Rabu, Oktober 03, 2012
25
ARC-(IDB) : Kini, Kementerian Pertahanan tengah menimbang-nimbang helikopter serang mana yang sebaiknya dipilih? AH-64 Apache, UH-1Z Super Cobra atau UH-60 Blackhawk. Percaya atau tidak, skenario menimbang-nimbang ini juga dilakukan Marinir AS – penggunan utama heli ini di AS yang sadar akan keterbatasan anggaran. Dan, pilihan ternyata jatuh pada AH-1Z. Kenapa? Bukan saja, karena harganya lebih murah, tapi ada sejumlah pertimbangan teknis sehingga mereka memilih Super Cobra.

Meski helikopter ini akan dibeli untuk memperkuat Penerbad, Pemerintah RI seyogyanya menyimak pula pertimbangan Marinir AS. Alasannya ternyata simpel saja. Di antaranya, pertama, yakni bahwa Super Cobra mudah diterbangkan. Bagi Marinir AS ini sangat penting untuk melatih para penerbangnya. Mantan penerbang heli CH-46 Sea Knight  AS mengaku cukup melakukan familiarisasi 45 menit untuk bisa menerbangkan heli yang ukurannya lebih mungil dari Apache ini. Oleh karena bodinya yang mungil ini pula, sang heli mudah diangkut kemana-mana dengan kapal perang atau pesawat angkut.

Kelebihan kedua, oleh karena bodinya lebih kecil dari Apache dan lajunya lebih lincah, musuh diyakini pula lebih sulit memburu Super Cobra. Pertimbangan ini amat krusial khususnya setelah menyimak pengalaman tempur di Irak. Membidik Super Cobra pada kenyataannya memang jauh lebih sulit ketimbang membidik Apache. Begitu pun, sejumlah Apache yang jatuh di Irak dikatakan bukan oleh karena badannya yang relatif besar, tapi lebih karena suaranya yang sudah amat dikenali pejuang Irak. Di Irak, Apache adalah sasaran berharga bagi para pejuang penyandang RPG (Rocket Propelled Grenade), sehingga mereka dilatih untuk mengenali suaranya dari jauh.

Di Irak, Apache toh merupakan andalan AD AS untuk menghajar tank-tank Irak. Begitu pun, kemampuan ini muncul bukan karena kelincahannya, tetapi oleh karena dia memiliki rudal antitank Hellfire yang bisa ditembakkan dari jarak jauh. Tapi kalau untuk pertempuran jarak dekat, kebanyakan tentara AS mengaku lebih menyukai Super Cobra. Itu sebab Super Cobra kerap disebut sebagai rajanya pertempuran jarak dekat. Kabarnya, jika saat ini harga Apache sudah melambung jadi 35-40 juta dollar per unit, Super Cobra masih di sekitar angka 15-20 juta dollar.

Super Cobra adalah varian atau revisi perbaikan dari Cobra. Revisi dilakukan setelah AD AS menemukan berbagai kekurangan Cobra di medan pertempuran di Asia. Super Cobra memiliki jangkauan tempur tiga kali lebih jauh dan mampu mengangkut persenjataan dua kali lebih banyak dari Cobra. Heli serang berkursi dua ini adalah buatan Bell Textron. Versi pertamanya, AH-1W, dengan baling-baling berbilah dua, diproduksi tahun 1986. Pada tahun 2000, Bell Textron merevisinya menjadi AH-1Z yang jauh lebih powerfull, baling-baling berbilah empat, dengan sistem pembidikan target yang lebih canggih.

Lalu bagaimana dengan UH-60 Blackhawk. Dibanding Apache dan Super Cobra, heli ini tentu jauh lebih “lembut”. Itu karena pada dasarnya Blackhawk lebih dirancang untuk angkut pasukan. Dia memang bisa diperlengkapi persenjataan untuk serang darat, tapi bodinya yang besar akan menyulitkan dirinya melakukan manuver serangan itu di udara.


Jadi baiknya, pilih yang mana ya?



Sumber : ARC

25 komentar:

  1. Kalo ada kesungguhan dari DPR dan Pemerintah, sebenarnya pilih yang mana saja gak masalah... hanya saja, uangnya ada apa engga...
    Kalo pun ada, jangan sampe maksain beli "ngeteng".. wong India aja dgn anggaran/harga yang sama bisa dapet jumlah 3x lipat yang ditawarkan ke indonesia...

    BalasHapus
  2. PT DI sudah familiar dgn produk BELL, dan super cobra termasuk heli tg bagus dan terbukti amerika mau pakai heli ini. jd sebaiknya ambil super cobra dan kalo bisa minta lisensi bikin di PT DI spt halnya BELL 412EP.

    BalasHapus
  3. saya setuju dengan pendapat fajar dw
    lebih baik duit buat pembelian paket apache
    di alihkan ke paket super cobra, lengkap dengan alutistanya serta lisensi untuk bisa memproduksi heli tempur sendiri

    BalasHapus
  4. Setuju dengan Bung Fajar... kita sudah familiar dengan BELL.
    belinya jangan ketengan sehingga kita bisa dapat lisensi bikin di PT DI.

    BalasHapus
  5. tidak sama mas. duitnya sama tapi paketnya pasti berbeda. Kalo India ambil PaHe (paket hemat) dengan uang segitu dia bisa ambil lebih banyak. Kalo TNI ambil paket mahal, dapetnya ya lebih sedikit.

    Kalo malu beli ngeteng, hapus BBM premium dan rakyat nggak usah ngeluh. Nah kalo udah gitu, jangankan beli tunai, leopard nambah 100 unit lagi juga pemerintah mampu.

    BalasHapus
  6. Yg bagus tuh bikin sendiri prototype Gandiwa dah bagus kaya apache.

    BalasHapus
  7. mau apache mau super cobra tak masalah, mau beli 8 beli 24 tak apa, pokoknya kita punya helli tempur...

    BalasHapus
  8. Ane setuju ama yg diatas,pokoknya punya heli tempur,jgn cuma rencana,realisasi nol

    BalasHapus
  9. Bli produk usa bagaimana klo d embargo lgi,apa ga bikin repot..sorry oot

    BalasHapus
  10. Gak efisien gan, menurut hemat saya lebih baik dilakukan penambahan mi-35, selain menghemat perawatan, lebih praktis dgn strategi penerbad jika dilakukan dgn helikopter sejenis, untuk urusan harga, russia lebih murah, tinggal dilengkapi aja ataka-nya, kalo dgn harga 1,4Milyar dollar, lebih baik ke russia, bisa dapet 3-5 skuadron #CMIIW

    BalasHapus
  11. aq lebih setuju mas resa mi.35 lebih simple kuat jangkuan lebih jauh gotong senjata pun gak kalah hebat kebelakang lebih yaman alias embargo nathing .susahnya pejabat kita sudah renta gak mau sadar kan diri di embargo isanya gelluh gak tahu malu!!!!!

    BalasHapus
  12. Mau Kobra mau Apache boleh.. tapi yang penting ada senjatanya nanti kaya macan gak punya taring

    BalasHapus
  13. mi35 bagus, cuma kita tidak boleh tergantung pada satu negara aja, secara kualitas spt kata pak wamenhan, apache barang bagus, soal embargo tak perlu kuatir atas kemampuan orang kita untuk berdiplomasi, hari ini pun kita bisa melepaskan embargo itu.

    BalasHapus
  14. Dari pada Apache lebih baik Super Cobra....bila boleh lebih jauh memilih lebih baik MI-35 Hind atau M-28 Havoc sekalian.....kita perlu alutsista yang punya efek deterrent tinggi....dan product2 Russia sudah membuktikan itu.....lihat nafsu australia untuk undang kita pada pitch black exercises yg baru lalu.....

    BalasHapus
  15. kita fokus ke super kobra atau apache dulu, kalo itu dah dapet kita bisa incar arsenal yg lain...

    BalasHapus
  16. super cobra top lakh
    apache mahal, lagi pula hebat nya cuma gara2 si hellfire.
    misalnya nanti penerbad jadi beli apache paling banter gotong roket FFAR,kaga bakalan gotong hellfire harganya selangitt per unit nya.
    apabila udah sekalian satu paket full armed ama hellfire pasti muahhhhalll banget.
    dan bakal di kadalin

    BalasHapus
  17. sebelum di embargo US lebih baik lisensi nya sdh dapat, jadi meski di embargo juga RI sdh bisa bikin.

    #dukung super cobra.

    BalasHapus
  18. kita haruss pikirkan kebelakang bukan untuk hari ini satu dua tahun brpikir cerdik ala america bagus yg di pikirkan kebelakang menurut sumber pemerintah kerap gencar di tekan adi daya itu termasuk perdangan laut cina selatan ,emang pemerintah puya hutang mega krupsi ,tekanan ancaman embargo sudah mulai terasa kalian tidak tahu diplomasion pemerintah bak sapi dugu tidak mau tegass ruginya di situh padahal dalam kancah internasional indonesia sudah di atas agin cina pun sudah gasih kode !!"belli senjata bukan untuk gaya2an kualitas barang tersebut harus ada jaminan tidak ada embargo ,kebiasan america di rayu untuk segera di belli setelah numpuk ,baru tekanan embargo di ancam tampa sepegetahuan kalian jadi economi meliter diplomazion erat sekali bicara politeker internasional cilakanya bayak nya staff pusat hampir separuhnya antek asing !!!!

    BalasHapus
  19. kl boleh niiich coba di lihat juga buatan china. kayak nya mirim apache. atau Turky , Afsel , German , Italy harga di bawah amerika semua. tp semua itu kembali ke TNI AD sebagai user nya.

    BalasHapus
  20. Pilih aja Super Cobra n Mi 35, krn perpaduan yg cocok utk kondisi Indonesia, serta kemungkinan dapat lisensi lbh besar, serta amunisi juga bisa diproduksi Pindad, perawatan bisa dilakukan oleh PT DI, jadi lbh efisien n ekonomis serta bisa digunakan dlm jangka waktu lama,

    BalasHapus
  21. 2 tahun aja Indonesia bebas korup,Apache & Super Cobra bisa di beli sekaligus......

    BalasHapus
  22. Setuju ma kang abe....DI tunjukan kreativitasmu...Tunjukan pada rakyat klo kalian mampu buat prototipe heli serang....klo dah jdi mo diksih hellfire ato konvensional bom pun tergantung pmintaan aj....bravo tuk DI jayalah selalu Indonesia

    BalasHapus
  23. kalau buat heli serang gampang yang susah itu sistem senjatanya. lha sisitem senjata nggak bakal dijual ama amrik. kalau punya om russie helinya berisik banget n susah manuver.

    BalasHapus