Jumat, Desember 21, 2012
39
JAKARTA-(IDB) : Meski tetap berusaha optimis, sinar kegalauan tampak tak bisa ditepis dari wajah Prof. Dr. Eddy S. Siradj. Dalam Lokakarya Dewan Penerbangan dan Antariksa Nasional RI yang berlangsung Kamis (20/12) di Gedung BPPT, Jakarta, dengan bersemangat Kabalitbang Kementerian Pertahanan ini memaparkan panjang lebar kisah perancangan jet tempur masa depan KFX/IFX (Korean-Indonesian Fighter Experiment) yang tengah digarap Indonesia dan Korea Selatan. Proyek prestise bilateral ini dikatakan baru saja menyelesaikan tahapan Technology Development, dan akan masuk ke tahapan Engineering Manufacturing Development. Ia tak bergeming ketika sejumlah peserta lokakarya menanyakan soal kesanggupan teknis dan finansial Indonesia.

“Kebijakan pemerintah untuk bekerja sama dengan Korea Selatan membuat KFX/IFX sudah disepakati pada 2009. Pemerintah optimis, masak saya selaku pelaksana tidak optimis?” tangkis Eddy menjawab pertanyaan kritis pengamat kedirgantaraan Chappy Hakim soal penyelesaian program ini.  Mantan KSAU ini juga mempertanyakan kenapa justru bekerja sama dengan Korea? Ia rupanya risau terhadap efek Korea sebagai negara yang masih dalam status perang (dengan Korea Utara). Dalam kondisi seperti itu dikuatirkan Indonesia hanya akan menjadi bagian dari kepentingan Korea. Chappy juga mengkritisi soal KFX/IFX yang masih terbilang varian F-16. “Kenapa kita tidak buat yang benar-benar baru saja sekalian?” tanyanya.

Tapi lain halnya ketika Angkasa menanyakan soal upaya pemotongan anggaran pengembangan KFX untuk 2013 yang telah digelindingkan Pemerintah Korea. Rona wajahnya segera berubah. Ia tiba-tiba agak galau. “Ya itu, memang masalah itu pula yang tengah merundung teman-teman enjinir KFX/IFX di sana. Kini di Korea, untuk penggarapan proyek ini, ada 140 enjinir, 30 persen di antaranya dari Indonesia. Mereka masih sama-sama menunggu keputusan yang akan dibuat Parlemen Korea. Keputusan itu belum ada karena Korea baru akan membentuk parlemen yang baru usai terpilihnya Park Geun-hye sebagai presiden belum lama ini. Kini, kelangsungan KFX/IFX memang praktis tergantung pada situasi politik di sana,” tuturnya.

Seperti diberitakan www.angkasa.co.id, 6 Desember lalu, pemerintah Korea akan memotong anggaran pengembangan KFX untuk 2013 atas pertimbangan perkembangan ancaman dan keamanan regional, serta oleh sebab pembatalan keikutsertaan Turki dalam proyek ini. Di lain pihak, oleh karena China dan Jepang telah sama-sama membuat jet tempur generasi ke-5, Pemerintah Korea belakangan kian tertarik pada pesawat tempur setingkat yang telah lama ditawarkan Boeing, AS, yakni F-15 Silent Eagle. Pengalihan perhatian ini dikuatirkan akan menyedot anggaran yang tak kecil dan akan mengganggu proyek KFX/IFX yang sedang berjalan.

Mendampingi Eddy Siradj, Prof. Dr. Muljo Widodo, salah seorang pimpinan Tim Enjinir Indonesia, menjelaskan, kedua pihak sudah menyelesaikan tahap Feasibility Study dan Technology Development, sesuai jadwal yang telah ditentukan. Selanjutnya kedua tim akan masuk ke tahapan Engineering Manufacturing Development lalu terakhir Production. Kedua tim telah mengurai ada sebanyak 432 core technology yang akan diemban jet tempur generasi 4,5 ini, di mana 48 di antaranya belum dikuasai. Teknologi yang masih harus dipelajari ini umumnya ada di seputar kemampuan menghindar dari radar. Begitu pun kedua pihak sudah saling mengetahui kelebihan masing-masing.

Lain politisi, lain pula yang dipikirkan kaum teknokrat. Dua tahun bekerjasama rupanya telah membuat kedua tim enjinir mengenal cukup mendalam. Di mata tim Indonesia, Korea dinilai  telah memiliki kemampuan membuat hampir semua sub-sistem yang diperlukan KFX. Sementara di mata tim Korea, Indonesia dinilai luar dugaan karena telah menguasai segi Air Combat System yang semula dianggap amat sulit. Jika semua tahapan berjalan lancar, Block 1 dari pesawat ini akan masuk tahapan produksi pada 2020. Setelah itu, kedua negara akan berpisah melakukan sendiri proses upgrading sesuai kebutuhan masing-masing. Namun, sekali lagi, jalan ke arah itu akan ditentukan perkembangan mendatang, setelah Parlemen Korea yang baru terbentuk.





Sumber : Angkasa

39 komentar:

  1. tetap optimislah ;). SEANDAINYA jadi pun PT.DI nggak akan dapat teknologi dll "hanya menambah wawasan saja" orang cuma kerja sama. KARENA pihak NATO ngga akan seenaknya saja memberikan teknologinya untuk negara "yg bukan NON NATO". Jadi kalau pun itu gagal, ini akan jadi pembelajaran yg sangat penting buat ke depannya. untuk membuat teknologi yang lebih MAJU lagi. TETAP SEMANGAT 45 to PT.DI

    BalasHapus
  2. Korsel nggak masuk NATO..

    BalasHapus
    Balasan
    1. mesin dan teknolginya emg punya siapa?? Bisa emg korsel bikin sendiri?? Memang bukan Nato tapi narto alias sekutu..

      Hapus
    2. justru teknologinya ini yg lagi di riset sekarang, jgn dikit2 beranggapan yg canggih itu nato ah

      Hapus
    3. hehehe orang pt.DI disuruh milih mau pakai mesin apa pak? Eurofighter Typhoon dari britis atau saab gripen dari swedia. Itupun kalo di setujui, yah pasti ada syaratnya. Situ tau dah akal bulusnya nato dkk.. yah mungkin canggih org kiblatnya disana atlantis kali.. Hehehe

      Hapus
  3. Rusia sdh meragukan proyek ini, lebih baik dulu ikut tawaran rusia dan india untuk bangun Sukhoi Pakfa, kalo kita ikut, mungkin 2015 kita sudah bisa memiliki teknologinya, bisa jd korsel tdk mau ilmunya kita transfer dan kita hanya korban politik agar beli F-50 golden eagle, kapal selam changbogo, untuk dana mereka mengembangkan F-15 silent eagle, mending kita keluar, ajak rusia dan china atau india untuk bangun pesawat bersama, mumpung dananya masih ada dan belum dikorupsi, inilah kalo banyak orang pintar namun dikendalikan oleh orang cerdas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul juga gan meding kerjasama produksi PAKFA sama rusia/india..sama china cukup roket saja,kalau pesawat tempur china masih diragukan walaupun sdh bisa menjiplak su 27 dan pesawat siluman amrik.

      Hapus
    2. lol...hanya kamu yg msh meragukan pesawat tempur china,negara amrik dan barat saja terkesima dgn produk china yg maju,kemunculan j20 dan j31,serta helikopter tempur wz10 selalu membuat headline di situs" media militer barat.

      Hapus
    3. Belum terbukti dimedan perang lol...biasanya beda2 tipis sama mesin sanex,jialing,kaisar,kelahatan bgs dipake mbrebet...gitu lol

      Hapus
  4. Nggak usah galau kalau KFX/IFX batal. Selama ada ajakan kerjasama teknologi canggih dari negara manapun, BUNGKUS MAS! Rakyat mendukung.

    BalasHapus
  5. Pakfa punya dana ga ?? india aja lagi ke bingungan anggaranya terus membengkak.
    Lagian juga KFX/IFX blum batal koq..

    BalasHapus
  6. Kecewa berat pada para pengambil keputusan..uang rakyat yg dikorbankan..ketika ditanya hanya bisa galau sambil tampak bego..

    BalasHapus
  7. inti dari ifx kan kita cuma ngerakit sambil mempelajari teknologi yang di butuhkan pt.di "Inget pak. kita cuma bikin pesawat,
    bukan bikin mesin pesawat" maka dari itu. cuma bisa ngasih 20% karena mesinnya memang nggak ada yg bisa buat sendiri. Cinapun jiplak itu pun masih diragukan!

    BalasHapus
  8. Ane sih percaya aja gan kl ifx bakal terealisasi :) blm batal kok. Liat aja nanti ifx bakal terbang dilangit indonesia dgn penuh kebanggaan. Insyur kita banyak kok yg pinter.santai aja

    BalasHapus
  9. Di saat negara2 kawasan asia meningkatkan jumlah pesawt tempurnya negara kita mlh terjebak dengan dalih ToT, negara besar d kacangin lagi ma negara belia,walaupun w bukan pengamat w yakin proyek ini pasti gatot sory2 to say yah,knp ogut kpikiran kesitu, apa negara korengan sama dengan negara kita? negara kita tuh negara netral negara tdk punya sekutu beda dengan negara korengan mereka sekutunya as mau apa-apa butuh ijin dari as contoh kecil mau menambah daya jelajah Rudal saja butuh persetujuan as apa lagi ini mega proyek pasti secara tdk langsung d bwah kndali as,gw jdi kpikran ngara kita ky yg di pecundangi tapi gda kapok2nya di saat negara ini terkena embargo kita berpaling kerusia dan rusiapun dgn snang hati mnermanya gw salut sm mega wktu itu,dan tak lama embargo pun di cabut olh as di sini sdh trlhat tdk senangnya c sam liat ngara kita berkblat ke yg lain,skrang seakan2 terulang lagi kjadian yg sama tpi dgn versi yg berbda ngara kta mmbli 6 SU dan lengkaplah jadi 1 skuadron dan kasau pun sesumbar tdk akan membeli lgi psawt SU dari rusia,karna mungkin sudah terlanjur senang dengan hadiah paman sam brupa hibah f16 dan mega proyek KFX/IFX nya.sedangkan selama ini negara kita alutsistanya selalu d bwah singalaut dan ausie?.info terbaru aja ausie akan membli 24 super hornet baru dam menunda f35 nya itupun mendadak ssdah mereka lathan bareng dgn Tni Au,secara tdk lngsung mrka tau klmahn dan klbhan SU tni au.kesimpulanya berarti tetap saja negara kita masalah senjata selalu d bwah negara2 skutu c sam dan akhirnya c sam jgo juga main sinetronya klw benar kfx/ifx GATOT alias gagal total

    BalasHapus
  10. Dr awal sy pn mragukn krjsma ni akn brhsil.. ap lg stlah turki mngundurkn dri proyek ni.. krn dy tw spek pswat kfx hny ccok untuk korsel sj yg msuh.y tiada lain sodra.y sndri.. sdngkn geografis n bntuk ancaman indo ma korsel jauh brbda.. klo untuk pakfa biaya mmng tdk sdkit.. sran sy c baik.y krj sm ma china aj tuk bkn pswat tmpur, krn saat nih china sdh tdk bs d pndng sblh mta lg

    BalasHapus
  11. Sabar tetap optimis gan, tapi jangan terlalu berharap. Lagian emang di dunia ini cuma ada AS ama sekutunya doang, kan ada rusia, iran, cina dkk. Buat apalah takut dengan negara sekutu. Klo orang jakarta bilang Lu jual gue borong dan Inget mesin kalo ga ada bahan bakarnya ga akan jalan. Jadi jangan takut sama mesin biar secanggih apapun. Ifx gagal, srikandi muncul ;) Indonesia bisa.. Heh.. He.. He..

    BalasHapus
  12. saya yakin di balik semua ini ada sekenario amerika dan cecunguk2 nya yg tidak suka kalau negara bekas jajahan nya menjadi negara yg mandiri dan kuat. apalagi negri ginseng ini adalah sekutu kuat nya amerika dan kumpulan sang penjajah 'NATO'.

    BalasHapus
  13. dan ingat juga bukankah turqi sekutu as? kenapa dia keluar dari proyek ini yg tadinya mau ikut sampai mundur ga jadi,apa c sam sdah main mata dgn turqi bhwa proyk ini akn ggl?.Jadi H2C sama proyek ini,dan ngara kita pengguna abadi dgn pswat tmpur lawasnya f16 yg namanya bekas ya tetap aja bekas biar di retrofit sekalipun mf bukan pesimis agan2 karna w saking cintanya sma negri ini tpi kekuatan tempur kita jauh tertinggal

    BalasHapus
  14. urusan turki mundur dari proyek kfx/ifx gk mslah. Kan cma mslah dana dan blum batal. Turki kan anggota nato,jdi wajar donk klo dia pilih program jsf35 untuk menyamaratakan angkatan udaranya dgn anggota nato yg lain. Untuk indo smga tetap optimis n smangat. Bravo tni au.

    BalasHapus
  15. ALIHKAN DANA UNTUK KFX, BELI SUKHOI SAJA! DENGAN DUIT 1 MILYAR DOLAR KITA BISA DAPAT TAMBAHAN 1 SKUADRON SUKHOI BARU + PERSENJATAAN!

    BalasHapus
  16. kuatkan dulu au dengan pesawat2 yg canggih, karna au kita masih lemah. habis itu baru priotaskan riset pesawat tempur tau kfx/ifx. karna kfx/ifx itu membutuhkan waktu yg lama, ntr walaupun gagal kita ngak perlu cemas, krna kita udah punya au yg kuat.
    belajar itu wajib tpi kita harus juga punya strategi cadangan. seperti kata pepatah : sediakan payung sebelum hujan...,..............

    BalasHapus
  17. jangan hanya tertumpu pada korsel aja,otak kanan dimainkan,kenapa tdk menusuli jalan alternatif dgn melakukan joint dgn china,seperti china joint dgn pakistan dlm pengembangan pesawat tempur multi peran JF 17,saya rasa china tdk keberatan berbagi ilmu dgn kita.

    BalasHapus
  18. kenapa lu lu pada pesimis gitu.. ada yang so cerdas ada yang so jadi pengambil keputusan ada yang so jago strategi... emang lu kira petinggi" militer kita itu setaraf pemain point blank apa... ini urusan negara.bung bukan seperti ngurusi sekolah.... berfikir positif napa.. semua yang d lakuin petinggi" militer kita itu pasti udah d pikirin secara matang n pasti udah ada strategi d balik itu. . n jangan beranggapan usa,nato itu kaya dewa kaya tuhan yang bisa menentukan semua hal. . .
    Hedeh. .

    BalasHapus
  19. sebenarnya komisi 1 dan kemenhan perlu dibenahi lg, sy yakin TNI AU pengen yang terbaik bagi satuannya tp terkendala dengan money politik dan pengaruh antek barat yang berada di DPR dan Kemenhan shg kita tidak pernah bisa melebihi Ausie dan Raja Singa dan Malingsial

    BalasHapus
  20. kalo lihat perkembangan PT.DI sy rasa kita sudah mampu buat sendiri untuk rangkanya, rancangan yang sudah ada di KFX bisa dirombak sedikit dan dibuat baru, body kita buat, mesin beli saja dr Ruski atau Ambrik, avionik ambil sj dr Thales terutama radar AESAnya.....untuk lebih detilnya urus sendiri...hehehehe

    BalasHapus
  21. itu bukan sekedar krjasama tapi proses pembuatan yg dikerjakan bersama, anginer korea dan enginer indo yg mengerjakan bersama-sama...
    ini lbh dr skedar tot...

    BalasHapus
  22. kalaupun memang korea berulah dan main-main sm indo, memang mndingan di lepas aja tuh proyek, soalnya ga menjanjikan...krna teknologi pesawat itu pun hanya melebihi F 16...
    turki yg td nya hendak bergabung, tdk jd krna tdk ada kata sepakat dgn korea yg hendak share 60:40. smentara turki maunta 50:50...
    turki pun skrg sedang membangun pespurnya sndiri bersama swedia dgn proyek TFX.
    nah, klo mau indo pindahh proyek, jgn ke rusia n india krna uudh telat,, mending ke TFX aja bareng turki ama swedia...hehehe

    BalasHapus
  23. kita tunggu aja kabar selanjutnya, apakah benar nanti akan menghasilkan sebuah mesin baru atau pakai mesin lama yg di kembangkan hingga kemampuanya di atas typhoon. Yg jelas mesin ke2 negara beda bro. kalo ane sih cukup Sadar diri aja orang cuma 20% mao bilang apa lagi.

    BalasHapus
  24. Dari sisi bisnis, akan sgt tdk ekonomis kl kita bikin pesawat tempur sendiri walaupun cuma share 20%. Lebih efisien dari segi waktu, biaya dan teknologi yg kita dpt kl beli pswt tempur gen 4.5 yg sdh siap di pasaran spt: F15 SE, F18E/F atau beli pswt tempur gen 5 dr sumber yg relatif lebih murah dr NATO spt: J-31 atau T50 Pakfa.

    BalasHapus
  25. Ha2 proyek gagal,Asyik kena bodoh-bodohin aj ni kita,siapa sih yg memiliki ide kerja sma dengan korsel, ampun-ampun , nasi udah jd bubur. wkwkwk

    BalasHapus
  26. gk gagal bro,cuma dikurangi ato dipotong anggarannya utk thn 2013.

    BalasHapus
  27. kalo menurut saya. yang di maksud Prof. Dr. Eddy S. Siradj. "Mungkin" untuk sampai tahap produksi di tahun 2020 "ada kemungkinan" ini yg di kawatirkan akan gagal. karena korsel masih dalam status perang dengan korut dan juga ada perubahan politik. berarti prototype kfx/ifx tetap uji terbang di tahun 2013. Mudah-mudahan situasi disana cepat kembali normal. Hingga tidak mengganggu program KFX/IFX yg sedang berjalan. inikan baru kemungkinan koq jadi pada ikut pesimis gitu yah. siapa tau aja pt.di mau ngasih kejutan..

    BalasHapus
  28. kalu korsel membatalkankan rencana itu, pemerintah harus kerjasama dengan korea utara membuat rudal balistik. kalau sudah jadi tinggal arah kan rudal taepodong ke korea selatan dah.

    BalasHapus
  29. Alasan korea perang.... Korea perang mah dr jaman dulu... mereka belum berdamai dari dulu... tidak ada gencatan senjata, alias dr dulu mereka masih status perang....artinya kita dibodoh-bodohi untuk beli produk mereka...kasian

    BalasHapus
  30. pada inget dunk proyek pespur thypoon dan rafael dan lahirnya tank abrahm dan leopard semula dikerjakan bersama kemudian mengembangkan teknologinya sendiri2 pd hakekatnya KFX/IFX bukan join produksi tapi join riset kenapa PT.DI cma dijatah 20% yah namanya jg riset gk ada jaminan sampai produksi dan PT.DI menyadari betul dan mereka menyanggupinya karena kelak pasti mampu mengembangkan sendiri ma,af agan2 kalo ane sok tahu ini hanya analisis ane faktanya orang2 PT.DI kan lebih pintar dan hebat dari kita yg cuma bisa ngebacot doang dan patut dicatat sprtinya belum ada loh kegagalan prototip alutsista kita baik PT DI,PINDAD maupun PAL

    BalasHapus
  31. Menurut saya pendekatan dgn mengembangkan bersama korea ini krn faktor kita ingin memiliki kemampuan membangun industri pertahanan scr mandiri ke depannya, walopun nantinya kt dpt jatah sktr lisensi utk membuat 50 pswt itu krn kt hanya menyumbang sktr 20 % biaya pengembangannya, namun hal yg akan kt dpt bkn cuma 50 pswt itu aja, melainkan kita akan mampu membangun pswt tempur sendiri nantinya, dgn kemampuan insinyur2 kt rasanya hal tsb bkn mustahil, nantinya bs jd kt akan pny pswt tempur yg pure buatan kt dgn insinyur2 yg ikut belajar membuat kfx/ifx yg jd tulang punggungnya, visi ke depan bhw kt akan membangun kekuatan militer kt akan sulit tercapai jika hanya mengandalkan beli dr negara lain saja, hrs mulai dipikirkan utk membangun industri militer sendiri, selain utk keperluan sendiri, industri militer merupakan industri yg akan menyerap byk tenaga kerja, shg akan membuka lapangan pekerjaan bagi byk org ......

    BalasHapus
  32. Jangan pesimis apalagi mencemoohkan. Para ahli kita (PTDI, ITB, Kemhan, dll.) bukan orang bodoh; semuanya sudah diperhitungkan. PTDI sendiri punya tim bayangan proyek IFX di bandung dan tahun 2013 merupakan tahap manufacturing development (artinya tahap riset-perancangan sudah selesai). Jadi kalau proyek itu gagal, maka Tim RI di Korsel dan tim bayangan di Bandung sudah memiliki teknologi pembuatan pesawat tempur setidaknya semi-siluman. Itu artinya kita punya bargaining position yang tinggi jika ingin bekerja sama misalnya dengan Brazil, Turki, bahkan Rusia dalam proyek serupa. Jangan remehkan kemampuan para ahli kita dan jangan berprasangka buruk dulu. Juga jangan berpikir kalau kita lebih mengutamakan beli pesawat tempur yang paling canggih, padahal kita tidak sedang berperang. Bangun ekonomi dan bangun kekuatan militer secara paralel. Uang yang ada gunakan untuk riset dan pengembangan kemampuan. itu yang dilkakukan oleh PTDI, Pindad, PAL, dll. Lebih baik mampu membuat peswat tempur semi-siluman dari pada memaksakan harus beli pesawat sekelas F-35 misalnya. Saya sangat yakin ketika 2020, kita bukan hanya disegani AS dan China, tapi sangat ditakuti Malaysia, Singapura, dan Australia. Bayangkan sesuai dengan prediksi peraih Nobel ekonomi, Indonesia yang akan menyaingi ekonomi Ingris dan Jerman, juga China pada 10-20 tahun ke ke depan. Dengan lebih dari 200 Juta (dari 300 Juta-an) rakyat kelas menengah ke atas yang merupakan kekuatan dahsyat melampau jumlah rakyat kelas menengah se-asia tenggara (di luar Indonesia), maka bukan hanya kekuatan ekonominya tapi juga kekuatan militernya. Pada saat itu Indonesia menjadi "penguasa" samudra. Itu proyeksi para ahli kita termasuk para ahli di PTDI. Pindad, PAL, BPPT, Lapan, Kemhan, dll. Silahkan baca Sejarah Nasional (sejak jaman kerajaan sampai sekarang) sekaligus baca hasil kajian para analis-analis ekonomi dunia (yang netral dan ilmiah, bukannya para ahli yang tidak suka Indonesia maju)

    BalasHapus
  33. apakah persediaan BBM kita sudah mengimbangi dengan alutsista yg akan dimiliki seandainya terjadi perang...????

    BalasHapus