Kamis, Maret 21, 2013
32
BANDUNG-(IDB) : Pada hari Rabu tanggal 20 Maret 2013 di Pusdikpassus - Batujajar - Bandung Barat telah dilaksanakan kegiatan Uji Terima Roket Anti tank jenis NLAW. Uji coba dihadiri oleh pejabat dari jajaran TNI AD, dan berjalan dengan aman, tertib dan lancar.

 

Uji Terima Nlaw ini dilaksanakan dalam rangka memenuhi kebutuhan Alutsista Satuan Batalyon Infanteri jajaran TNI Angkatan Darat. TNI-AD sendiri dikabarkan membeli sekitar 150 unit NLAW. Di masa datang, TNI-AD juga telah melirik ATGM Javelin.






Sumber : ARC

32 komentar:

  1. Javelin nya kaapan sampai nya?

    BalasHapus
  2. itu beneran udah datang 150 biji kah? kalo iya apa msh perlu untuk mendatangkan javelin? mohon pencerahannya....

    BalasHapus
  3. mohon di jawab Bung Boler pertanyaan2 diatas. Ditunggu loh kehadirannya. Waktu dan tempat kami persilakan

    BalasHapus
  4. BRAVO... ERA HE PERSONAL ANTITANK !!

    BalasHapus
  5. Tuk Bro Ersato, tks, tuk ATGM apapun merknya g jadi masalah, yg sangat dan harus diwaspadai hanya dua; 1. Umur dari motor roket 2. Optronicnya.
    Mengapa? TNI mempunyai bebrapa rudal apa itu ; Rapier, RBS-70 yg satu pabrikan dg NLAW, Exocet MM 38, Harpoon, kondisinya mati, karena motor roketnya kadalursa. Motor roket hanya bertahan hidup bbrp tahun saja, apabila rudal ingin hidup terus ya mesti direfurbish motor roketnya, dan ini problem sendiri bagi user krn tidak semua pabrikan mau
    memberikan ksmptn kpd user untuk merefurbish motor roket.
    Kebiasaan pabrikan selalu menawarkan rudal baru mereka dan menyarankan rudal lama dilupakan saja.
    Ini juga akan berlaku pada roket MLRS Astros yg baru dibeli dari Brazil.
    Oleh karenanya, ya hrs punya pabrik motor roket sendiri kalau nggak ya g tahu mau diapakan rudal-rudal tsb nanti kalau motor roketnya mati.
    Sudah banyak yg kaok-kaok bahwa kita punya pabrik motor roket ( propelan) padahal belum. Kalau sdh punya tentu rudal-rudal kita tdk perlu mati, hidup terus kan?
    Sebenarnya Indonesia sdh punya alternatif propelan tsb, sdh uji coba, bahan bakunya asli dlm negeri, teknologi dikuasai oleh SDM dlm negeri, kurang apalagi? Bro Ersato yg dpt menjawab. Monggo.!

    BalasHapus
  6. Javelinnya mana? katanya udah beli javelin. eh lupa aku, ternyata ya cuma bisa omong aja pemrintah tu. lupa aku.

    BalasHapus
  7. Lanjut.....untuk Optronic kita sudah harus meniru Israel, yg memulai riset dan lanjut ke produk nggak malu-malu menerapkan tehnologi tsb dari hardware bekas namun di rekayasa melalui ilmu fisika dasar dan ilmu elektronika menjadi teknologi Optronic yg menhasilkan presisi tinggi dan akurasi tembakan.
    Sebenarnya ilmu yg dikembangkan dari tahun 1970-an itu didapat karena Israel kepepet dg kondisi dimana banyak embargo di berlakukan oleh produsen senjata dan amo dari banyak negara. Berdasar ilmu Operation Research maka untuk effisiensi penggunaan ammo harus dicari solusi agar ammo yg dipakai hemat dg memakai falsafah one bullet one target.
    Lahirlah teknologi Optronic dan kemudian hal itu ditiru oleh banyak produsen senjata.
    Masalahnya Optronic untuk kelembaban tinggi harus di rawat cermat karena kalau tidak maka di lensa teropong alat bidik akan berkembang biak fungi dan meldew yg mengurangi kecerahan lensa.
    Untuk mencegahnya cukup di usap dg kain flannal yg lembut setelah di celupkan pada zat Nitrogen dg kadar 99%. Pengusapan dpt dilakasanakan secara berkala tiap 4 bulan sekali.
    Masalahnya untuk mendapatkan Nitrogen dg kadar segitu sulit.
    Nah, Bro dmk sedikit komen saya, mohon maaf kalau kurang berkenan.

    BalasHapus
  8. wih mas bolores sekarang komenan nya tampak jadi lebih elegan dan low profile dech gak kayak kemaren2 hehehe...

    BalasHapus
  9. muahahahahahahahaha emang ratusan ribu tentara cuma dikasih 150 doang???alamak bisa rebutan nanti waktu perang,hobi kok ngeteng melulu

    BalasHapus
  10. mbah boler kalau koment slengean dia pakai anonim
    ciyus miapah,,tapi itu kadang yang bikin kangen
    piss mbah

    BalasHapus
  11. Kang... jepelin'nya kok belum dateng ya...

    BalasHapus
  12. *two thumbs up* for Boler!

    BalasHapus
  13. Justin@ agak nya pemeritah tu sama seperti kita bisa omong doang !!!!

    BalasHapus
  14. sebenarnya bung ano 08.12 kenapa kita masih beli javelin mskipun sudah beli NLAW, itu lbh karena alasan komplemen. karena meskipun NLAW adalah senjata anti tank, jarak efektif NLAW hanya +- 300m, sedangkan javelin bisa menjangkau 2500m. oh ya bung bolores kalau masalah propelan, NLAW tahan 8-10 tahun, dkarenakan tabung rudal yang terseal rapat, jadi sharusnya tidak ada masalah. yang jadi masalah adalah ketika membeli javelin, jumlah moving part seperti baterai dll harus dibeli dalam jumlah besar. baterai di javelin hanya bisa mendinginkan seeker di rudalnya hanya slama 4 menit, dan bila di ekspos di iklim tropis, hanya tahan +- 3 jam saja. ini kenapa dalam paket pembelian javelin yg 60 juta dolar kita cuma dapet 25 CLU dan 180 rudal, padahal harga rudal javelin sekitar 180000 dolar per misil.

    BalasHapus
  15. kalau perlu buat sendiri, karena mereka salalu menerapkan HAM untuk mengenbargo kita di kala konplik.

    BalasHapus
  16. Ano 11.56. Kalau di negeri sub tropis, propelan tahan lama, tapi kalau di tropis yg humadity tinggi menjadi hydrokospis menyebabkan propelant menjadi cepat mati, dan kalau sudah mati, apa yg akan di perbuat? Tiru Belarusia yg mampu merawat alutsista lama tetap exsis, karena negaranya tidak royal dan sangat effisien. Kalau bung Ano 11.56 gimana? Ganti model baru, yang model lama di buang, ya???

    BalasHapus
  17. Pengalaman saya membongkar rudal panggul dg propelant padat, di bungkus dg seal rapat dua lapis, tetap saja kedaluarsa kalau sudah waktunya. Kecuali ignitor dan warhead serta seeker yg masih" on". Tanpa propelant ya nggak ada roket, rudal dsbnya. Yang ada hanya onggokan "bekas-rudal". He....he....he........

    BalasHapus
  18. Dulu pernah ada yang meneliti propelan dari aspal,tapi ada kecelakaan labornya terbakar.Sekarang tak pernah lagi terdengar.Apa itu yang dimaksud Om Bole bahwa kita punya propenan asli temuan orang Indonesia??

    BalasHapus
  19. mistral saja udah dimodifikasi dan propelannya pake buatan dalam negeri, faktanya lebih agresif, demikian juga dengan exocet versi lama, kita upgrade propelannya dan hasilnya lebih josss...., masak kita gak mampu.

    Bole kalu koment sambil minum arak, lihat aja komentnya ngaco mirip orang gila.

    BalasHapus
  20. Ano 17.25 sebenarnya tidak begitu, nggak ada laboratorium yang terbakar dan bahan bakunya bukan dari aspal minyak, tapi hasil pemurnian aspal alam. Proses pemurnian aspal alam ini menghasilkan "Bitumen"
    Bitumen tsb kemudian di campur dg beberapa zat kimia yang lain dan dari proses tsb menghasilkan "Propelant Padat".
    Propelant tsb dapat dimanfaatkan untuk pendorong roket atau rudal dg nama "Booster" dan apabila dikehendaki terbang lebih jauh maka pada roket atau rudal tsb harus ditambah bahan bakarnya dg sebutan "Sustainer".
    Pada prinsipnya propelant ada yang memakai istilah Single Base ada juga yang Double Base, dan untuk menghasilkan daya dorong yang maksimum
    ada yang berprinsip pada burning time atau waktu bakarnya di tentukan oleh bentuk propelan itu sendiri, baik bentuk Cigarette burning seperti terbakarnya batang rokok ada juga yang Hollow Burning, dimana terdapat lubang di tengah propelant.
    Dalam hal ini sesuai hasil empiris dari aspek penelitian propelant tersebut dapat disimpulkan bahwa aspal alam yang dimurnikan dapat dmanfaatkan sebagai bahan baku propelan.
    Bahkan secara tidak sengaja, propelant yg dibakar dapat terus menyala walau dibenamkan di dalam air.
    Sehingga menimbulkan ide dari seorang anggota Kopaska bgm kalau propelant tsb dapat dimanfaatkan untuk pekerjaan demolisi di dalam air.
    Namun saya cukupkan disini, karena saya lagi mabok habis minum arak, dan sedang kumat gila saya, kata Ano 18.54.
    Ya yang waras ngalah, mosok Mistral baru dibeli kemaren sore sudah di refurbish begitu pula Exocet versi lama.
    Saya saja yg ikut 3 kali program refurbish motor roket Exocet MM 38 dari tahun 1989 - 1992 sudah mendapat penjelasan dari Aerospatiale Divisi Engine Taqtique bahwa setelah program refurbish ini selesai kita di dorong untuk membeli rudal Exocet MM 40 blok II berikut test bench.
    Jadi kalau ada yang komen begitu saya ingin tahu lebih banyak kapan Mistral dan Exocet versi lama kita di refurbish dengan propelant buatan dalam negeri.
    Mengapa rudal "Strela" yg ribuan tidak di refurbish juga demikian pula dg rudal "Rapier" dan rudal RBS 70. Kira kira dimana pabrik propelan tsb sdr Ano 18.54? Tapi kalau hanya sekedar komen untuk ngerusak atau mem bully saya gpp, tapi ingat saya sudah tua dan kadang kumat gila untuk ngeremus kepalamu yang kotor dan guoblog itu.

    BalasHapus
  21. begini ano 14.49, 18.54, dan bung bolores tujuan beberapa jenis tabung rudal terseal rapat, termasuk keluarga S-300, adalah untuk memperpanjang durasi pemakaian tanpa harus diperiksa ulang dalam jangka waktu yang lebih lama daripada rudal yang tidak terseal. semua jenis rudal memiliki tanggal kadaluarsanya sendiri, dan memang benar kalau di iklim tropis rudal yang tidak terseal propelannya lebih cepat habis dibandingkan di iklim nontropis. kalau masalah propelannya mati, memang semua jenis rudal akan mengalaminya. ada alasan mengapa amerika dan semua negara pengguna misil membeli rudal baru dalam waktu berkala. rudal yang tidak terseal lebih mudah diganti propelannya, namun dengan konsekuensi pemeriksaan yang lebih sering dibanding rudal yang terseal. jadi kalau bilang rudal yang habis masa pakainya mau diapakan, hanya ada 2 pilihan: merefurbish propelan dengan yang baru atau menghancurkan saja rudal tersebut. Dan ano 14.49 tujuan membeli alutsista baru pati tujuannya untuk mengganti/menkomplemen alutsista, jadi terserah kebijakan TNI mau merefurbish alutsista lama dan mengkomplemen dengan yang baru atau mengganti alutsista lama dengan yang baru.... well thats all i can say sorry if i made some miss type

    BalasHapus
  22. kalo memang indonesia masih blm bisa semua2 nya gemana tentang uji coba r han 122 kemarin yg cukup berhasil... mengenai bahan baku motorik, sensorik, pendorong roket, and bahan peledak semua nya kalo gitu masih import gitu ? kata nya asli buatan dalam negeri...

    BalasHapus
  23. Semua meributkan propellant, ya jelaslah semua itu ada tanggal kadaluwarsanya dan temperatur, humidity serta lingkungan sangat mempengaruhi. selama masih sekedar berfungsi sebagai roket bodo (tanpa kendali) sing masih murah, yang nyebelin kalau sduah menyangkut roket pintar (with guidance) dimana softwarenya dibatasi tanggal mainnya. yang terakhir ini yang sering melambungkan harga alutsista.
    Soal Indo bisa apa engga membuat propellant? saya yakin sudah bisa. anak-2 pintar itu pertengahan 80-90 sudah mampu membuat. problemnya adalah pengadaan bahan bakunya.
    Makanya kita perlu curiga bila misalnya malay itu mengimport besar-2an bahan pengecat rumah dari eropah. itu sebetulnya malay sibuk membuat bahan peledak.

    BalasHapus
  24. Topik komen sy adlh: 1. Bahan baku Prope lan dr aspal alam yg dimurnikan dg nama "Bitumen" 2. Fungsi kerja Propelan sbg ba han pendorong roket "Booster" dan "Sustainer" pendorong lanjut roket stlh lepas landas 3. Jenis propelan ada single base n double base. 4. Bentuk Prope lan padat n cair. 5. Burning time atau waktu bakar propelan disesuikan dg cetakan propelan terutama pd prop padat yakni ciga rrete atau hollow. 6. Refurbish sbg solusi pengganti propelan yg kadaluarsa. 7. Kita blm mempunyai pabrik propelan. 8. Riset ttg propelan dg memanfaatkan bhn ba ku aspal alam tlh membuktikan dpt dipakai sbg komplementer selagi mdptkan bahan baku dr sumber luar sgt di batasi kecuali hanya untuk riset n kwalitas rendah. 9. sbg info bw roket atau rudal adlh senjata strategis n ma hal. 10. Dicarikan solu si agar propelan sbg bag hidup matinya ro ket n rudal dpt segera di produksi secara mandiri agar senjata strategis yg dibeli dg harga yg sangat mahal dpt hidup lama. 11. Jadi komen sy fo kus pd masalah prope lan bukan yg lain. Sila kalau ada yg mau ko men asal sopan. Tks.

    BalasHapus
  25. lagi dibuat di laboratorium di cikadut..propelan dengan bahan dasar minyak jelantah bekas penggorengan ibu-ibu masak, dicampur dengan tai sapi supaya lebih ramah lingkungan, plus gas nitrogen kompresor ban hasilnya bisa ngalahin propelan S 300

    BalasHapus
  26. Ngabodor mang Obed, eta mah ngicalan bumbu Colenak, aya-aya wae.

    BalasHapus
  27. Ayo apa ada yang tau kenapa propelan yang berbahan baku aspal,menghasilkan '' Bitumen ""kata om Bole bisa digunakan sebagai alternatif pengganti propelan yang OUT OF DATE tidak terus dikembangkan.?? Apa masalahnya? apakah belum stabil atau bisa meledak sendiri?Tidak cukup aspal alam yang ada di Indonesia ini?Atau penemunya nggak mau lagi menggembangkannya karena tak punya nilai komersil? or what???silakan komen,biar rasa penasaran kita bersama terselesaikan.Masak iya ada penemuan bagus tidak digunakan sementara kita butuh,pasti ada kelemahannya.

    BalasHapus
  28. Naaah ini yg buat orang pengen muntah baca komen boler pernah ikut refurbis roket, pernah buat avionik dan yg gilaaaa lg pernah ikut ngembangin nuklir!!!!! Di tambah lg ngaku sebagai mantan anggota pasukan khusus!! Boler kalo emang kemampuan nya segitu yaaah minimal lu itu terkenal di atas habibi!!! Atau seperti thomas a edison dg berbagai talenta!!!

    BalasHapus
  29. Agaknya si boler ini emeng penghayal!!

    BalasHapus
  30. sudah sering gua bilang si boler itu gila, kalau komentar minum dulu alkohol satu ember. itulah si boler, penghuni RSJ.

    BalasHapus
  31. Hati-hati kalau komen, tulisanmu adalah harimaumu.
    Kalau nggak senang dg komen saya gpp itu hak anda, tapi yg sopan jangan kayak orang nggak berpendidikan.
    Apa seh yg sudah anda perbuat untuk negerimu ini?
    Hanya umpatan kasar dan sampah begitu yah, kasihan saya sama kamu yang sudah ngerusak hati nuranimu sendiri yang sebenarnya suci.

    BalasHapus
  32. Kalo saya lihat dan saya dalami komenter om boler... Sangat berbobot yaa dengan mengesampingkan ke pekerjan beliau ya informasinya sangat menunjang pengetahuan.... Lanjut terus om... Kami menantikan koment" anda.. Salam dari borneo

    BalasHapus