JAKARTA-(IDB) : Pemerintah
Singapura memprotes rencana TNI Angkatan Laut yang berniat untuk
menamai salah satu dari tiga kapal fregat yang dibeli Indonesia dari
Inggris. Pasalnya nama yang digunakan TNI AL merupakan pelaku tindak
pengeboman yang terjadi tahun 1965 silam di Macdonald House di Orchard
Road.
Dilansir dari laman Straits Times, Kamis 7 Februari 2014 , salah satu kapal perang tersebut akan dinamai KRI Usman Harun. Nama tersebut adalah gabungan dari dua marinir Indonesia yang dieksekusi di Singapura setelah dituduh terlibat pengeboman tersebut, yakni Usman Haji Muhammad Ali dan Harun Said.
Keberatan Negeri Singa tersebut telah disampaikan secara langsung oleh Kementerian Luar Negeri Singapura kepada Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa. Pemerintah Singapura menganggap rencana tersebut akan berpengaruh terhadap warga mereka, khususnya keluarga korban.
"Dua tentara marinir Indonesia saat itu dinyatakan bersalah karena telah melakukan aksi pengeboman dan menewaskan tiga orang serta melukai 33 orang lainnya," ungkap jubir Kemlu Singapura.
Eksekusi mati yang dilakukan oleh Pemerintah Singapura pada tahun 1968 silam, membuat hubungan kedua negara tegang. Sebanyak 400 pelajar Indonesia berusaha memaksa masuk ke dalam Kedutaan Besar Singapura di Jakarta.
Kediaman Konsulat Jenderal Singapura di Indonesia pun turut diserang massa. Para demonstran ikut membakar bendera nasional Singapura.
Aksi kedua marinir yang tergabung dalam Pasukan Komando Operasional Khusus RI merupakan upaya Pemerintah Indonesia yang tidak setuju dengan pembentukan Malaysia. Saat itu Singapura masih merupakan bagian dari Negeri Jiran itu.
Penentangan tersebut disuarakan secara lantang oleh mantan Presiden Soekarno.
Kedua tentara marinir itu lantas diperintahkan untuk menyusup ke Singapura. Pada saat itu Pemerintah Singapura mengatakan RI ingin menyabotase keadaan di Negeri Singa dan Malaysia dengan merusak intalasi penting.
Mereka turut mengklaim kedua orang ini sengaja dikirim untuk meledakkan bom di tempat-tempat umum demi menciptakan kepanikan dan ketegangan.
Kendati dianggap pembunuh di Singapura, kedua marinir itu pulang sebagai pahlawan ke Indonesia. Jasad keduanya bahkan dimakamkan secara militer di Taman Makam Pahlawan Kalibata.
Ketegangan kedua negara berkurang ketika mantan Perdana Menteri Lee Kuan Yew berkunjung ke Jakarta tahun 1973 silam. Dia juga mengunjungi makam kedua marinir tersebut dan menaburkan bunga di atas makamnya.
Selain menamai KRI Usman Harun, TNI AL berencana untuk menggunakan nama pahlawan pejuang kemerdekaan RI Bung Tomo dan John Lie. KRI Bung Tomo direncanakan akan berlayar dari Inggris pada Juni 2014.
Sikap Pemerintah RI Atas KRI Usman Harun
Namun Pemerintah Indonesia menegaskan, kebijakan yang sudah ditetapkan tak bisa diintervensi negara lain.
"Pemerintah Indonesia memiliki tatanan, aturan, prosedur dan kriteria penilaian sendiri untuk menentukan seseorang mendapat kehormatan sebagai pahlawan. Dan itu tidak boleh ada intervensi dari negara lain," jelas Menko Polhukam Djoko Suyanto kepada detikcom, Kamis (6/2/2014).
Pemberian nama Usman Harun pada kapal perang RI sudah melalui pertimbangan yang matang. "Tentu pertimbangan tersebut dinilai sesuai dengan bobot pengabdian dan pengorbanan mereka-mereka yang "deserve" untuk mendapatkan kehormatan dan gelar itu," jelas Djoko.
Menurut Djoko, sikap Singapura yang mempersoalkan Sersan Usman dan Kopral Harun yang pernah melakukan pemboman di negeri jiran itu pada 1960-an, tak bisa serta merta membuat pemerintah ragu memberi nama KRI Usman Harun.
"Bahwa ada persepsi yang berbeda terhadap policy pemerintah RI oleh negara lain tidak boleh menjadikan kita surut dan gamang untuk tetap melanjutkan policy itu dan memberlakukannya," tutupnya.
Dilansir dari laman Straits Times, Kamis 7 Februari 2014 , salah satu kapal perang tersebut akan dinamai KRI Usman Harun. Nama tersebut adalah gabungan dari dua marinir Indonesia yang dieksekusi di Singapura setelah dituduh terlibat pengeboman tersebut, yakni Usman Haji Muhammad Ali dan Harun Said.
Keberatan Negeri Singa tersebut telah disampaikan secara langsung oleh Kementerian Luar Negeri Singapura kepada Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa. Pemerintah Singapura menganggap rencana tersebut akan berpengaruh terhadap warga mereka, khususnya keluarga korban.
"Dua tentara marinir Indonesia saat itu dinyatakan bersalah karena telah melakukan aksi pengeboman dan menewaskan tiga orang serta melukai 33 orang lainnya," ungkap jubir Kemlu Singapura.
Eksekusi mati yang dilakukan oleh Pemerintah Singapura pada tahun 1968 silam, membuat hubungan kedua negara tegang. Sebanyak 400 pelajar Indonesia berusaha memaksa masuk ke dalam Kedutaan Besar Singapura di Jakarta.
Kediaman Konsulat Jenderal Singapura di Indonesia pun turut diserang massa. Para demonstran ikut membakar bendera nasional Singapura.
Aksi kedua marinir yang tergabung dalam Pasukan Komando Operasional Khusus RI merupakan upaya Pemerintah Indonesia yang tidak setuju dengan pembentukan Malaysia. Saat itu Singapura masih merupakan bagian dari Negeri Jiran itu.
Penentangan tersebut disuarakan secara lantang oleh mantan Presiden Soekarno.
Kedua tentara marinir itu lantas diperintahkan untuk menyusup ke Singapura. Pada saat itu Pemerintah Singapura mengatakan RI ingin menyabotase keadaan di Negeri Singa dan Malaysia dengan merusak intalasi penting.
Mereka turut mengklaim kedua orang ini sengaja dikirim untuk meledakkan bom di tempat-tempat umum demi menciptakan kepanikan dan ketegangan.
Kendati dianggap pembunuh di Singapura, kedua marinir itu pulang sebagai pahlawan ke Indonesia. Jasad keduanya bahkan dimakamkan secara militer di Taman Makam Pahlawan Kalibata.
Ketegangan kedua negara berkurang ketika mantan Perdana Menteri Lee Kuan Yew berkunjung ke Jakarta tahun 1973 silam. Dia juga mengunjungi makam kedua marinir tersebut dan menaburkan bunga di atas makamnya.
Selain menamai KRI Usman Harun, TNI AL berencana untuk menggunakan nama pahlawan pejuang kemerdekaan RI Bung Tomo dan John Lie. KRI Bung Tomo direncanakan akan berlayar dari Inggris pada Juni 2014.
Sikap Pemerintah RI Atas KRI Usman Harun
Namun Pemerintah Indonesia menegaskan, kebijakan yang sudah ditetapkan tak bisa diintervensi negara lain.
"Pemerintah Indonesia memiliki tatanan, aturan, prosedur dan kriteria penilaian sendiri untuk menentukan seseorang mendapat kehormatan sebagai pahlawan. Dan itu tidak boleh ada intervensi dari negara lain," jelas Menko Polhukam Djoko Suyanto kepada detikcom, Kamis (6/2/2014).
Pemberian nama Usman Harun pada kapal perang RI sudah melalui pertimbangan yang matang. "Tentu pertimbangan tersebut dinilai sesuai dengan bobot pengabdian dan pengorbanan mereka-mereka yang "deserve" untuk mendapatkan kehormatan dan gelar itu," jelas Djoko.
Menurut Djoko, sikap Singapura yang mempersoalkan Sersan Usman dan Kopral Harun yang pernah melakukan pemboman di negeri jiran itu pada 1960-an, tak bisa serta merta membuat pemerintah ragu memberi nama KRI Usman Harun.
"Bahwa ada persepsi yang berbeda terhadap policy pemerintah RI oleh negara lain tidak boleh menjadikan kita surut dan gamang untuk tetap melanjutkan policy itu dan memberlakukannya," tutupnya.
TNI : Penamaan KRI Baru Tidak Bermaksud Buka Luka Lama Singapura
Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut, Laksamana Pertama Untung
Suropati, mengatakan tidak ada maksud dari institusinya untuk membuka
luka lama warga Singapura dengan memilih nama Usman Harun untuk KRI baru
mereka. Menurut Untung, pemilihan Usman Harun sebagai nama KRI sudah
melalui suatu prosedur yang ketat.
Berbicara kepada VIVAnews, Kamis, 6 Februari 2014, Untung mengatakan bahwa nama Harun Said dan Usman Haji Mohammed Ali dipilih TNI AL karena mereka merupakan pahlawan nasional di bidang maritim.
"Tidak ada maksud untuk membuat orang mengingat kisah lama," kata Untung.
"Pemilihan untuk nama KRI harus memiliki nuansa maritim untuk merepresentasikan TNI AL. Sementara kedua pahlawan nasional itu kan sebelumnya bagian dari Korps Komando AL (KKO)," lanjut dia lagi.
Selain nama Usman Harun, TNI AL, imbuh Untung, turut menggunakan nama Sutomo dan John Lie. Bung Tomo dipilih, karena dia merupakan pejuang yang membangkitkan semangat rakyat Surabaya.
"Sementara pangkalan laut TNI AL kan memang di Surabaya. Sedangkan John Lie dipilih karena sebelumnya dia Laksamana di TNI AL," kata Untung.
Selain diambil dari nama pahlawan nasional, penamaan alutsista TNI AL juga terinspirasi dari nama lainnya. Untung mencontohkan untuk nama kapal selam biasanya akan mengambil nama dari mitologi Dewa-Dewa dalam agama Hindu, seperti RI Tjakra dan RI Nanggala. TNI AL juga kerap mengambil nama dari kota-kota besar di Indonesia, binatang buas, dan nama-nama teluk.
Penamaan Usman Harun sebagai KRI fregat TNI AL yang baru menuai protes dari pemerintah Singapura. Pasalnya, kedua orang yang namanya digunakan di KRI itu adalah pelaku peledakan di Singapura tahun 1965 dan dieksekusi tahun 1968, saat hubungan kedua negara memanas.
Ketika ditanya VIVAnews soal keberatan yang disampaikan Pemerintah Singapura, Untung enggan berkomentar. Dia menyerahkan kepada Kementerian Luar Negeri untuk merespon keberatan Pemerintah Negeri Singa tersebut.
Berbicara kepada VIVAnews, Kamis, 6 Februari 2014, Untung mengatakan bahwa nama Harun Said dan Usman Haji Mohammed Ali dipilih TNI AL karena mereka merupakan pahlawan nasional di bidang maritim.
"Tidak ada maksud untuk membuat orang mengingat kisah lama," kata Untung.
"Pemilihan untuk nama KRI harus memiliki nuansa maritim untuk merepresentasikan TNI AL. Sementara kedua pahlawan nasional itu kan sebelumnya bagian dari Korps Komando AL (KKO)," lanjut dia lagi.
Selain nama Usman Harun, TNI AL, imbuh Untung, turut menggunakan nama Sutomo dan John Lie. Bung Tomo dipilih, karena dia merupakan pejuang yang membangkitkan semangat rakyat Surabaya.
"Sementara pangkalan laut TNI AL kan memang di Surabaya. Sedangkan John Lie dipilih karena sebelumnya dia Laksamana di TNI AL," kata Untung.
Selain diambil dari nama pahlawan nasional, penamaan alutsista TNI AL juga terinspirasi dari nama lainnya. Untung mencontohkan untuk nama kapal selam biasanya akan mengambil nama dari mitologi Dewa-Dewa dalam agama Hindu, seperti RI Tjakra dan RI Nanggala. TNI AL juga kerap mengambil nama dari kota-kota besar di Indonesia, binatang buas, dan nama-nama teluk.
Penamaan Usman Harun sebagai KRI fregat TNI AL yang baru menuai protes dari pemerintah Singapura. Pasalnya, kedua orang yang namanya digunakan di KRI itu adalah pelaku peledakan di Singapura tahun 1965 dan dieksekusi tahun 1968, saat hubungan kedua negara memanas.
Ketika ditanya VIVAnews soal keberatan yang disampaikan Pemerintah Singapura, Untung enggan berkomentar. Dia menyerahkan kepada Kementerian Luar Negeri untuk merespon keberatan Pemerintah Negeri Singa tersebut.
TNI AL : Usman Harun Pahlawan Nasional
Pemerintah Singapura prihatin akan rencana pemberian nama KRI Usman Harun, nama dua orang prajurit anumerta itu pernah meledakkan kompleks kantor di Singapura pada tahun 1960-an silam. TNI AL menegaskan, nama gabungan kedua prajurit itu disematkan karena sudah menjadi pahlawan nasional.
Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksamana Pertama Untung Suropati menjelaskan prosedur pemberian nama kapal yang berlaku di TNI AL.
"Ini dikerjakan tim. Kapal ini dikasih nama apa itu ada prosesnya, tidak ujug-ujug ketemu. Pemberian nama itu dasar argumentasinya beda-beda sesuai dengan kelas tertentu," kata Laksma Untung ketika dihubungi detikcom, Kamis (6/2/2014).
Untung menambahkan, kapal lokal prosedurnya diberi nama teluk. Untuk kapal selam, nama yang dipakai adalah nama-nama senjata menurut mitologi Hindu, seperti Cakra dan sebagainya. Ada pula penamaan kapal sesuai dengan kota-kota besar di Indonesia. Untuk kapal kombatan atau kapal perang, sesuai prosedurnya diberi nama pahlawan nasional.
"Seperti kapal yang akan datang ini, dari Inggris, ada KRI Bung Tomo nomor lambung 357, Usman Harun dan John Lee. Ada pertimbangannya. Pertama, kebetulan Usman Haru itu prajurit Marinir yang sangat layak dan sudah menjadi pahlawan nasional, dari TNI AL dan diabadikan, disematkan menjadi salah satu nama KRI kombatan kita," tutur dia.
Ketiga kapal kombatan itu, imbuh Untung, posisinya masih di Inggris. Dan akan dikapalkan ke Indonesia pada Juni 2014. Untuk pemberian nama, kemungkinan Maret 2014.
"Yang sudah hampir pasti diberi nama nanti Bung Tomo. Usman Harun masih lebih lama. Ini ibarat bayinya belum lahir sudah diributkan," tuturnya.
Mengenai keprihatinan pemerintah Singapura, imbuhnya, pihaknya baru sebatas menerima informasi dari media. Untung mempersilakan menanyakan tanggapan ke Kemenlu RI karena sudah masuk wilayah politis.
"Yang perlu diingat, pertama, Lee Kuan Yew sendiri pernah nyekar, ziarah ke makam Usman Harun di TMP Kalibata pada 28 Mei 1973. Kedua pahlawan itu digantung 17 Oktober 1968 turun SK Presiden RI Nomor 050/PK/1968 tentang penganugerahan keduanya sebagai pahlawan nasional. Presidennya saat itu Suharto," jelas dia.
Kopral Anumerta Harun Said dan Sersan Dua KKO Anumerta Usman Janatin adalah anggota KKO (Korps Komando Operasi; kini disebut Marinir) Indonesia yang ditangkap di Singapura pada saat terjadinya Konfrontasi dengan Malaysia.
Konfrontasi tersebut yang juga dikenal dengan istilah 'Ganyang Malaysia' itu dilakukan sebagai bentuk penolakan atas masuknya Sabah dan Sarawak ke dalam Federasi Malaysia. Dua personel AL tersebut, Usman dan Harun merupakan anggota Korps Pasukan Khusus yang diperintahkan menyusup ke dalam wilayah Singapura. Mereka meledakkan kawasan perkantoran Singapura, MacDonald House, Orchard Road. Usman dan Harun akhirnya tertangkap saat hendak kabur dengan motor boat dan menjadi tawanan.
Mereka kemudian dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan Singapura. Pemerintah Indonesia telah mengupayakan pengampunan melalui langkah diplomasi namun semuanya ditolak Singapura. Usman dan Harun akhirnya digantung pada 17 Oktober 1968. Pemerintah menaikkan pangkatnya satu tingkat, menganugerahkan tanda kehormatan Bintang Sakti dan diangkat sebagai Pahlawan Nasional.
Tak lama kemudian, Singapura berpisah dari Malaysia dan menjadi negara merdeka pada 9 Agustus 1965.
Pemerintah Singapura prihatin akan rencana pemberian nama KRI Usman Harun, nama dua orang prajurit anumerta itu pernah meledakkan kompleks kantor di Singapura pada tahun 1960-an silam. TNI AL menegaskan, nama gabungan kedua prajurit itu disematkan karena sudah menjadi pahlawan nasional.
Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksamana Pertama Untung Suropati menjelaskan prosedur pemberian nama kapal yang berlaku di TNI AL.
"Ini dikerjakan tim. Kapal ini dikasih nama apa itu ada prosesnya, tidak ujug-ujug ketemu. Pemberian nama itu dasar argumentasinya beda-beda sesuai dengan kelas tertentu," kata Laksma Untung ketika dihubungi detikcom, Kamis (6/2/2014).
Untung menambahkan, kapal lokal prosedurnya diberi nama teluk. Untuk kapal selam, nama yang dipakai adalah nama-nama senjata menurut mitologi Hindu, seperti Cakra dan sebagainya. Ada pula penamaan kapal sesuai dengan kota-kota besar di Indonesia. Untuk kapal kombatan atau kapal perang, sesuai prosedurnya diberi nama pahlawan nasional.
"Seperti kapal yang akan datang ini, dari Inggris, ada KRI Bung Tomo nomor lambung 357, Usman Harun dan John Lee. Ada pertimbangannya. Pertama, kebetulan Usman Haru itu prajurit Marinir yang sangat layak dan sudah menjadi pahlawan nasional, dari TNI AL dan diabadikan, disematkan menjadi salah satu nama KRI kombatan kita," tutur dia.
Ketiga kapal kombatan itu, imbuh Untung, posisinya masih di Inggris. Dan akan dikapalkan ke Indonesia pada Juni 2014. Untuk pemberian nama, kemungkinan Maret 2014.
"Yang sudah hampir pasti diberi nama nanti Bung Tomo. Usman Harun masih lebih lama. Ini ibarat bayinya belum lahir sudah diributkan," tuturnya.
Mengenai keprihatinan pemerintah Singapura, imbuhnya, pihaknya baru sebatas menerima informasi dari media. Untung mempersilakan menanyakan tanggapan ke Kemenlu RI karena sudah masuk wilayah politis.
"Yang perlu diingat, pertama, Lee Kuan Yew sendiri pernah nyekar, ziarah ke makam Usman Harun di TMP Kalibata pada 28 Mei 1973. Kedua pahlawan itu digantung 17 Oktober 1968 turun SK Presiden RI Nomor 050/PK/1968 tentang penganugerahan keduanya sebagai pahlawan nasional. Presidennya saat itu Suharto," jelas dia.
Kopral Anumerta Harun Said dan Sersan Dua KKO Anumerta Usman Janatin adalah anggota KKO (Korps Komando Operasi; kini disebut Marinir) Indonesia yang ditangkap di Singapura pada saat terjadinya Konfrontasi dengan Malaysia.
Konfrontasi tersebut yang juga dikenal dengan istilah 'Ganyang Malaysia' itu dilakukan sebagai bentuk penolakan atas masuknya Sabah dan Sarawak ke dalam Federasi Malaysia. Dua personel AL tersebut, Usman dan Harun merupakan anggota Korps Pasukan Khusus yang diperintahkan menyusup ke dalam wilayah Singapura. Mereka meledakkan kawasan perkantoran Singapura, MacDonald House, Orchard Road. Usman dan Harun akhirnya tertangkap saat hendak kabur dengan motor boat dan menjadi tawanan.
Mereka kemudian dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan Singapura. Pemerintah Indonesia telah mengupayakan pengampunan melalui langkah diplomasi namun semuanya ditolak Singapura. Usman dan Harun akhirnya digantung pada 17 Oktober 1968. Pemerintah menaikkan pangkatnya satu tingkat, menganugerahkan tanda kehormatan Bintang Sakti dan diangkat sebagai Pahlawan Nasional.
Tak lama kemudian, Singapura berpisah dari Malaysia dan menjadi negara merdeka pada 9 Agustus 1965.
Sumber : Vivanews
Lanjutkan saja pemberian nama kapal perang tersebut dengan nama Usman Harun. Jangan dengarkan ocehan negara Singapura yang notebene dia lindungi para palarian koruptor dari Indonesia dan uangnya buat bangun negara mereka, enakknya sendiri, hilangkan dan kembalikan semua investasi Singapura , diajak perjanjian ekstradisi malah minta kompensasi wilayah latihan perang, kasigan dech...... negara kecil keberatan alat2 perang bingung latihan gak ada tempat....... Buat Pemerintah Gak usah gentar , TNI AL lanjutkan perjuangan , awasi selat selat dekat Singapura dan kembalikan gelar2 kehormatan yang diberikan Pemerintah Singapuran yang di berikan ke pejabat sipil dan militer , kita gak butuh gelar dari mereka yang punya tujuan dan maksud tertentu
BalasHapusSetuju,mungkin jg ada hubungannya dg negara sonotan yg ingin cari gara" dg indonesia,secara mrk kan anggota fpda,,
Hapuscoba...dulu kalau usman harun tidak dieksekusi....pasti nama usman harun tidak dijadikan nama kapal perang....salah singapura sendiri......
HapusMungkin kita harus protes ke singapura masalah pemberian nama jalan, gedung, taman dan sebagainya yaitu nama RAFFLES karena Rafles itu gubernur jenderal Inggris yang pernah menjajah Indonesia !!!!
HapusAtau kita beri nama jalan kampung di Jakarta dengan nama Jln. Jenderal Yamashita !!! itu jenderal Jepang yang pada tahun 1942 menaklukkan Singapura dari tangan Inggris ! Yamashita membunuh hampir 50,000 penduduk dari Malaysia dan Singapura,,, tetapi Yamashita juga berjasa secara tidak langsung karena melemahkan kedudukan Belanda yang saat itu menjajah kita !!! bagaimana???? setuju nggak???
Singapura sedang memanfaatkan situasi dimana kita sedang tidak akut dengan Australiadan Malaysia,,, jadi mereka lagi menggunakan itu sebagai alasan untuk dilihat oleh dunia BARAT ,,, mereka juga menganggap Indonesia tidak akan terlalu ganas karena sedang banyak musibah alam,, sedang tegang dengan Asutralia dan sedang sibuk mau PEMILU ,,,, memang dasar negara kecil licik,,,
Jalan yang terbaik,,, didiamkan saja lalu buat upacara besar-besaran untu KRI Usman Harun di pulau Batam biar intel-intel singapura bisa ngambil foto akakakakakakakaka ,,,
lalu jalan kampung di Jakarta kasih nama aja jalan Jenderal Yamashita,,, undang TV One,,, dan Metro TV biar bisa dipantau oleh singapura,,,, !!!
akakakakakakakakakakakakakkkk
Singapura keberatan? Siapa yang suruh angkat? Udah tau berat.
BalasHapusBagus negeri kutu diam !!!! Singapore banyak bacot bisa kelaparan ke depan , gak usah gayaa...tampa america singapore hanya hitungan jam milik nkri .!!!
BalasHapusBaru mendengar namanya usman harun saja singapura sudah bergetar padahal di marinir terdapat ribuan prajurit sejati berjiwa usman harun. Terbukti KRI usman harun memang memberi efek gentar dan menaikan moral prajurit. Layak sudah KRI usman harun diberi nilai 9 dan diberi Bintang Sakti. Meski hnya prajurit rendahan Marinir Usman Harun adalah Pahlawan Nasional Prajurit Sejati.
BalasHapusAnjing meng- gonggong kafilah berlalu.....silahkan meng-gonggong sampai masuk angin,emang gue pikirin.......
BalasHapusUdah ada lagu mars bung tomo untuk KRI bung tomo,,,, segera dibuatkan mars usman harun untuk KRI usman harun ,,, akakakakakakakakakakakakkkk
BalasHapusBiar singapor tau prajurit marinir usman dan harun abadi di hati rakyat indonesia. Biar singapor ingat usman harun boleh terbujur kaku di liang lahat tapi tidak untuk semangat juangnya. Gue salut juga ni sm Marsekal Djoko suyanto jendral dari TNI AU, cerdas & tegas. Memang prajurit sejati itu jendral AU.
BalasHapuskalo kata lagu bang iwan fals mah.. sebut nama nya 3 kali. usman harun, usman harun, usman harun, asyyiikk...
BalasHapusF16 singaporno hari ini terbang rendah di langit batam, provokasi, tapi gak ada pespur kita yang ngejar ato kasih peringatan, apa emang bener langit batam dikuasai singaporno?
BalasHapuslagi latihan bersama kaleee,,,
Hapusjangan buat ulah kau singaporn!!! :-t
BalasHapusGuys itu bukan pesawat F16 singapor melainkan F18 Super Hornet pesawatnya Ozi yg mau Air Show di Singapor. m.tribunnews.com/nasional/2014/02/08/tni-au-pesawat-tempur-terbang-rendah-di-batam-milik-australia. jd ga usah khawatir Intelijen tempurnya TNI 24 jam di kepulauan riau semua angkatan ada termasuk pasukan khususnya.
BalasHapuskapal kapal gue apa urusanya lo nglarang2 gue sampe mulut lo berbusa juga gw tetep namain kapal gue KRI USMAN HARUN
BalasHapusKalau perlu kri usman harun di disiagakan di batam .
BalasHapusni negara ngerecokin aja kerjanya..,mau kasih nama siapa ga ada urusannya sama singapore..
BalasHapusini kedaulatan negara saya..,dan nama itu juga pahlawan saya..