JAKARTA-(IDB) : Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
menginstruksikan kepada pimpinan di jajaran TNI dan POLRI untuk menjaga
netralitas menjelang pemilihan umum calon presiden yang akan
dilaksanakan pada tanggal 9 Juli 2014 mendatang.netralitas yang dimaksud
adalah selaku institusi maupun selaku anggota TNI dan Polri yang aktif.
Presiden juga menegaskan sikap dan
tindakan netralitas dijaga agar jangan sampai mundur dan dirusak ataupun
sampai mengkhianati reformasi TNI dan POLRI yang dibangun sangat tidak
mudah pada waktu itu.
Instruksi Presiden tersebut disampaikan,
Senin (2/5) saat memberikan pengarahan kepada Perwira Tinggi (Pati) di
lingkungan TNI dan Polri yang hadir pada forum Apel pimpinan (Commander Call) di Kantor Kemhan, Jakarta.
Apel pimpinan TNI dan POLRI tersebut
juga dihadiri oleh Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan, Djoko
Suyanto, Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, para Kepala Staf
Angkatan dan Kapolri serta 282 Pati terdiri dari Pati Bintang Dua keatas
dan Pati Bintang Satu yang memegang jabatan komando
Presiden mengatakan, dirinya selalu
mengingatkan agar TNI dan Polri tetap netral, karena itu merupakan
harapan rakyat dan harapan dari para Capres dan Cawapres yang akan
segera berkompetisi dalam pemilihan presiden tahun 2014 ini.
Pada kesempatan apel pimpinan itu,
Presiden SBY mengungkapkan beberapa catatan sejarah dimasa lampau yang
menjadi pelajaran dan agar tidak mengulanginya kembali. Hal ini
berkaitan dengan ketidaknetralan TNI dan Polri dalam Pemilu di era
sebelum reformasi.
Presiden mencontohkan dalam Pemilu 2004,
meskipun berlangsung secara damai dan demokratis, akan tetapi masih ada
catatan kaki terutama yang berkaitan dengan TNI dan Polri. Diungkapkan
Presiden adanya Pamen Polri yang berkata "jangan pilih capres lain tapi
pilih saja capres yang ini saja" dihadapan komunitas tertentu yang
disiarkan secara luas oleh media. Ada juga pada saat apel Dansat
dijajaran TNI yang mengatakan, “jangan pilih partai ini".
Presiden menganggap peristiwa itu
menjadi bagian dari masa lalu TNI dan Polri. Namun Presiden merasa bahwa
para Perwira sekalian tidak akan melakukan hal yang sama dimasa kini
dan masa depan, utamanya dalam pemilihan presiden yang segera akan
dilaksanakan. Ditambahkan Presiden, TNI dan Polri harus beri kesempatan
kepada pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden untuk melakukan
kompetisi secara damai, sehat, bermartabat, dan berkualitas.
Sementara itu Presiden SBY juga
mengatakan bahwa seorang Perwira TNI dan Polri terbuka dan tidak
dilarang untuk memiliki cita-cita menjadi pemimpin politik seperti
menjadi Presiden, Wakil Presiden, atau Menteri. Akan tetapi terdapat
aturan dan etika yang jelas dan tegas yang mengharuskan untuk
mengundurkan diri dari jabatan yang disandang di institusi TNI dan
POLRI.
Presiden mengatakan dengan tidak berada
dilembaga TNI dan Polri atau setelah menjadi sipil maka ruang gerak dan
peluang untuk berhasil dalam politik akan terbuka. Selain itu masyarakat
memandang cara itu cukup adil, karena dinilai seseorang tersebut tidak
mengandalkan dan menggunakan kekuatan yang ada dibelakangnya untuk
meraih posisi politik.
SBY Minta Jenderal Aktif yang Ingin Berpolitik Mengundurkan Diri
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta agar perwira tinggi TNI/Polri yang ingin terjun ke dunia politik untuk mengajukan pengunduran diri. Menurut Presiden, itulah cara yang paling demokratis dan merupakan cara yang pernah dilakukannya dan para jenderal lain yang memilih berkarier di dunia politik.
Presiden sudah mendapatkan informasi adanya calon presiden yang berusaha menarik dukungan dari jenderal aktif.
"Lalu, kalau adik-adik saya bertanya kepada saya, kakak kalian bagaimana caranya mendapat cita-cita politik, ada jalannya. Kalau dari para perwira itu ingin jadi pemimpin politik, atau mendukung capres tertentu, maka ajukan pengunduran diri kepada atasan perwira kalian," ujar Presiden di hadapan 200 perwira tinggi TNI/Polri, Senin (2/6/2014).
Presiden mempersilakan Panglima TNI, Kepala Staf Angkatan Darat, Kepala Staf Angkatan Udara, dan Kepala Staf Angkatan Laut jika ingin mengajukan pengunduran diri dengan alasan akan berpolitik. Presiden menyatakan akan langsung mengabulkan surat pengunduran diri itu.
"Hampir pasti dikabulkan. Bahkan saya doakan agar sukses, karena Saudara-saudara adalah perwira terpilih yang potensial. Kalau dengan tidak di TNI dan Polri seperti saya dan Pak Djoko Suyanto, maka ruang gerak saudara ke politik akan terbuka," katanya.
Menurut Presiden, dengan mundur dari jabatan militer, rakyat akan bisa menilai secara lebih berimbang karena mereka tidak lagi mengandalkan kekuatan pasukan dan senjata untuk meraih posisi politik.
"Teman-teman sipil berat, jika bersaing dengan mereka yang punya kekuatan, militer, dan senjata yang tidak dalam tatanan demokrasi," ujarnya.
Pidato Presiden SBY selama sekitar satu jam itu menunjukkan kemarahannya secara eksplisit kepada perwira tinggi TNI/Polri yang hadir. Berkali-kali, Presiden menggelengkan kepalanya untuk menunjukkan kemarahannya itu terkait fenomena penarikan dukungan calon presiden dari kalangan jenderal aktif.
Presiden pun sempat terdiam beberapa saat. Dia lalu melihat ke arah para perwira tinggi di depannya. Bola matanya menelusuri secara saksama. Kepalanya pun dia gerakkan dari kanan ke kiri.
"Bahkan ditambahkan, tidak perlu mendengar presiden kalian. Kan itu presiden kapal karam, lebih baik cari presiden baru yang bersinar. Dalam negeri yang kita cintai, kata-kata ajakan seperti itu hanyalah sebuah godaan," lanjut Presiden.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta agar perwira tinggi TNI/Polri yang ingin terjun ke dunia politik untuk mengajukan pengunduran diri. Menurut Presiden, itulah cara yang paling demokratis dan merupakan cara yang pernah dilakukannya dan para jenderal lain yang memilih berkarier di dunia politik.
Presiden sudah mendapatkan informasi adanya calon presiden yang berusaha menarik dukungan dari jenderal aktif.
"Lalu, kalau adik-adik saya bertanya kepada saya, kakak kalian bagaimana caranya mendapat cita-cita politik, ada jalannya. Kalau dari para perwira itu ingin jadi pemimpin politik, atau mendukung capres tertentu, maka ajukan pengunduran diri kepada atasan perwira kalian," ujar Presiden di hadapan 200 perwira tinggi TNI/Polri, Senin (2/6/2014).
Presiden mempersilakan Panglima TNI, Kepala Staf Angkatan Darat, Kepala Staf Angkatan Udara, dan Kepala Staf Angkatan Laut jika ingin mengajukan pengunduran diri dengan alasan akan berpolitik. Presiden menyatakan akan langsung mengabulkan surat pengunduran diri itu.
"Hampir pasti dikabulkan. Bahkan saya doakan agar sukses, karena Saudara-saudara adalah perwira terpilih yang potensial. Kalau dengan tidak di TNI dan Polri seperti saya dan Pak Djoko Suyanto, maka ruang gerak saudara ke politik akan terbuka," katanya.
Menurut Presiden, dengan mundur dari jabatan militer, rakyat akan bisa menilai secara lebih berimbang karena mereka tidak lagi mengandalkan kekuatan pasukan dan senjata untuk meraih posisi politik.
"Teman-teman sipil berat, jika bersaing dengan mereka yang punya kekuatan, militer, dan senjata yang tidak dalam tatanan demokrasi," ujarnya.
Pidato Presiden SBY selama sekitar satu jam itu menunjukkan kemarahannya secara eksplisit kepada perwira tinggi TNI/Polri yang hadir. Berkali-kali, Presiden menggelengkan kepalanya untuk menunjukkan kemarahannya itu terkait fenomena penarikan dukungan calon presiden dari kalangan jenderal aktif.
Presiden pun sempat terdiam beberapa saat. Dia lalu melihat ke arah para perwira tinggi di depannya. Bola matanya menelusuri secara saksama. Kepalanya pun dia gerakkan dari kanan ke kiri.
"Bahkan ditambahkan, tidak perlu mendengar presiden kalian. Kan itu presiden kapal karam, lebih baik cari presiden baru yang bersinar. Dalam negeri yang kita cintai, kata-kata ajakan seperti itu hanyalah sebuah godaan," lanjut Presiden.
Sumber : DMC
Mantap Pak Presiden, bapak sangat pantas diberi gelar Jendral Besar seperti Jendral Sudirman. tindakan dan pemikiran yang memiliki visi jauh kedepan demi kesatuan persatuan dan kedamaian NKRI.
BalasHapusha...ha....ha.... =))
Hapus