JAKARTA-(IDB) : Pesawat CN235
produksi PT Dirgantara Indonesia (Persero) termasuk jenis pesawat
favorit untuk pertahanan karena berkemampuan mendarat dan lepas landas
di landasan pendek dilengkapi pintu belakang (ramp door).
"Banyak peserta acara Asia-Pacific Security and Defense Expo (APSDEX) dari negara-negara Asia-Pasifik bertanya pada kami tentang CN235," kata Rachmat Eko, staf senior Marketing Aircraft Integration PT DI , kepada wartawan di lokasi pameran APSDEX, Jakarta Convention Center, Jakarta, Rabu.
APSDEX yang berlangsung sampai Rabu diselenggarakan sebagai bagian dari program dua tahunan Jakarta International Defense Dialogue (JIDD) dibuka Presiden Susilo Yudhoyono, Selasa (20/3). Acara ini dihadiri pejabat militer dan sipil dari 33 negara dan berbagai utusan bisnis swasta.
Eko menambahkan pelanggan PT DI adalah negara-negara tetangga yang berminat dengan jenis pesawat ini, dalam waktu dekat ini setelah pengiriman pesawat CN-235 TNI AL selesai, kemungkinan besar Angkatan Udara Filipina akan memesan pesawat CN-235.
"Tahun lalu kami menuntaskan pengiriman empat CN-235 versi patroli maritim ke Korea Coast Guard," katanya.
Dalam acara APSDEX ini bererapa peserta dari negara Asia Pasifik mengunjungi stand PTDI sangat antusias dengan produk-produk PTDI, hal ini akan menjadi prospek yang baik untuk pemasaran produk PTDI ke negara-negara Asia Pasifik di masa yang akan datang.
PTDI memproyeksikan untuk sepuluh tahun ke depan, dunia akan membutuhkan 355 pesawat sekelas CN235 sehingga untuk jenis pesawat ini pangsa pasarnya masih cukup menjanjikan, kata Ghozaly Eko.
Berdasarkan proyeksi tersebut, CN-235 diperkirakan akan punya potensi pasar sejumlah 56 untuk segmen sipil dan 33 militer, sehingga total 89 unit pesawat dalam kurun waktu 2012-2016.
CN235 dirancang pertama kali sebagai produksi kerja sama PTDI (dulu IPTN) dengan CASA dari Spanyol, yang kini sudah berganti nama menjadi Airbus Military.
"Banyak peserta acara Asia-Pacific Security and Defense Expo (APSDEX) dari negara-negara Asia-Pasifik bertanya pada kami tentang CN235," kata Rachmat Eko, staf senior Marketing Aircraft Integration PT DI , kepada wartawan di lokasi pameran APSDEX, Jakarta Convention Center, Jakarta, Rabu.
APSDEX yang berlangsung sampai Rabu diselenggarakan sebagai bagian dari program dua tahunan Jakarta International Defense Dialogue (JIDD) dibuka Presiden Susilo Yudhoyono, Selasa (20/3). Acara ini dihadiri pejabat militer dan sipil dari 33 negara dan berbagai utusan bisnis swasta.
Eko menambahkan pelanggan PT DI adalah negara-negara tetangga yang berminat dengan jenis pesawat ini, dalam waktu dekat ini setelah pengiriman pesawat CN-235 TNI AL selesai, kemungkinan besar Angkatan Udara Filipina akan memesan pesawat CN-235.
"Tahun lalu kami menuntaskan pengiriman empat CN-235 versi patroli maritim ke Korea Coast Guard," katanya.
Dalam acara APSDEX ini bererapa peserta dari negara Asia Pasifik mengunjungi stand PTDI sangat antusias dengan produk-produk PTDI, hal ini akan menjadi prospek yang baik untuk pemasaran produk PTDI ke negara-negara Asia Pasifik di masa yang akan datang.
PTDI memproyeksikan untuk sepuluh tahun ke depan, dunia akan membutuhkan 355 pesawat sekelas CN235 sehingga untuk jenis pesawat ini pangsa pasarnya masih cukup menjanjikan, kata Ghozaly Eko.
Berdasarkan proyeksi tersebut, CN-235 diperkirakan akan punya potensi pasar sejumlah 56 untuk segmen sipil dan 33 militer, sehingga total 89 unit pesawat dalam kurun waktu 2012-2016.
CN235 dirancang pertama kali sebagai produksi kerja sama PTDI (dulu IPTN) dengan CASA dari Spanyol, yang kini sudah berganti nama menjadi Airbus Military.
Sumber : Antara
Dg proyeksi pasar yg dikembangkan, CN-235 dipercaya dpt memberi kontribusi positip bagi kemajuan industri penerbangan di Indonesia, dg dmk diharapkan industri komplementer juga ikut berkembang secara pasti.
BalasHapusSudah banyak para pengamat industri dirgantara yang menaruh harapan dari naiknya penjualan CN-235 baik versi sipil, militer maupun MPA.
Namun karena imbas krisis dan banyaknya SDM yg raib dari PT DI mengakibatkan produk pesawat ini berhenti bernapas.
Kita berharap dg perubahan politik dan orientasi pasar yg di utamakan, kiranya PT DI dg CN-235 ini dpt lebih berjaya di masa yad. Semoga.
saya kok suka sama hangarnya KCG yang di foto atas itu. terang dan bersih. harusnya hangar PTDI juga begitu, nggak gelap dan kelihatan kumuh. itu bisa mempengaruhi pembeli lho. bayangkan kalo kita masuk ke restoran yang katanya makanannya enak tapi restoran dan dapur kelihatan kumuh.
BalasHapusSebagai anak bangsa Indonesia , saya sangat bangga dengan kemampuan negeri ini. Tetapi mengapa sampai saat ini MOBNAS tidak kungjung bisa di realisasikan...? Bukankah negara yang lebih maju justru mengejar kemampuan membuat Mobil... karena semua rakyat ingin menabung untuk mampu beli Mobilll
BalasHapusContoh Jepang ,Korea dan amerika, bisa maju ekonominya karena memiliki sarana yang dibutuhkan semua rakyat
Saya memberi apresiasi pada komen yang diatas. Sangat tepat, kita yang sudah menggebu-gebu ingin memiliki kendaraan karya anak bangsa, tetapi pemerintah seperti tdk konsisten untuk mendukung.
BalasHapusBerapa banyak tabungan rakyat yang dibelanjakan untuk membeli mobil dan sepeda motor...? yang notabene 90 % adalah masuk kantong negara Jepang...?
Coba kalau bangsa kita bisa mengambil peluang ini, pasti ekonomi bangasa lebih baik
Memang sih sebagian besar rakyat Indonesia merasa bangga kalau bisa beli mobil dengan harga yang mahal, mereka tidak mengerti kali ya ? kalau kemahalan kendaraan khususnya yang di IMPOR kena paja 40 % dari harga jual. Contoh mobil impor honda jezz, toyota yaris, honda crv dan mitsubhisi impor dari thailand. semua merk nissan dan isuzu di impor dari luar dan semua biaya temtu dibebankan dengan konsumen Indonesia yang suka harga mahal.
Yang untung temtunya daihatsu ya, terios, rust, avansa dan xenia, walau diproduksi di Indonesia, tapi jualnya tetap tinggi. Merekatau kalu di juala murah orang Indonesia tdk mau beli
Itu yg disebut dengan "Demonstration Effect" karena masyarakat diajar Hedonisme alias materialis ya wajar kalau masyarakat m-"Dewakan" barang yang dapat mengangkat status socialnya, dhi adalah Mobil baru, rumah baru kalau perlu seperti Irjen Pol Djoko a-susilo yang nambah istri baru agar mendapatkan "status".
BalasHapusKalau saya istri "barutut" gpp, sudah enak kepenak.
Kita juga merindukan ada BUMN yang fokus produksi mesin mesin seperti mesin perahu,generator,alat perkakasseperti chain saw,compresor buatan Indonesia.Dipasaran saat ini yang ada produksi China macam donfeng.Sukur sukur bisa produksi mesin mobil,exavator dan mesin alat berat lainnya.
BalasHapusyaa..kita udah mampu ente aja yang kurang googling.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus