Selasa, Maret 05, 2013
12
Untuk EMD Phase Indonesia belum setor dana share.
 
JAKARTA-(IDB) : Kementerian Pertahanan, melalui Kepala Pusat Komunikasi Publik Brigjen TNI Sisriadi, Senin (4/3) di Kantor Kemhan Jakarta memberikan keterangan tentang wacana penundaan proyek pembangunan Pesawat Generasi 4,5 Korean Fighter Xperiment yang merupakan hasil kerjasama Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertahanan (Kemhan) bersama dengan Korea Selatan melalui Defense Acquisition Program Administration (DAPA).

Program ini akan membutuhkan dana total sekitar US$ 5 milyar dimana share pemerintah Indonesia adalah 20% dari total pembiayaan. Meskipun Share Pemerintah Indonesia adalah 20% dari total pembiayaan, Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk terlibat dalam seluruh proses perancangan dan produksi yang meliputi Technology Development Phase (TD Phase), Engineering and Manufacturing Development Phase (EMD Phase), Joint Production and Joint Marketing. Dengan Investasi sebesar ini, Indonesia akan mendapatkan 20 % dari pembuatan pesawat (Workshare) dan 20 % dari penjualan pesawat terbang.

Kapuskom Publik Kemhan menekankan, Proyek produksi bersama pesawat KFX antara Indonesia dan Korea Selatan yang telah disetujui pada tahun 2011 telah berhasil menyelesaikan tahap pertama yaitu Technology Development Phase (TD Phase) pada Desember 2012. Didalam pelaksanaan TD Phase selama 20 bulan pihak Indonesia dan Korea telah membentuk Combine R&D Centre (CRDC dan telah dikirim sebanyak 37 engineer Indonesia yang merupakan kerjasama kedua negara di CRDC untuk melaksanakan perancangan pesawat KF-X/IF-X bersama Engineer Korea.

Namun didalam perjalanan mengikuti perkembangan Politik dan Ekonomi yang sedang terjadi, Pemerintah Korea Selatan melalui surat resmi yang dikirim oleh pihak DAPA, pihak Korea berinisiatif untuk menunda pelaksanaan produksi selama 1,5 tahun. Penundaan ini disebabkan oleh belum adanya persetujuan Parlemen ROK untuk menyediakan anggaran yang diperlukan guna mendukung terlaksananya tahap EMD Phase (Engineering and Manufacturing Development Phase) Program. Dijelaskan ada tiga tahap dalam proyek pengembangan pesawat tempur KF-X/IF-X, tahap pertama, technical development. Kedua, engineering manufacture. Dan ketiga, pembuatan prototipe. Tahap yang ditunda adalah tahap kedua. Pada masa penundaan, pemerintah ROK akan melaksanakan Economic Feasibility Study terhadap program ini.

Sehubungan dengan hal tersebut pemerintah Korea tidak akan melakukan terminasi Program Pengembangan Pesawat Tempur KF-X/IF-X, mengingat dana yang sudah dikeluarkan Pemerintah ROK sangat besar. Penekanan untuk tidak akan melakukan terminasi Program ini ditegaskan dalam Joint Committee ke-4 pada tanggal 10-11 Desember 2012 lalu. Sementara itu bagi Pemerintah Indonesia penundaan tahap EMD program KF-X/IF-X selama 1,5 tahun (sampai dengan September 2014) akan berdampak terhadap rencana anggaran yang telah disiapkan pemerintah. Dengan adanya penundaan tahap EMD, pagu indikatif anggaran sebesar Rp. 1.1 Triliun tidak mungkin diserap sepenuhnya. Oleh karena itu pihak RI telah mengintensifkan langkah-langkah penyiapan alih teknologi dengan kegiatan antara lain Operasionalisasi DCI (Design Centre Indonesia) untuk memetakan dan mengembangkan kompetensi SDM yang telah terbentuk selama tahap TD Phase, penguatan industry pertahanan dalam negeri yang akan terlibat dalam program ini, dan Technology Readiness (kesiapan teknologi).

Dengan penundaan ini diharapkan kesiapan Indonesia dalam program KF-X/IF-X ini akan semakin baik. Dalam kaitannya dengan dana share, pemerintah Indonesia belum mengeluarkan dana untuk Program EMD Phase ini, dana share yang sudah dianggarkan di TA. 2013 belum disalurkan.





Sumber :  ARC

12 komentar:

  1. trus perkembangan sampan silem gimana yak?

    BalasHapus
  2. lupakan aja kerjasama yg begini. yg tegas aja, kalau memang pengen cepet, beli aja produk yg dah jadi. kalau pengin teknologinya beli lisensinya. kalau pengen hebat lagi, buat sendiri teknologi yang sama persis dengan teknologi yg mereka miliki. kualitas sdm anak bangsa tidak perlu diragukan lagi, pemerintah tinggal memberikan "tempat bermain", sarana prasana yg lengkap. pasti deh mereka akan membuat/menciptakan "mainan" teknologi sendiri.

    BalasHapus
  3. Kita ingin dengar masukan PT DI,andai dihentikan dengan modal pase pertama sudah di kuasai penuh apa sanggup PT DI melanjutkan sendiri secara tehnologi.Apabila mereka sanggup ,mampukah pemerintah membiayai??Phase pertama sangat krusial,dimana bentuk secara keseluruhan sudah selesai di rekayasa,tinggal membikin seperti design yang sudah ada(PHASE II).Kalau PT DI sanggup seluruh state holdel di negri ini wajib mendukungnya sesuai dengan uu yang mewajibkan untuk membeli produk sendiri?Untuk itu perlu dilakukan audit,dan kajian PT DI dan Menhan.Tidak ada alasan untuk mundur apabila hasil kajian PT DI menyatakan mereka sanggup melanjutkan sendiri.

    BalasHapus
  4. jadi teringat si David, yg disangka bunuh diri, tapi saya yakin dia dibunuh di singapura, buktinya laptopnya gak boleh diambil. sekarang, hasil teknologinya direbut dan diklaim oleh orang singapura.

    BalasHapus
  5. Pejuang Tanah Air5 Maret 2013 pukul 09.58

    Mahalnya sebuah kemandirian.
    Salah satu representasi sukses kemandirian bangsa indonesia dalam produksi alutsista adalah bisa memproduksi sendiri alutsista teknologi tinggi seperti pesawat tempur KF-X/IF-X dan kapal selam improved CHANGBOGO CLASS.
    Kalau proses TOT kapal selam masih berjalan lurus karena korea selatan jelas sangat menguasai teknologi kapal selam itu dengan CMS yang mutakhir.
    Tapi untuk merancang bangun produksi pesawat tempur canggih generasi 4++ semi stealth jelas jelas memerlukan banyak anggaran dana yg besar.
    Coba kita buka kemandirian negara Perancis dengan pesawat tempur canggihnya RAFALE kebanggaan bangsa Perancis. Analis yg cukup moderat menyebutkan biaya program Rafale jika diproduksi 294 unit (hanya untuk perancis saja) adalah sekitar 45 milyar euro (sekitar 575 Trilyun rupiah) atau rata rata per unit di banderol di kisaran 152 juta euro ( 1,96 trilyun rupiah !!!!!) angka fantatis untuk pesawat tempur kelas medium. Itulah harga yang harus dibayar untuk sebuah KEMANDIRIAN suatu kebangggaan bangsa perancis!!!!.
    Gimana dengan Indonesia?????
    Untuk mandiri , apa yg kita dengungkan selama ini adalah harus belajar, bekerja keras dan bekerjasama dengan bangsa lain yang mempunyai tujuan yang sama!!!!!!
    Dan jelas semua itu memerlukan banyak anggaran dana untuk bisa maju. Langkah2 kemhan, TNI, PT. DI mengirim ke korsel sampai pada Technology Development Phase (TD Phase)masih tepat , lancar . Dan anggaran yg dikeluarkan pemerintah Indonesia masih dalam taraf wajar.
    Ingat di dunia ini yang sukses dalam hal produksi pesawat tempur dan bisa laku terjual laris cuma ada 2 negara = Amerika Serikat dan Rusia/uni soviet dulu seperti : P-51, MIG-21, F-5, A-4, F-16 hingga SU-27/30 , masing2 produksi lebih dari seribu unit (produksi tot semua varian).
    Nah menurut saya, Indonesia jangan mundur selangkahpun dari bocoran team yg dikirim ke korsel mereka masih yakin insyaallah bisa. Semua rancangan design sampai produksi nanti bisa mereka khuasai. Jadi Kita dukung program ini baik kerjasama dengan korsel atau bisa mandiri sendiri. Hidup bangsaku, Jayalah Negeriku!!!

    BalasHapus
  6. sadis ya, gara-gara teknologi tetangga lebih maju, orang lain bisa menghalalkan segala cara untuk merebutnya.

    BalasHapus
  7. Phase pertama BLUE PRINT sudah selesai,phase kedua membikin sesuai rancangan.Ayo pt DI lanjutkan sendiri...

    BalasHapus
  8. Kang Boler lagi kemana sampean. Bagaimana nih dengan masalah ini. Tolong segera di tanggapi kang biar ada kejelasan lebih lanjut. Terima kasih kang atas informasinya

    BalasHapus
  9. butuh penjelasan kang boler selaku pemimpin delegasi indonesia dalam proyek kfx

    BalasHapus
  10. sangat setuju pendapat anda pemerintah kurang tanggap terhadap kasus David yang katnya bunuh diri padahal dia sengaja bunuh david untuk menguasai temuan david yang spektakuler, tapi Prmerintah Indonesia tidak bisa melindungi bangsanya sendiri yang punya kemampuan sangat tinggi. nah sekarang terbukti temuan David digunakan oleh Singapura dan diklaim hal itu temuan mereka. sangaaaaaaaaaaaaat disayangkan. kalo tdk salah penemuanya adalah keberhasilan membuat gambar visual 3 dimensi yang bisa tayang ke udara dan bisa dimanfaatkan diberbagai bidang termasuk untuk teknologi intelij. sekaranglah SINGAPURA dah menrapkan temuan david Indonesia hanya jadi macan ompong yang hanya membeli tanpa bisa meneruskan temuan David apalagi membuat sendiri .SELAMAT HALAN DAVID karyamu sangat besar tapi yang menikmati singapura. sekali lagi pemerintah Indonesia kurang peduli dengan nasib rakyatnya yang menjadi korban kekrasan di luar negeri.

    BalasHapus
  11. menurut saya, lebih baik dalam 1,5 tahun research sendiri dangan pengalaman yang ada selama joint research

    BalasHapus
  12. Good idea/Agree...PT.DI juga mampu dalam kajiannya, meskipun dalam research sendiri hanya menghasilkan teknologi fighter generasi 4, tapi kami bangga dengan produksi pertahanan dalam negeri dan kemandirian alutsista NKRI, perbanyak bung. Kita siap mengorbankan semua...Merdeka.

    BalasHapus