JAKARTA-(IDB) : Ketua Komisi I DPR, Mahfudz Siddiq mengatakan Indonesia
belum memodernisasi peralatan radar militer pantai dan udara. Sebab
menurutnya Indonesia masih berfokus pada pengadaan alutsista utama
(senjata dan kendaraan tempur).
“Untuk Angkatan Udara alutsista pendukungnya masih radar lama dan
belum semua pangkalan udara militer dilengkapi radar,” kata Mahfudz
Siddiq ketika dihubungi Republika, Senin (31/3).
Mahfudz mengatakan sebagian besar radar militer Indonesia sudah tidak berfungsi optimal. Ini karena radar yang digunakan sudah tidak moderen. Menurut Mahfudz anggaran alutsista sebesar Rp 120 triliun selama 2009 sampai 2014 tidak memadai.
Mahfudz mengatakan sebagian besar radar militer Indonesia sudah tidak berfungsi optimal. Ini karena radar yang digunakan sudah tidak moderen. Menurut Mahfudz anggaran alutsista sebesar Rp 120 triliun selama 2009 sampai 2014 tidak memadai.
“Memang diakui dalam rencana strategi (renstra) 2014 belum bisa biayai radar militer,” ujarnya.
Politisi Partai Keadilan Sejahtera ini mengusulkan agar ada peningkatan anggaran alutsista periode 2014 – 2019. Mahfudz mengatakan modernisasi radar militer udara dan pantai sudah tidak bisa ditunda. Pasalnya lalulintas udara dan perairan Indonesia sudah semakin padat.
Politisi Partai Keadilan Sejahtera ini mengusulkan agar ada peningkatan anggaran alutsista periode 2014 – 2019. Mahfudz mengatakan modernisasi radar militer udara dan pantai sudah tidak bisa ditunda. Pasalnya lalulintas udara dan perairan Indonesia sudah semakin padat.
“Saya usulkan belanja alutsista periode berikut Rp 200 triliun,” katanya.
Mahfudz menolak belanja alutsista TNI tidak tepat guna. Dia menjelaskan fungsi alutsista tidak optimal karena belanja alutsista tidak dilakukan dalam paket menyeluruh. Mahfudz mencontohkan, saat membeli pesawat Sukhoi, Indonesia tidak sekaligus membeli persenjataan Sukhoi. “Pembeliannya bertahap karena keterbatasan anggaran,” ujarnya.
Mahfudz menolak belanja alutsista TNI tidak tepat guna. Dia menjelaskan fungsi alutsista tidak optimal karena belanja alutsista tidak dilakukan dalam paket menyeluruh. Mahfudz mencontohkan, saat membeli pesawat Sukhoi, Indonesia tidak sekaligus membeli persenjataan Sukhoi. “Pembeliannya bertahap karena keterbatasan anggaran,” ujarnya.
Sumber : Republika
Ini baru berita yg bisa menggegarkan asean...harap terwujudkan pd kabinet dan presiden baru nanti
BalasHapusAnggota DPR keliatan gagahnya kalo dah mau abis masa KERJAnya :d hahaha nambah lg pak 300T buat beli lontong.
BalasHapusMantap klo boleh 500 terliun belanja pertahan yg canggih rudal jarak jauh
BalasHapusBoleh juga tu usul...manstap
BalasHapuskali ini yg mengajukan lebih dulu malah DPR, mantabz..
BalasHapuskekompakan pendapat antara pemerintah dan DPR mengenai perkuatan TNI sangat membahagiakan...
BalasHapusUtk waktu 5 thn, 200 trilyun, walaupun msh kecil, syukurlilah berarti DPR msh ada niat utk memperhatikan pertahanan bangsa.
BalasHapusSemoga dikabulkan.
BalasHapus#Amin
ini baru berita sedap. seperti makanan bagi rakyatnya. Iya deh emang masih masuk akal kalo belanja alutsista di putaran 200 trilyun. Karena besar dan gedenya wilayah udara kita seperti eropa. Harap dipikirkan bagi siapapun calon presiden indonesia, untuk tidak cuek jagain wilayah udara dan laut kita. Tanggung jawab kepada Tuhan, rakyat, dan negara adalah menjaga aset yang sudah dikaruniakan kepada kita. hehehe. Bukan untuk berperang
BalasHapus200 triliun berarti $ 20 milyar dolar , cuma kalau hanya barang rongsokan apalah guna broo...belli senjata alutsista vetnam patut di tiru konsekuwen ga noleh kesana kemari berakhir besi tua di boyong habis , vetnam soal akusisi alutsista sudah jadi pembicaraan pegamat meliter di beijing ...di segani karna kualitas senjata yg di belli jauh di atas di indonesia contoh : ks kilo class 8 buah , fregat class kontinyu saban tahun di akusisi , pertahanan udara dari s 300 dan pantsir s1 sudah berdatangan ,plus ribuan tank mbt . Sebaliknya nkri akusisi alutsista silahkan nilai sendiri dan tayak ke para ahli senjata independen .
BalasHapus