Senin, Mei 26, 2014
0
JAKARTA-(IDB) : Kementerian Pertahanan (Kemenhan) baru saja menjadi saksi penandatanganan nota kesepahaman (MoU) bersama yang dilakukan oleh PT Dahana (Persero) dengan Eurenco dan Roxel yang berasal dari Prancis. Penandatanganan kerjasama ini mengenai pembangunan pabrik propelan di Subang, Jawa Barat.

Direktur Utama PT Dahana (Persero), Harry Sampurno mengungkapkan alasan mengapa pemerintah setuju pembangunan pabrik propelan tersebut di area sekitar perusahaan Dahana.

"Kebetulan Subang itu sudah disiapkan sejak 20 tahun, kenapa subang karena infrastrukturnya terbangun," kata Harry di Balai Media Kementerian Pertahanan, Jakarta, Senin (26/5/2014).

Tidak hanya infrastruktur, pemilihan Subang sebagai lokasi dibangunnya pabrik propelan ini juga lantaran terpaku dengan bahan baku dasar yang lain, sudah tersedia, dan tidak bisa dilakur atau pemindahan ke lokasi lain.

"Ada komponen bahan baku seperti asam nitrat 98 persen yang tidak ditransfer dan tidak bisa diimpor, makanya kita bangun disana (Subang)," tambahnya.

Menurut Harry, dirinya sama sekali tidak mengkhawatirkan soal defisit listrik yang akan terjadi di Pulau Jawa. Dirinya mengungkapkan, pembangunan pabrik propelan ini tidak banyak menghabiskan energi listrik.

"Energi listriknya tidak terlalu besar, dan kita menggunakan PLTA jati besar yang 2 tahun lagi, dan Subang yang 10 tahun lagi selesai," ungkapnya.

Tidak hanya itu, pemilihan dua perusahaan asal Prancis ini juga lantaran pada 2011 silam sudah melakukan kerjasama yang konteksnya lebih besar dibandingkan perjanjian pembangunan pabrik.

"Kita juga melihatnya karena mereka itu pemilik teknologi yang tercanggih," tukas dia.

Kapasitas Produksi Mencapai 1.500 Ton Amunisi Per Tahun
 
PT Dahana (Persero) ditunjuk oleh pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertahanan (Kemenhan) untuk membangun pabrik propelan atau bahan baku amunisi persenjataan Indonesia.

Direktur Utama PT Dahana (Persero), Harry Sampurno mengungkapkan, pabrik propelan yang dibangun di luas lahan 50 hektare serta membutuhkan investasi sekitar 400 juta euro, diproyeksikan akan mampu memproduksi propelan 1.500 ton setiap tahunnya.

"Kapasitasnya 1.500 ton per tahun," kata Harry usai konferensi pers di Balai Media Kementerian Pertahanan, Jakarta, Senin (26/5/2014).

Harry mengungkapkan, pembangunan pabrik propelan ini merupakan sebagai pabrik propelan pertama yang dimiliki Indonesia. "Pabrik ini kita sudah bercita-cita dari 20 tahun lalu," tambahnya.

Harry mengungkapkan, meski terbilang sebagai pabrik propelan pertama di Indonesia, akan tetapi dirinya tidak menutup kemungkinan untuk melakukan ekspor propelan kepada negara lain yang membutuhkan.

"Kalau lebih diserap kesemua negara yang produksi peluru," tukas dia.

Diketahui, Kementerian Pertahanan (Kemenhan) baru saja menjadi saksi penandatanganan nota kesepahaman (MoU) bersama yang dilakukan oleh PT Dahana (Persero) dengan Eurenco dan Roxel yang berasal dari Francis. Penandatanganan kerjasama ini mengenai pembangunan pabrik propelan di Subang, Jawa Barat.

Adapun, penandatanganan MoU pembangunan pabrik propelan ini dilakukan oleh Direktur Utama PT Dahana (Persero) Harry Sampurno, Senior VP Bussines Development Jean Claude dan CEO Roxel France Jacques Desclaux yang disaksikan oleh Plt. Dirjen Pothan Kemhan Timbul Siahaan, Direktur Teknologi Industri Pertahanan (Dirtekindhan) Kemhan Brigjen TNI Zaelan Arifin, dan Staf Ahli Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) Bidang Kerjasama dan Hubungan Antar Lembaga, Silmy Karim.




Sumber : Okezone

0 komentar:

Posting Komentar