Operasi Mobilisasi Udara TNI, Seruu Bagai Film Action
ASEMBAGUS-(IDB) : TNI menggelar latihan Operasi Mobilisasi Udara (Mobud) di Kawasan Pusat Latihan Pertempuran (PLP) Marinir-5 Baluran Asembagus, Situbondo Jawa Timur. Operasi Mobud ini termasuk rangkaian Latihan Gabungan (Latgab) TNI 2014.
Tujuan Mobud dalam rangka mengejar dan menghancurkan musuh. Inti kekuatan Operasi Mobud adalah barisan helikopter milik Korps Penerbang TNI Angkatan Darat. Doktrin Mobile Udara sendiri berkembang sekitar tahun 1959 seiring dengan berkembangnya teknologi helikopter. Pesawat berbaling-baling ini efektif untuk mendukung pergerakan pasukan karena bisa bergerak lincah dan mendarat di mana saja.
Kemampuan gerak tersebut tak dimiliki pesawat bersayap (fixed wing), yang butuh landasan untuk lepas landas dan mendarat. Para gerilyawan TNI yang bertempur di Sabah dan Serawak saat konfrontasi Dwikora sekitar tahun 1964-1965 sangat direpotkan dengan operasi mobile udara yang digelar pasukan elite SAS Inggris. Berbekal helikopter Westland Wessex Mk.1, mereka leluasa mengejar gerilyawan Indonesia di belantara Kalimantan.
Konsep mobile udara terbesar diterapkan tentara Amerika Serikat dalam perang Vietnam. Helikopter benar-benar jadi tulang punggung kekuatan AS. Walau akhirnya mereka harus mengakui kegigihan tentara Vietnam Utara.
TNI AD pun terus mematangkan konsep mobilitas udara. Dukungan sejumlah helikopter seri terbaru seperti Heli MI 17 V5 dan MI-35 menambah kekuatan Penerbad.
Helikopter Penerbad juga berfungsi melakukan pergerakan pasukan. Dalam Latgab TNI 2014, TNI AD mengerahkan 18 Bell 412 buatan PTDI dan 2 Bell 205 A-1.
20 Heli serbu tersebut mengangkut 160 Prajurit dari Yonif 411/Raider. Mereka kemudian meluncur dengan tali dari pesawat (Fast Rope).
Dengan mobile udara, kekuatan lebih dari dua kompi tersebut bisa digerakkan dengan cepat. Tak terhalang beratnya medan dan rintangan di darat.
Pasukan Raider sendiri adalah pasukan elite yang terdapat di semua Kodam. Salah satu kualifikasi prajurit baret hijau tua dengan badge petir dan pedang ini memang melakukan mobilitas lewat udara.
Mereka juga mampu melakukan misi kontrateroris seperti pengawalan VIP dan pembebasan sandera.
Selain untuk pergerakan pasukan, helikopter tempur TNI AD pun berfungsi memberi bantuan tembakan. Bantuan tembakan dari udara efektif menghancurkan kekuatan musuh yang tak terjangkau artileri atau meriam.
Dalam Latgab TNI tahun 2014, mereka mengerahkan 4 Heli MI 35 P dengan Munisi Roket S 8 Kom 80 MM, Canon 30 MM. Ada juga 3 Bolco (BO) 105 dengan Folding Roket Fin Areal Rocket (FFAR).
Selain meriam dan roket, senapan mesin dengan operator pun lazim digunakan sebagai bantuan tembakan udara.
Tak cuma pasukan yang bisa diangkut helikopter. Meriam artileri medan pun dengan mudah diangkut untuk dipindah dalam sebuah pertempuran.
Penerbad melaksanakan Sling Load yaitu mengangkut Meriam 105 MM untuk pindah kedudukan Stelling Armed. Misi ini dilakukan untuk mendekatkan meriam ke sasaran karena tembakan tidak terjangkau.
Misi Sling Load dalam latihan Gabungan TNI 2014 menggunakan 3 Heli MI 17 V5. Heli angkut buatan Rusia ini mampu mengangkut 30 orang atau satu peleton pasukan infanteri. Dia juga mampu mengangkut 12 tandu sekaligus apabila dijadikan pesawat untuk keperluan medis.
Beban angkutnya 4 ton. Cukup kuat untuk menggotong sebuah meriam dalam pertempuran.
Berikut penampakan helikopter berserta prajurit dalam latihan dan dikawal dengan kendaraan tempurnya.
Tujuan Mobud dalam rangka mengejar dan menghancurkan musuh. Inti kekuatan Operasi Mobud adalah barisan helikopter milik Korps Penerbang TNI Angkatan Darat. Doktrin Mobile Udara sendiri berkembang sekitar tahun 1959 seiring dengan berkembangnya teknologi helikopter. Pesawat berbaling-baling ini efektif untuk mendukung pergerakan pasukan karena bisa bergerak lincah dan mendarat di mana saja.
Kemampuan gerak tersebut tak dimiliki pesawat bersayap (fixed wing), yang butuh landasan untuk lepas landas dan mendarat. Para gerilyawan TNI yang bertempur di Sabah dan Serawak saat konfrontasi Dwikora sekitar tahun 1964-1965 sangat direpotkan dengan operasi mobile udara yang digelar pasukan elite SAS Inggris. Berbekal helikopter Westland Wessex Mk.1, mereka leluasa mengejar gerilyawan Indonesia di belantara Kalimantan.
Konsep mobile udara terbesar diterapkan tentara Amerika Serikat dalam perang Vietnam. Helikopter benar-benar jadi tulang punggung kekuatan AS. Walau akhirnya mereka harus mengakui kegigihan tentara Vietnam Utara.
TNI AD pun terus mematangkan konsep mobilitas udara. Dukungan sejumlah helikopter seri terbaru seperti Heli MI 17 V5 dan MI-35 menambah kekuatan Penerbad.
Helikopter Penerbad juga berfungsi melakukan pergerakan pasukan. Dalam Latgab TNI 2014, TNI AD mengerahkan 18 Bell 412 buatan PTDI dan 2 Bell 205 A-1.
20 Heli serbu tersebut mengangkut 160 Prajurit dari Yonif 411/Raider. Mereka kemudian meluncur dengan tali dari pesawat (Fast Rope).
Dengan mobile udara, kekuatan lebih dari dua kompi tersebut bisa digerakkan dengan cepat. Tak terhalang beratnya medan dan rintangan di darat.
Pasukan Raider sendiri adalah pasukan elite yang terdapat di semua Kodam. Salah satu kualifikasi prajurit baret hijau tua dengan badge petir dan pedang ini memang melakukan mobilitas lewat udara.
Mereka juga mampu melakukan misi kontrateroris seperti pengawalan VIP dan pembebasan sandera.
Selain untuk pergerakan pasukan, helikopter tempur TNI AD pun berfungsi memberi bantuan tembakan. Bantuan tembakan dari udara efektif menghancurkan kekuatan musuh yang tak terjangkau artileri atau meriam.
Dalam Latgab TNI tahun 2014, mereka mengerahkan 4 Heli MI 35 P dengan Munisi Roket S 8 Kom 80 MM, Canon 30 MM. Ada juga 3 Bolco (BO) 105 dengan Folding Roket Fin Areal Rocket (FFAR).
Selain meriam dan roket, senapan mesin dengan operator pun lazim digunakan sebagai bantuan tembakan udara.
Tak cuma pasukan yang bisa diangkut helikopter. Meriam artileri medan pun dengan mudah diangkut untuk dipindah dalam sebuah pertempuran.
Penerbad melaksanakan Sling Load yaitu mengangkut Meriam 105 MM untuk pindah kedudukan Stelling Armed. Misi ini dilakukan untuk mendekatkan meriam ke sasaran karena tembakan tidak terjangkau.
Misi Sling Load dalam latihan Gabungan TNI 2014 menggunakan 3 Heli MI 17 V5. Heli angkut buatan Rusia ini mampu mengangkut 30 orang atau satu peleton pasukan infanteri. Dia juga mampu mengangkut 12 tandu sekaligus apabila dijadikan pesawat untuk keperluan medis.
Beban angkutnya 4 ton. Cukup kuat untuk menggotong sebuah meriam dalam pertempuran.
Berikut penampakan helikopter berserta prajurit dalam latihan dan dikawal dengan kendaraan tempurnya.
Dua helikopter Super Puma milik TNI AU, melakukan mobilisasi udara (mobud) penurunan pasukan dengan cara fast rope, di Pusat Latihan Pertempuran (PLP) Marinir-5-Baluran, Asembagus, Situbondo, Jatim, Minggu (1/6). Mobilisasi udara tersebut dilakukan dalam gladi bersih untuk persiapan Latgab 2014 yang dilakukan oleh tiga matra TNI AD, AL dan AU.
Sejumlah helikopter bell 412 milik Puspenerbad TNI AD, melakukan mobilisasi udara(mobud) penurunan pasukan di Pusat Latihan Pertempuran (PLP) Marinir-5-Baluran, Asembagus, Situbondo, Jatim, Minggu (01/06). Mobilisasi udara tersebut dilakukan dalam gladi bersih untuk persiapan Latgab 2014 yang dilakukan oleh tiga matra TNI AD, AL dan AU.
Dua helikopter Super Puma milik TNI AU, melakukan mobilisasi udara (mobud) penurunan pasukan saat terbang di atas Tank BTR 50P dan Tank PT 76 M milik Resimen Kavaleri Korps Marinir TNI AL, di Pusat Latihan Pertempuran (PLP) Marinir-5-Baluran, Asembagus, Situbondo, Jatim, Minggu (1/6). Mobilisasi udara tersebut dilakukan dalam gladi bersih untuk persiapan Latgab 2014 yang dilakukan oleh tiga matra TNI AD, AL dan AU.
Tank Scorpion Yonkav 8 TNI AD bergerak menuju daerah pertempuran untuk mendukung pergerakan pasukan infanteri di Pusat Latihan Tempur (Puslatpur) Marinir, Asembagus, Situbondo, Jatim, Minggu (1/6). Sebanyak 18 unit tank Scorpion bersama ranpur lain dalam Kompi Mekanis dilibatkan dalam skenario penyerbuan pada Latihan Gabungan TNI 2014.
Ranpur jenis BTR 50 P milik TNI AL bergerak menuju daerah pertempuran untuk mendukung pergerakan pasukan infanteri di Pusat Latihan Tempur (Puslatpur) Marinir, Asembagus, Situbondo, Jatim, Minggu (1/6). Sebanyak 36 unit BTR 50 P bersama ranpur lain dalam Kompi Mekanis dilibatkan dalam skenario penyerbuan pada Latihan Gabungan TNI 2014.
Sejumlah prajurit infanteri TNI AD bersiaga dalam Panser Anoa untuk melakukan skenario penyerbuan pertahanan musuh menggunakan panser di Pusat Latihan Tempur (Puslatpur) Marinir, Asembagus, Situbondo, Jatim, Minggu (1/6). Sebanyak 13 unit panser produksi dalam negeri yang tergabung dalam Kompi Mekanis itu digunakan dalam Latgab TNI 2014 untuk mendukung pasukan infanteri dalam penyerbuan ke perkubuan musuh.
Sejumlah prajurit dengan kendaraan tempur mempersiapkan perlengkapan di Pusat Latihan Tempur Marinir, di Asembagus, Situbondo, Jatim, Senin (2/6). Sebanyak 27 tank Scorpion, 29 BMP 3F, dan 36 BTR 50 P dilibatkan Dalam Latihan Gabungan TNI 2014.
Dua prajurit Batlyon Kaveleri TNI AD melakukan pengecekan dan perawatan senjata jenis SS2, Meg 58 dan Browning 50 ketika mengikuti Latgab 2014 di Pusat Latihan Pertempuran (PLP) Marinir-5-Baluran, Asembagus, Situbondo, Jatim, Senin (2/6). Puncak latihan yang melibatkan seluruh unsur dan kesenjataan TNI itu digelar pada Rabu (4/6).
Sejumlah prajurit TNI mengawaki meriam dalam rangkaian Latgab TNI 2014 di Pusat Latihan Tempur (Puslatpur) Marinir di Asembagus, Situbondo, Jatim, Minggu (1/6). Bantuan tembakan meriam digunakan untuk memukul perkubuan dan menjatuhkan moral musuh sebelum dilancarkan serangan oleh pasukan infanteri gabungan.
Sumber : Soloraya
Satu wilayah kogabwilhan memiliki unsur seperti ini Indonesia sudah patut diperhitungkan bagaimana kalau 3 kogabwilhan + 1 PPRC yg kekuatannya 2X lebih besar guna memdukung pasukan di 3 kogabwilhan jika terjadi konflik. Rakyat bisa kerja dan tidur dengan nyaman, ekonomi berjalan lancar.
BalasHapuspermintaan saya kapal selam diperbanyak lengkap dengan torpedo, arhanud dengan S300 dan CIWS diperbanyak, Pesawat atau kapal perusak radar/signal. Satelit Militer. Tentara US dan persemakmurannya akan berfikir ulang.