MAGETAN-(IDB) : Lanud Iswahjudi sebagai pangkalan operasional yang
berada di bawah jajaran Koopasu IIyang mengoperasikan alutsista berupa pesawat
tempur, mendapat kunjungan kerja
spesifik Komisi IDPR RI yang membidangi pertahanan,intelijen, luar negeri dan
informasi.
Sebanyak 9 orang anggota Komisi I DPR RI yang
dipimpin Drs. GunturSasono, M.Si tersebut disambut langsung oleh Komandan Lanud
Iswahjudi MarsmaTNI Yuyu Sutisna, S.E., diteruskan pertemuan dengan segenap
pejabat Lanud Iswahjudidan Insub
diruang rapat Markas Lanud Iswahjudi, Rabu(5/2).
Dalam kunjungan tersebut Komandan Lanud Iswahjudi
mengucapkan selamatdatang kepada rombongan semoga dengan adanya kunjungan
Komisi I DPR RI ke LanudIwj dapat melihat langsung kondisi riil satuan-satuan
yang ada di LanudIswahjudi. Selanjutnya Komandan Lanud Iswahjudi Marsma TNI
Yuyu Sutisna, S.E.,menyampaikan paparan tentang kondisi riil alutsista yang
dioperasikan LanudIswahjudi.
Sedangkan Ketua Tim kenjungan kerja Komisi I DPR
RI, Drs. Guntur Sasono,M.Si., mengucapkan terima kasih atas sambutan yang
diberikan sehingga dalamkunjugan nanti dapat berjalan lancar.
Sementara menurut H.Tri Tamtomo, S.H., mengatakan maksud dan tujuan Komisi I DPR
RIke Lanud Iswahjudi, dalam rangka sambung rasa sesama anak bangsa yang
memilikikemitraan dalam rangka membangun bangsa, untuk itu kedatangan tim
Komisi I DPRRI memminta informasi, keterangan serta masukan yang bersifat apa
adanya secaraterbuka tanpa ditutup-tutupi.
Mengingat Lanud Iswahjudi sebagai pangkalan udara
utama strategis denganpesawat tempur buru sergap, lanjutnya, dengan kondosi
actual seperti sekarangini apakah pesawat tempur Lanud Iswahjudi mampu
menghancurkan musuh ditempat,mengusir penerobos pesawat asing serta mampu
dogfight dengan pesawat asing yangmelintas di NKRI.
Untuk itu Komisi I sebagai mitra hubungan kerja
dengan TNI dapatdiberikan masukan secara jujur apa adanya, sehingga kalkulasi
anggaran yangakan berakhir pada bulan April 2014 mendatang, apakah tepat
proyeksi dan tepatsasaran dan beralasan untuk dipertimbangkan sehingga terjadi
keseimbanganantara matar darat, laut dan udara.
Setelah mengadakan pertemuan dengan segenap
pejabat, rombongan Komisi I DPR RI,
melanjutkankunjungan ke Skadron Udara 3, Skadron Udara 14, Skadron Udara 15
LanudIswahjudi, untuk melihat langsung pesawat tempur yang dioperasionalkan
danfasilitas Air Combat Manuvering Instrumentation (ACMI).
Fakta Mengejutkan
Kunjungan anggota Komisi I DPR ke Pangkalan TNI AU Iswahyudi di Kabupaten Magetan, Jawa timur, sepanjang hari ini, menghasilkan fakta yang mengejutkan. Wakil rakyat menemukan onderdil salah satu pesawat yang masa pakainya telah habis, dan ternyata barang tersebut didapat dari pasar loak di luar negeri.
Tidak menutup kemungkinan hal serupa juga terjadi di sejumlah pesawat ataupun alutsista lain. Dugaan pun muncul, pemicu kecelakaan pesawat udara yang sering terjadi di Tanah Air ditengarai hal itu.
Demikian disampaikan anggota Komisi I DPR, Basri SI, di sela-sela kunjunganya bersama wakil rakyat lainnya. Pesawat tempur yang menggunakan onderdil bekas tersebut di antaranya pesawat tempur F5.
“Tentu saja hal itu sangat membahayakan keselamatan penerbang dalam menjalankan tugasnya menjaga keamanan wilayah udara Indonesia. Sebaiknya segera digrounded!” tegasnya, Rabu (5/2/2014).
Pihaknya segera merekomendasikan agar sejumlah pesawat tersebut diganti dengan pesawat tempur baru, yang bisa dipesan dari berbagai negara produsen, baik Eropa maupun Asia. Seperti pesawat T- 50 I Golden Eagle Indonesia yang dipesan dari Korea Selatan sebanyak 16 unit untuk menggantikan pesawat tempur F5 yang memang sudah habis masa pakainya.
Menurutnya, sedikitnya dibutuhkan tiga skuadron pesawat tempur baru agar wilayah udara Indonesia dapat terjaga dengan baik. Hal itu tentu saja disesuaikan dengan situasi politik dan pemerintahan dalam negeri, termasuk pembiayaan untuk merealisasikannya.
Fakta Mengejutkan
Kunjungan anggota Komisi I DPR ke Pangkalan TNI AU Iswahyudi di Kabupaten Magetan, Jawa timur, sepanjang hari ini, menghasilkan fakta yang mengejutkan. Wakil rakyat menemukan onderdil salah satu pesawat yang masa pakainya telah habis, dan ternyata barang tersebut didapat dari pasar loak di luar negeri.
Tidak menutup kemungkinan hal serupa juga terjadi di sejumlah pesawat ataupun alutsista lain. Dugaan pun muncul, pemicu kecelakaan pesawat udara yang sering terjadi di Tanah Air ditengarai hal itu.
Demikian disampaikan anggota Komisi I DPR, Basri SI, di sela-sela kunjunganya bersama wakil rakyat lainnya. Pesawat tempur yang menggunakan onderdil bekas tersebut di antaranya pesawat tempur F5.
“Tentu saja hal itu sangat membahayakan keselamatan penerbang dalam menjalankan tugasnya menjaga keamanan wilayah udara Indonesia. Sebaiknya segera digrounded!” tegasnya, Rabu (5/2/2014).
Pihaknya segera merekomendasikan agar sejumlah pesawat tersebut diganti dengan pesawat tempur baru, yang bisa dipesan dari berbagai negara produsen, baik Eropa maupun Asia. Seperti pesawat T- 50 I Golden Eagle Indonesia yang dipesan dari Korea Selatan sebanyak 16 unit untuk menggantikan pesawat tempur F5 yang memang sudah habis masa pakainya.
Menurutnya, sedikitnya dibutuhkan tiga skuadron pesawat tempur baru agar wilayah udara Indonesia dapat terjaga dengan baik. Hal itu tentu saja disesuaikan dengan situasi politik dan pemerintahan dalam negeri, termasuk pembiayaan untuk merealisasikannya.
Sumber : TNI AU
Bpk DEWAN yg terhormat....
BalasHapusMasa F5 mau di ganti T50 i.. apa ga keliru itu???
Jgn cuma seneng dpt fee dr penjualan T50i doank donk.. Pikiran kemampuan pesawat jg.. Pesawat figther di ganti pesawat latih... Jd ketauan ga tau apa2 ttg alutsista tni nya.. Pdhal dia bagian HanKam di DPR sana
Pengganti F5 adalah 12 skuadron SU 35, 9 skuadron SU 30 MKI dimodif dan dipersenjatai brahmos, 8 skuadron grippen SAAB, 7 skuadron F15 yg diupgrade.
BalasHapusga ada beda nya raka anom dgn anggota DPR ,, cuma berkhayal beli alutsista sebanyak mungkin, tnpa memperhatikan keuangan negara utk bidang yg lain selain alutsista,,
Hapus1 unit su 35 biaya operasi nya 400jt/ jam
12 skuadron = 196 unit x 400 jt = 76.800jt utk perjam
utk 1 hari = 76.800 x 24 jam = 1.84 T
utk 1 bulan = 55.2 T ..
itu utk SU 35 doank yg notaben nya masih genre 4++ bukan gener 5,,
mending buat sendiri dgn melakukan joint produk dgn russia buat genre 5 atau genre 6..
dgn begitu bisa buat alutsista secara mandiri...
klo mimpi jgn terlalu muluk mas,, itu duit bukan buat alutsista doank,, masih banyak pembangunan yg lain yg harus di kerjakan,, apalagi bencana dimana,, rakyat butuh makanan, rumah, dan pakaian, bukan senjata,,
Gila ya itungan lu...masa semua pesawat disuruh terbang tiap hari selama 24 jam...
Hapuswong Edan kowe mosok pesawat tempur tempur terbang 24 jam !!!
Hapuskalo bener hitung-hitungan anonim 13.44 kita setuju tu kerjasama buat pesawat ma rusia kayak india
BalasHapustapi yang lebih cepat beli gripen produksi bersama ,ketimbang T50i harga ngak jauh beda jatuhny ,pesawat udah pawer full terbukti......tapi dana mendukung tdk ada salahny nutup pake su35 biar rame alutista TNI AU...bener ngak gan.......
Enggak usah ribut... Beli aja 1 skuadron Shukoi Pakfa...
BalasHapus(o)
BalasHapusYa memang minimal 3 skuadron, 1 skuadron SU-35, 1 skuadron SU-34 dan 1 skuadron Grippen.
BalasHapus