Jumat, Februari 14, 2014
19
JAKARTA-(IDB) : Direktur Utama Korea Aerospace Industries Ha Sung Yong yakin pesawat tempur Korean Fighter Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment yang kini sedang dikembangkan bersama Indonesia dapat menggantikan pesawat F16 di masa datang.

Setelah proyek pengembangan bersama KFX/IFX dihentikan dan dilanjutkan pada Januari 2014, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro berharap pada 2020 prototipe pesawat dapat ditampilkan dan akan mulai diproduksi pada tahun berikutnya.

Menurut Sung Yong, pesawat tempur K/IFX apabila dikembangkan dapat dijadikan sebagai pesawat pengganti F16 dan F4 pada 2025.

"Pengganti F16 pada 2025 akan sangat dibutuhkan, saya percaya dengan kerjasama yang kuat kami dapat memenuhi pengganti F16 di masa yang akan datang," jelasnya saat ditemui seusai acara serah terima pesawat tempur T-50i Golden Eagle di Lanud Halim Perdanakusuma, Kamis (13/02/2014)

Selain itu Sung Yong juga yakin proyek pengembangan pesawat tempur bersama ini akan sukses karena lima alasan, yang pertama karena Korea dan Indonesia adalah sahabat yang istimewa. Kedua, karena secara geografis letak kedua negara sangat dekat.

Alasan ketiga adalah karena kondisi geografis yang memungkinkan untuk menjalin komunikasi yang efisien dan efektif dalam mengembangkan pesawat.

Alasan keempat karena budaya kedua negara memiliki banyak kesamaan yang memudahkan untuk saling mengerti.

Sementara alasan terakhir, Sung Yong mengatakan dari segi teknologi, Indonesia memiliki kesamaan dalam pengembangan pesawat dan helikopter. 




Sumber : Bisnis

19 komentar:

  1. Semoga menjadi kenyataan dan lebih hebat lagi kalau PT DI juga membuat mesinnya sehingga sulit diembargo dan lebih ceat lebih baik

    BalasHapus
  2. hadewh.. target kok 2025, keburu kuno pesawatnya,
    F35 & SU-35 udah pada di obral murah di pasaran :-s

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ga lah itu hampir sama kaya pakfa t-50. situ kira emg pesawat teknologi tinggi kaya bikin tempe

      Hapus
    2. Kalo ente tahu, bomber strategis ruso yang masih make propeler aja masih diproyeksikan masa baktinya sampai 2045, bikin pesawat itu ga mudah broo

      Hapus
  3. ini pujian sekaligus penghinaan,di satu sisi kita merasa hebat karena di puji oleh korsel, tapi di sisi lain kita kelihatan bego, tahun segitu negara-negara tetangga kita udah punya pesawat yang lebih canggih,pesawat generasi ke 5 bukan pesawat generasi 4++,,kita merasa bangga dan akhirnya terlena dengan keadaan tanpa mengupdate teknologi development sedangkan korea akan terus berinovasi dan ber improvisasi dan sekali kagi kita ketinggalan jauh,gimana mau jadi macan asia kalo kayak gini,,

    ibarat kate nie,orang korea bilang "udahlah kita puji dulu Indonesia,biarkan dia terlena dengan dengan pujian kita,sembari kita berkembang dan terus maju"

    saya berharap para teknolog Indonesia tidak terlena dan terus berinovasi, kerjasama dengan korea jangan dulu puas sampai detik ini,tetapi harus berlanjut dengan kerjasama-kerjasama yang lain di bidang teknologi lainnya dan tidak terfokus hanya dengan korea saja,

    JAYA TERUS INDONESIAKU

    BalasHapus
    Balasan
    1. klo model versi C103iA itu genre brp gan???
      Memang klo medel versi C103 doank mah genre 4.. Klo gw bilang ga ada plus2 nya.. Cos ga jauh beda dgn F16 block 52+. Yg sama2 menggunakan radar AESA.
      Tp klo menggunakan internal weapon bay.. Dan twin enggine. Bisa imbang ma F35.

      Hapus
    2. To ano..15:02
      .lu jgn asal nyablak lu....nyablak krupuk enak na lu nyablak bibir...
      No perkataan lu sepertinya ada yg harus di garis bawahi pake penggaris ni
      "Tahun segitu negara negara tetangga kita udah punya pesawat yang lebih canggih,pesawat generasi ke 5 bukan pesawat generasi 4++".
      Ano yang cakep lu ngerti kagak maksud cerita di atas nooooohhh
      kita ini bikin...membuat pesawat tempur....la tetangga bikin apa....bikin nyambalk krupuk.....meskipun generasi 4++..yang pasti kita ini berusaha membuat no...dari pada tergantung aje sama monyet yg ngegelantung di onoh.....militer kita jgn lah di sama in sama tetangga....toh otak org indo lebih canggih daripada otak para tetangga kita betul ga sodara sodara......

      Hapus
  4. cuma bisa bilang

    Aaminnnnm
    dan semoga sistem rudal2nya di buat di INA
    aaaminnn

    BalasHapus
  5. 2025 masih cerita tentang F16?? kelaut sajalah..palingga harusnya setara su35 sekarang, realisasinya 2025 dan SU.. lanjutan atau T50 lanjutan sudah berlalu lalang

    BalasHapus
  6. Dari semua pesawat block timur & barat, tukang Ir. Kita lagi mempelajari untuk menggabungkan teknologinya supaya menjadi produksi buatan dalam negeri PASTINYA.

    BalasHapus
  7. industri pertahanam itu harus bertahap. contohlah india : 10 tahun lebih riset cuma ngehasilin tejas. pdahal TOT su-30nya jelas. bahkan skrng riset HaL FGFA yg prototip keluar tahun 2025. semua butuh proses bro. kalo pngn instant, beli ajaa sono. gausah risetriset, emang riset ga butuh biaya ? ga butuh SDM ?.. atas dasar apaa su35 yg belum battle proven mengungguli segalanya ? kalo menurut pendapat saya lebih baik F15 yg udah battle proven. mig 25, mig 29 di hajar habishabisan di irak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ini langkah positif yg harus hati2, indonesia harus siap pisah jalan ama korsel, krn selama ini korsel paling rajin pake produk amrik, paling ngga mesin dan senjata. jadi begitu body aerodinamis dah ok siap2 desain mesin dari prancis, ej2000 atau rusia.

      walau sama pesawat dan tahun pembuatan, belum tentu sama kualitas ketika tempur. jadi harus selalu di upgrade, mig 29 iraq dah usang ketika perang teluk krn embargo, tapi mig29 india masih sanggup ngelock f16c pakistan di perang kargil. f5 indonesia paling banter bawa sidewinder tp f5 brazil yg diupgrade dr israel bisa nembakkan misil bvr dan melock mirage 2000 perancis, jadi sekali lagi upgrade terus menerus, baik peralatan dan pilot.

      Hapus
    2. langkah antisipasi harus selalu ada, karena percaturan politik tidak pernah berwarna. selalu di daerah abuabu. rajin memakai produk amrik karena mereka sekutu, dan aliansi di asia timur. jelas kepentingan amerika untuk korsel bukan SDA tp strategi pertahanan dan politik amerika sendiri. bayangkan jika korea selatan musuh as. akan lebih mudah musuh menyerang amerika dari barat. sekutu atau bukan, tergantung geopolitik yg ada di kawasan. bukan karena sahabat lama dan blablabla. tidak ada makan siang gratis.

      untuk f 15 dan mig irak mungkin memang benar kalah kasta dengan amerika. karena skill individu dan management system pertempuran lebih unggul US. mig 29 rontok sama f 15 karena dalam peran pun sudah kalah. f 15 dengan air superiority, mig 29 dengan multirole. jd jangkauan radar antar pesawat juga kurang bagi mig 29. tapi disini juga f 15 dipandu dengan awacs, menghasilkan peluncuran rudal bvr yg akurat.

      Hapus
    3. Ano 07.03 @ boss dari cerita lu yg katanya f 15 menghajar habis2an mig 25 kyk nya ada yg sedikit salah deh,,

      gw baca kemampuan mig 25, dari situs ini
      http://www.artileri.org/2012/06/top-10-pesawat-tercepat-di-dunia-tahun.html

      bunyi nya gini,,
      Head to head dengan F-15 Eagle? menang yang mana?. Pesawat tempur Mikoyan Mig-25 sangat terkenal dengan kecepatannya. Mampu terbang dengan kecepatan lebih dari 2.000 mil/jam atau mach 3,2 pada kecepatan maksimumnya. Mikoyan Mig-25 terdiri dari 2 versi : versi pengintai dikeluarkan pada tahun 1969 dan versi pencegat di tahun 1972. Meskipun kemampuan manuver pesawat ini tidak istimewa, tapi bila berhadapan dengan F-15 Eagle bukanlah menjadi masalah. Saat Perang Teluk, pesawat ini mampu menghindari 10 rudal dari F-15 Eagle.

      dan ini dari situs http://id.wikipedia.org/wiki/Mikoyan-Gurevich_MiG-25

      yg berbunyi :
      Selama Perang Teluk Persia, F/A-18 milik AL AS yang dipiloti oleh Let. Cdr. Scott Speicher tertembak oleh misil udara-ke-udara roket yang ditembakkan oleh MiG-25 pada malam pertama perang. Menurut catatan misil tersebut adalah R-40DT yang ditembakkan dari MiG- 25PDS yang diterbangkan oleh Lt. Zuhair Dawood dari skuadron 84 AU Irak.
      Selanjutnya, dalam kejadian lain, sebuah MiG-25PD Irak, setelah menghindari delapan F-15 AU AS, menembakkan tiga misil ke pesawat “electronic warfare” EF-111 Raven, memaksa F-15 AU AS untuk batalkan misi mereka. Hal ini yang kemudian menyebabkan tertembaknya sebuah F-15 oleh misil ke permukaan-ke-udara, karena tidak adanya pelacak elektronik.
      Dalam insiden lain, dua MiG-25 mendekati sepasang F-15, menembakkan misil (yang dihindari oleh F-15), dan kemudian melarikan diri. Dua F-15 bergabung dalam pengejaran, dan total sepuluh misil udara-ke-udara ditembakkan ke MiG-25, walaupun sama sekali tidak mencapai sasaran. Menurut sumber yang sama, setidaknya satu F-111 juga dipaksa untuk membatalkan misinya oleh MiG-25 pada 24 jam pertama saat peperangan, saat serangan udara di atas Tikrit.
      Dua MiG-25 tertembak oleh F-15C milik AU AS selama Perang Teluk. Setelah perang, pada tahun 1992, F-16 AS ditembak jatuh MiG-25 Irak karena melanggar zona larangan terbang di Irak selatan.
      Pada Mei 1997 MiG-25RB milik AU India terdeteksi terbang dengan kecepatan lebih dari Mach 3 pada ketinggian setidaknya 65.000 kaki, di atas wilayah Pakistan. Dilaporkan ini merupakan hal disengaja oleh Angkatan Udara India untuk menunjukkan kemampuan dari MiG-25 tidak dapat diatasi oleh Angkatan Udara Pakistan.
      Pada tanggal 23 Desember 2002, sebuah MiG-25 milik Irak menembak jatuh UAV MQ-1 Predator milik AU AS, yang melakukan pengintaian bersenjata di Irak. Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah sebuah pesawat tak berawak terlibat dalam pertempuran. Predator telah dipersenjatai dengan misil udara-ke-udara AIM-92-Stinger, dan digunakan untuk "menyerang" pesawat tempur Irak. Dalam kejadian ini, Predator menembakkan salah satu Stinger-nya, tetapi meleset, sedangkan misil yang ditembakkan MiG mengenai sasaran.
      Tidak ada pesawat Irak yang digunakan dalam invasi 2003, sebagian besar disembunyikan atau dihancur di daratan. Pada bulan Agustus 2003, beberapa lusin pesawat Irak telah ditemukan terkubur di pasir, terdiri dari dua MiG-25 yang diangkat dan dikirim ke Divisi Teknologi Asing WPAFB menggunakan C-5B Galaxy. Pada Desember 2006, satu MiG-25 telah disumbangkan ke Museum Nasional Angkatan Udara Amerika Serikat di Dayton, Ohio.

      Hapus
  8. walaupun th 2025, yg penting indonesia sudah menguasai teknologinya sehingga dapat menjadi batu lompatan utk project2 pengadaan pesawat tempur buatan dalam negri berikutnya, sembari mengisi kekurangan/ketertinggalan dengan cara membeli dari negara2 yg memang sudah memiliki teknologi lebih tinggi..

    BalasHapus
  9. baca berita ini serasa di nina boboin BRAY !

    BalasHapus
  10. JAS-39 Gripen NG (photo : SaabGroup)

    SINGAPURA, KOMPAS — Produsen sistem pertahanan asal Swedia, Saab Group, memberi opsi transfer teknologi 100 persen jika Indonesia membeli sistem pertahanan buatan mereka. Saab menegaskan, transfer teknologi itu diperlukan agar Indonesia mandiri di masa depan.

    Demikian ditegaskan Wakil Presiden Saab Group dan Kepala Saab Indonesia Peter Carlqvist pada Singapore Air Show, di Singapura, Jumat (14/2), Carlqvist menegaskan, transfer teknologi selalu ditawarkan Saab dalam negosiasi dengan pihak mana pun.

    "Kami akan melakukan transfer teknologi, tetapi perlu mempelajari dulu industri lokal sebelum memutuskan apa yang ditransfer. Anda perlu cukup matang untuk menerima teknologi kami," ujar Carlqvist, seperti dilaporkan wartawan Kompas, Dahono Fitrianto, dari Singapura.

    Seperti diberitakan sebelumnya, pesawat tempur JAS-39 Gripen NG buatan Saab Group termasuk salah satu pesawat yang dipertimbangkan TNI dan Kementerian Pertahanan untuk menggantikan armada pesawat F-5E Tiger II TNI AU. Saab juga menawarkan radar Giraffe AMB dan rudal antipesawat portabel RBS-70NG kepada TNI AD.

    Dalam penawaran itu, Saab menawarkan opsi transfer teknologi. Bahkan, saat memenangi tender pengadaan pesawat tempur di Brasil, akhir tahun lalu, Saab berkomitmen melakukan transfer teknologi penuh. Sebagian dari 36 pesawat pesanan Brasil itu dibuat oleh industri dirgantara Brasil sendiri.

    Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro saat ditemui, Kamis, mengatakan, pihaknya menjajaki tiga tipe pesawat tempur sebagai pilihan pengganti F-5E Tiger. Tiga pesawat itu adalah F/A-18 Hornet (AmerikaSerikat), Sukhoi Su-35 (Rusia), dan JAS-39 Gripen (Swedia).

    Terkait keberhasilan Brasil mendapat transfer teknologi penuh dari Saab, Purnomo mengatakan, pihaknya belum mendapat penawaran serupa. Kondisi di Brasil dan Indonesia berbeda dan Kemhan baru melakukan penjajakan awal. Adapun Saab mengaku melakukan penjajakan awal ke PT Dirgantara Indonesia dan PT LEN Industri di Bandung, Jawa Barat. Berdasarkan studi itu, Carlqvist mengatakan, industri Indonesia cukup matang.

    Wakil Presiden Pemasaran dan Direktur Komersial PT DI Arie Wibowo mengatakan, yang paling dibutuhkan adalah pengembangan sumber daya manusia dengan mengirimkan staf PT DI untuk belajar dan pelatihan kerja di pabrik Saab di Swedia.

    BalasHapus