JKGR-(IDB) : Sistem
pertahanan udara NASAMS (Norwegian Advanced Surface-to-Air Missile
System) merupakan pertahanan udara jarak menengah, buatan Kongsberg
Defence Norwegia bersama Raytheon, Amerika Serikat, untuk menangkis
ancaman udara jarak medium: pesawat terbang, UAV dan peluru kendali.
Kontrak
produksi pertama NASAMS dilakukan tahun 1994 oleh Angkatan Udara
Norwegia yang mulai dioperasikan tahun 1995 bersama Bofors L70 gun dan
RBS 70 MANPADS. Spanyol memesan 4 sistem NASAMS tahun 2003 untuk
Angkatan Darat mereka. Amerika Serikat dan Finlandia juga menggunakan
NASAMS.
Sistem
penembakan NASAMS terdiri dari satu peleton berjumlah 22 prajurit,
dilengkapi: Pusat kendali penembakan, radar 3 dimensi TPQ-36A Raytheon,
serta tiga launcher rudal mobile.
NASAMS merupakan kombinasi dari
Radar 3D AN/TPQ-36A LASR (Low Altitude Surveillance RADAR) atau
AN/MPQ-64 F1 Improved Sentinel 3D X-band dengan rudal AIM-120 AMRAAM
active guidance.
Rudal AMRAAM active radar homing artinya external
radar guidance tidak lagi diperlukan ketika target yang datang, telah
terpindai penjejak internal rudal AMRAAM.
Sistem
ini memberi kesempatan bagi radar untuk terus menerus memindai (scan)
udara sambil berbagi beban dengan penjejak internal rudal dalam
menghadapi berbagai ancaman.
Integrasi ini dikembangkan oleh
Kongsberg melalui sistem BMC4I yang juga disebut FDC Fire Distribution
Center. FDC terhubung ke radar TPQ-36A melalui modul “Acquisition Radar
and Control System” (ARCS). Selain berfungsi sebagai evaluator ancaman
dan weapon assignment, sistem ARCS juga berfungsi melindungi friendly
aircraft.
Kelemahan sistem NASAMS adalah jangkauannya hanya 25 km,
lebih rendah dari Aster 30 yang mencapai jarak 100 km, bahkan lebih
rendah dari SA-11 yang berdaya jangkau 35 km.
NASAMS
lebih berfungsi sebagai pelapis sistem pertahanan yang luas karena
mudah diintegrasikan lewat radio data link. NASAMS yang mobile untuk
meng-cover wilayah lembah yang tidak terjangkau dengan baik oleh radar
utama. NASAMS menghadirkan gambar udara real-time yang dapat dibagikan
dengan sistem lainnya.
Kelebihan lain dari NASAMS, rudal ini dapat
diluncurkan meski radarnya telah dihancurkan musuh karena NASAMS juga
menggunakan external data sources untuk position tracking/ atau mengunci
posisi target.
Agustus 2005, Perusahaan Kongsberg Norwegia
mendapatkan kontrak untuk Angkatan Udara Norwegia, untuk menyuplai
Tactical datalink (Link 16) untuk NASAMS, agar sistem pertahanan ini
bisa sepenuhnya diintegrasikan dengan jaringan sistem pertahanan NATO.
Upgrdae NASAMS II beroperasi di Angkatan Udara Rusia Juli 2007.
Desember
2006, Angkatan Darat Belanda memesan 6 sistem NASAMS II. Sistem
tersebut dikombinasikan dengan radar mobile surveillance EADS TRML-3D
yang mulai dikirim tahun 2009.
Amerika Serikat menggunakan NASAMS
untuk melindungi wilayah udara di Washington DC, saat pelantikan
Presiden AS tahun 2005. NASAMS juga melindungi wilayah udara gedung
putih.
NASAMS menjadi salah satu pilihan Indonesia dalam memenuhi sistem pertahanan udara yang modern.
Selain NASAMS, Indonesia juga pernah ditawari S-300, BUK-ME dan Pantysr
dari Rusia, serta HQ-16 dan variannya dari Tiongkok. Sistem pertahanan
udara mana yang akan dipilih ?.
Sumber : JKGR
Jellas buatan barat pertahanan udara paling ampuh broo...mana mungkin boneka mikir buat jangka panjang ....
BalasHapustiga tiganya deh..
BalasHapusJelas pilih NASAMS (walau gak OK).
BalasHapusPilihan aman dari sangsi & ancaman barat.
s-400 dong pastinyaaa
BalasHapusLumayan barus untuk sam jarak pendek .Moga saja bisa di pasangkan dengan mlrs untuk pertahanan pantai seperti yang di kembangkan Taiwan mlrs mt 2000.Lapan tentu bisa bikin mlrs seperti yang di kembangkan Taiwam yaitu mlrs mt 2000 dengan jarak maksimal 45 km, atau seperti yang dikembangkan Pakistan .Mlrs untuk pertahanan pantai sangat masuk akal di bikin lapan mengingat kita punya garis pantai terpanjang ke 2 di dunia.
BalasHapus