JAKARTA-(IDB) : Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono memberikan arahan kepada para perwira tinggi TNI dan
Polri terkait pemilihan presiden yang akan dilaksanakan pada Juli 2014.
"Apel perwira tinggi TNI Polri adalah inisiatif saya, acara ini saya pandang perlu dan penting untuk diselenggarakan," kata Presiden saat membuka pengarahannya di Kementerian Pertahanan di Jakarta, Senin.
Pengarahan tersebut, menurut Presiden disampaikan secara terbuka dan diliput oleh media massa agar rakyat dapat mengikuti dengan benar dan tidak menjadi fitnah.
"Maklum ini adalah musim kampanye presiden, politik makin panas, saling curiga, saling intip mengintip, oleh karenanya kita buka agar rakyat bisa mengikuti, sekaligus prinsip transparansi," kata Presiden.
Dalam pengarahannya presiden mengatakan, ada dua tugas pokok TNI - Polri. Pertama, Polri dibantu TNI bertugas untuk memastikan agar pemilu berjalan secara tertib dan lancar sesuai dengan amanat Undang -Undang.
Kedua, menurut Presiden Yudhoyono terkait dengan upaya terus menjaga netralitas TNI - Polri dalam pemilihan umum termasuk pemilihan presiden.
"Penilaian saya, terhadap apa yang disampaikan pada 2009 dan 2014, TNI dan Polri telah dapat melaksanakan dua tugas itu, saya ucapkan terima kasih dan penghargaan," kata Presiden.
Pengarahan Presiden Yudhoyono diikuti oleh 282 perwira tinggi dari berbagai jajaran TNI - Polri dan di Kementerian/Lembaga lainnya.
Presiden Yudhoyono selalu menggelar pengarahan dalam menghadapi pemilu sejak 2009 lalu. Presiden sebelumnya juga menggelar pengarahan pada Januari 2014 lalu terkait pelaksanaan pemilu legislatif 2014.
"Apel perwira tinggi TNI Polri adalah inisiatif saya, acara ini saya pandang perlu dan penting untuk diselenggarakan," kata Presiden saat membuka pengarahannya di Kementerian Pertahanan di Jakarta, Senin.
Pengarahan tersebut, menurut Presiden disampaikan secara terbuka dan diliput oleh media massa agar rakyat dapat mengikuti dengan benar dan tidak menjadi fitnah.
"Maklum ini adalah musim kampanye presiden, politik makin panas, saling curiga, saling intip mengintip, oleh karenanya kita buka agar rakyat bisa mengikuti, sekaligus prinsip transparansi," kata Presiden.
Dalam pengarahannya presiden mengatakan, ada dua tugas pokok TNI - Polri. Pertama, Polri dibantu TNI bertugas untuk memastikan agar pemilu berjalan secara tertib dan lancar sesuai dengan amanat Undang -Undang.
Kedua, menurut Presiden Yudhoyono terkait dengan upaya terus menjaga netralitas TNI - Polri dalam pemilihan umum termasuk pemilihan presiden.
"Penilaian saya, terhadap apa yang disampaikan pada 2009 dan 2014, TNI dan Polri telah dapat melaksanakan dua tugas itu, saya ucapkan terima kasih dan penghargaan," kata Presiden.
Pengarahan Presiden Yudhoyono diikuti oleh 282 perwira tinggi dari berbagai jajaran TNI - Polri dan di Kementerian/Lembaga lainnya.
Presiden Yudhoyono selalu menggelar pengarahan dalam menghadapi pemilu sejak 2009 lalu. Presiden sebelumnya juga menggelar pengarahan pada Januari 2014 lalu terkait pelaksanaan pemilu legislatif 2014.
Rancangan Tradisi Penyambutan Presiden Baru
Sejak kemerdekaan
pada 1945, Indonesia belum memiliki tradisi penyambutan presiden baru,
sehingga Presiden Susilo Yudhoyono berencana merancang tradisi baru
suksesi kepemimpinan negara itu.
"Saya merancang tradisi baru, pada 20 Oktober. Setelah sama-sama hadiri sidang MPR, saya akan bersiap di istana untuk sambut presiden yang baru, dengan upacara militer yang baik," kata kata Yudhoyono saat memberikan arahan kepada para perwira tinggi TNI di Jakarta, Senin.
"Saya merancang tradisi baru, pada 20 Oktober. Setelah sama-sama hadiri sidang MPR, saya akan bersiap di istana untuk sambut presiden yang baru, dengan upacara militer yang baik," kata kata Yudhoyono saat memberikan arahan kepada para perwira tinggi TNI di Jakarta, Senin.
Presiden
dalam ketatanegaraan dan hukum formal Indonesia merupakan lambang
negara, kepala pemerintahan dan kepala negara, sekaligus panglima
tertinggi TNI.
Yudhoyono melanjutkan,"Kami berdua, yang lama dan baru, akan terima penghormatan, masuk ke dalam istana; perpisahan dengan perangkat kepresidenan, setelah itu saya kembali ke masyarakat luas."
Sementara itu, dalam kesempatan tersebut, dia juga menghimbau agar buku sejarah Reformasi TNI-Kepolisian Indonesia dapat segera diselesaikan sebelum 5 Oktober 2014.
Menurut dia, buku tersebut penting untuk dapat segera diselesaikan mengingat saat ini banyak pelaku aktif reformasi TNI-Kepolisian Indonesia yang masih hidup.
Sehingga, menurut dia, dapat diperoleh sejarah yang lebih utuh komprehensif, dan dapat dikalrifikasi kebenarannya.
Yudhoyono melanjutkan,"Kami berdua, yang lama dan baru, akan terima penghormatan, masuk ke dalam istana; perpisahan dengan perangkat kepresidenan, setelah itu saya kembali ke masyarakat luas."
Sementara itu, dalam kesempatan tersebut, dia juga menghimbau agar buku sejarah Reformasi TNI-Kepolisian Indonesia dapat segera diselesaikan sebelum 5 Oktober 2014.
Menurut dia, buku tersebut penting untuk dapat segera diselesaikan mengingat saat ini banyak pelaku aktif reformasi TNI-Kepolisian Indonesia yang masih hidup.
Sehingga, menurut dia, dapat diperoleh sejarah yang lebih utuh komprehensif, dan dapat dikalrifikasi kebenarannya.
Sumber : Antara
OMDO
BalasHapus