dan batu jadi tanaman” adalah penggalan lagu Koes Plus yang sarat makna dan begitu simbolis.

Prajurit TNI
Prajurit TNI menyatu dengan Warga
Kekayaan inilah yang kemudian menjadi obyek untuk dirampok dan dimaling. Kasus illegal loging, illegal fishing, illegal mining, penyelundupan barang hingga manusia adalah beberapa contoh praktek perampokan aset yang seharusnya dijaga. Ribuan triliun yang seharusnya dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat, terbuang sia-sia. Praktek-praktek perampokan kekayaan alam Indonesia itulah yang seharusnya menjadi salah satu pendekatan yang digunakan Pemerintah untuk meyakinkan semua pihak di Republik ini, untuk meningkatkan postur dan anggaran pertahanan.

Bisa saja kita membuat jargon “Militer Kuat Bangsa Sejahtera” untuk digunakan sebagai kampanye pentingnya peningkatan postur dan anggaran pertahanan. Jika militer (TNI) kuat, maka kekayaan alam yang melimpah ruah tersebut dapat dijaga dan digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pendekatan ekonomi atau kesejahteraan itulah yang didorong dan dikampanyekan. Jika kekayaan alam terjaga, tentu Bangsa ini dapat memaksimalkan penggalian potensi kekayaan yang hasilnya digunakan untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan bangsa.

Matra Prioritas

Yonif-Taipur-kostrad Jika isu besarnya berhasil diterima oleh seluruh komponen bangsa, pertanyaan berikutnya, apa yang kemudian harus dilakukan oleh Pemerintah. Menurut penulis, Pemerintah bersama TNI dan komponen terkait lainnya menyusun langkah-langkah yang terukur dan masuk akal. Langkah itu adalah menentukan matra mana yang menjadi prioritas. Maksudnya, siapa yang diprioritaskan terlebih dahulu untuk diperkuat posturnya. Tentu dalam konteks pendekatan ekonomi dan kesejahteraan. Kita sudah harus dapat membuat gradasi dan menghitung potensi kekayaan apa yang paling besar. Apakah potensi kekayaan laut, darat atau udaranya?

Matra laut atau TNI AL adalah angkatan yang menjadi prioritas pertama. TNI AL diperkuat untuk menangkal segala bentuk perampokan kekayaan laut dan praktek penyelundupan. Berikutnya, atau kedua adalah TNI AD. TNI AD diperkuat untuk menjaga potensi kekayaan dari praktek illegal loging, illegal mining dan juga penyelundupan. Yang terakhir, tapi bukan berarti tidak penting adalah perkuatan TNI AU. Meskipun doktrin perang modern saat ini adalah penguasaan air superiority, namun, perlu diingat, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan ekonomi dan kesejahteraan.

Selain karena alasan tersebut, hal lain yang menjadi dasar pemikiran untuk membuat skala prioritas perkuatan tiga matra dengan urutan TNI AL, TNI AD, dan TNI AU, salah satunya adalah keterbatasan anggaran. Meskipun nampak besar secara sepintas lalu, anggaran sebesar 82T rupiah di 2014 tersebut hampir setengahnya digunakan untuk belanja pegawai. Pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) mendapat porsi yang minim.

Jika upaya penyusunan skala prioritas antar matra tersebut dapat terlaksana, maka wajib hukumnya Pemerintah, TNI, dan pihak terkait lainnya membuat perhitungan, berapa besar rupiah yang diselamatkan dan menyampaikannya kepada publik secara berkala. Transparan dan akuntabel.

Hal terakhir sebagai catatan adalah, pemikiran jika penyusunan skala prioritas di tiap-tiap matra itu hanya sementara. Jika kekayaan alam dapat dijaga dan dimanfaatkan dengan baik, maka pembangunan kekuatan ketiga matra tersebut berangsur-angsur dapat berjalan dengan skala prioritas yang sama.




Sumber : JKGR

4 komentar:

  1. Sudah saat nya indonesia miliki operasikan sista rudal IRBM sprti SCUD next gen-ROKET BALISTK LAPAN RM430-530- plus arhanud S300+- ini sangat efektip tuk perthanan strategis RI- contoh negri tertinggal ekonominya *korea utara* karena miliki rudal ICBM/IRBM mampu bikin kawasan ciut* nantinya dg kekuatan IRBM nya* korea utara akan sukses menjaga ekonominya malah bisa menyusul korea selatan- RI pun musti segera miliki SISTA MISILE IRBM.

    BalasHapus
  2. BARAT akan berusaha untuk menghancurkan Indonesia dari dalam ,,,
    garis keras akan diadu dengan nasionalis,,, mayoritas akan diadu dengan minoritas ,,, suku terbesar akan diadu dengan gabungan suku-suku minoritas ,,, kalau sudah parah ,,, BARAT yaitu gabungan negara-negara sekeliling kita akan diberi mandat oleh PBB,,, untuk masuk dan menduduki wilayah-wilayah strategis dengan alasan membela kaum minoritas ,,,, langkah selanjutnya adalah mengusahakan REFERENDUM bagi minoritas yang punya pulau sendiri untuk merdeka ,,, inilah skenario PERTAMA pihak BARAT,,,,
    Kalau Indonesia masih kuat karena umpamanya kaum minoritas dan mayoritasnya kompak dan tidak bisa di pecah ,,, mereka akan buat skenario kapal tanker raksa gas atau minyak dijalankan dan masuk menabrak Singapura sehingga meledak dan memakan korban yang banyak ,,, atau Pesawat dari Indonesia di tabrakkan ke pusat Singapura ,,, dengan alasan itu JAKARTA akan di ratakan dengan peluru kendali bermuatan nuklir terbatas (depleted uranium) (seperti yang dipakai untuk memusnahkan 140,000 konvoi tentara Irak /Garda publik yang lari dari Kuwait.
    Setelah Jakarta rata,,, BARAT akan menekan daerah-daerah untuk memerdekakan diri dan memproklamirkan 100% Negara Demokrasi Pro Barat tanpa Syarat.

    Oleh karena itu waspadalah ,,, waspadalah ,,, yang diatas itu bukan omong kosong,,, karena ane' kutip dari BLOG nya komunitas AS dan Australia ,,,
    KUNCInya kalau kita sudah mulai melihat tanda-tanda Perkelahian antara Minoritas dan Mayoritas,,, nah itulah awalnya RENCANA mereka ,,, waspadalah waspadalah ,,,,

    BalasHapus
  3. RELAX aja ano2 om broe- dan ano2tante geulis-gax uzah trlalu panik dach- klo memang benar negara asing itu punya skenario adudomba etnis di RI- maka sbg counter atack"* RI ( klo bisa sih duluin aja)musti lakukan HAL SERUPA ke negara yg dicurigai itu"*adu domba in aja lagi- itu etnis2 yg ada di negara asing trsebut-dg sarana hacker juga bisa kan?- plus gertak dg misile strategiz sprti SCUD next gen- RM530 LAPAN dll-OKE pazti donk- trims salam 19 dari paul hardcastle- de de de vitnam sai2 gon*

    BalasHapus
  4. Kalo bisa anggaran ya di belanjakan semua di dalam negri. Pake produk pertahanan dalam negri. Artinya pemerintah harus lebih kerja keras lagi melakukan riset pertahanan. Sekecil apapun jika telah melakukan itu awal yang baik.. Jadi jngn ragu dan takut mengunakan alat dalam negri.tapi jika kita blum mampu buat sndiri boleh membuat porsi 10 persen impor& 90 persen asli produk lokal.. Semoga indonesia berjaya di masa depan..

    BalasHapus