JAKARTA-(IDB) : Para
menteri luar negeri (menlu) negara-negara yang tergabung dalam
Persatuan Negara-negara Melanesia (MSG) dan bertemu dengan Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) hari ini menegaskan bahwa mereka tetap
mendukung Papua dan Papua Barat dalam kedaulatan Indonesia. Bahkan, para
menlu sepakat negara-negara mereka meningkatkan kerja sama bilateral
dalam berbagai bidang dengan Indonesia.
“Kami menghormati kedaulatan, kesatuan, dan integritas teritorial serta prinsip non-intervensi urusan dalam negeri yang sesuai dengan Piagam PBB,” demikian isi bagian pernyatan bersama delegasi MSG dan Indonesia yang dimuat dalam rilis di Jakarta, Rabu (15/1).
Menteri Luar Negeri dan Keimigrasian Papua Nugini Rimbink Pato dalam konferensi pers bersama menegaskan hal serupa. Menurut Pato, MSG mendukung berbagai upaya pembangunan yang dilakukan Indonesia termasuk di Maluku, Papua, dan Papua Barat yang sudah mereka kunjungi dalam beberapa hari ini. Dalam pertemuan dengan Presiden SBY, kata dia, mereka menyampaikan dukungan atas visi konektivitas yang sedang digalakkan Indonesia.
“Sesama bangsa pasifik kami ingin meningkatkan hubungan ekonomi dan teknik di kawasan-kawasan (Papua, Papua Barat dan Maluku) tersebut,” kata Pato.
Selain Pato, delegasi yang hadir dan bertemu dengan SBY hari ini adalah Menteri Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional Fiji HE Ratu Inoke Kubuaboka, Menteri Luar Negeri dan Perdagangan Internasional Kepulauan Solomon Ciay Forau, Perwakilan Front de Liberation Nationale Kanak et Socialiste (FLNKS) atau delegasi Pembebasan Bangsa Kanak Yvon Faua dan Pejabat Tinggi Melanesian Spearhead Group (MSG) HE Kaliopate Tavola.
Sementara untuk isu keanggotaan Papua Barat di MSG yang dilambungkan oleh Vanuatu, salah satu negara anggota, Menlu Pato mengatakan bahwa mereka memiliki prosedur dan rekomendasi bersama untuk memasukkan anggota menjadi bagian dari MSG. Dikatakannya, keinginan Vanuatu tersebut tidak menggambarkan kepentingan MSG.
“Dalam MSG kami memiliki solidaritas menyampaikan bagaimana pendaftaran keanggotaan di MSG,” kata dia lagi.
Dalam pertemuan hari ini, Presiden SBY didampingi Menlu Marty Natalegawa, Menkopolhukam Djoko Suyanto, Mensesneg Sudi Silalahi, Sekretaris Kabinet Dipo Alam, Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Tjitjip Soetardjo, Juru Bicara Presiden dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif.
Sikap Vanuatu Suka Berubah
“Kami menghormati kedaulatan, kesatuan, dan integritas teritorial serta prinsip non-intervensi urusan dalam negeri yang sesuai dengan Piagam PBB,” demikian isi bagian pernyatan bersama delegasi MSG dan Indonesia yang dimuat dalam rilis di Jakarta, Rabu (15/1).
Menteri Luar Negeri dan Keimigrasian Papua Nugini Rimbink Pato dalam konferensi pers bersama menegaskan hal serupa. Menurut Pato, MSG mendukung berbagai upaya pembangunan yang dilakukan Indonesia termasuk di Maluku, Papua, dan Papua Barat yang sudah mereka kunjungi dalam beberapa hari ini. Dalam pertemuan dengan Presiden SBY, kata dia, mereka menyampaikan dukungan atas visi konektivitas yang sedang digalakkan Indonesia.
“Sesama bangsa pasifik kami ingin meningkatkan hubungan ekonomi dan teknik di kawasan-kawasan (Papua, Papua Barat dan Maluku) tersebut,” kata Pato.
Selain Pato, delegasi yang hadir dan bertemu dengan SBY hari ini adalah Menteri Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional Fiji HE Ratu Inoke Kubuaboka, Menteri Luar Negeri dan Perdagangan Internasional Kepulauan Solomon Ciay Forau, Perwakilan Front de Liberation Nationale Kanak et Socialiste (FLNKS) atau delegasi Pembebasan Bangsa Kanak Yvon Faua dan Pejabat Tinggi Melanesian Spearhead Group (MSG) HE Kaliopate Tavola.
Sementara untuk isu keanggotaan Papua Barat di MSG yang dilambungkan oleh Vanuatu, salah satu negara anggota, Menlu Pato mengatakan bahwa mereka memiliki prosedur dan rekomendasi bersama untuk memasukkan anggota menjadi bagian dari MSG. Dikatakannya, keinginan Vanuatu tersebut tidak menggambarkan kepentingan MSG.
“Dalam MSG kami memiliki solidaritas menyampaikan bagaimana pendaftaran keanggotaan di MSG,” kata dia lagi.
Dalam pertemuan hari ini, Presiden SBY didampingi Menlu Marty Natalegawa, Menkopolhukam Djoko Suyanto, Mensesneg Sudi Silalahi, Sekretaris Kabinet Dipo Alam, Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Tjitjip Soetardjo, Juru Bicara Presiden dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif.
Sikap Vanuatu Suka Berubah
Menlu Indonesia |
Menteri
Luar Negeri (Menlu) Marty Natalegawa menanggapi sikap Vanuatu yang
mendukung Papua Barat masuk dalam Persatuan Negara-negara Melanesia
(MSG). Marty menyayangkan sikap Vanuatu yang menurutnya bisa berubah
seiring dengan pergantian pemerintahan termasuk soal Papua. Namun
demikian, Indonesia siap berkomunikasi dan membuka diri mengenai hal
tersebut.
“Mengenai Vanuatu lebih baik mereka yang jelaskan pada waktunya nanti karena posisi Vanuatu suka berubah dari satu pemerintahan ke pemerintahan lain,” kata Marty Natalegawa dalam konferensi pers di kantor presiden, Jakarta bersama dengan tiga menlu negara anggota MSG, Rabu petang (15/1).
Marty menjelaskan, dalam hubungan bernegara khususnya untuk melakukan kerja sama maka harus diutamakan prinsip saling menghormati integritas dan kedaulatan masing-masing negara.
Hal tersebut pula kata dia yang dijunjung Indonesia dengan mengundang para menlu MSG untuk melihat kondisi Maluku, Papua, dan Papua Barat. Itu pula kata dia yang ditekankan dalam pertemuan para menlu itu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) hari ini.
“Jadi tentu ini sudah merupakan suatu keniscayaan. Memang melalui kunjungan kali ini para menlu melihat langsung kondisi yang sebenarnya Papua dan juga mengenai pelaksanaan otsus (otonomis khusus),” kata Marty lagi.
Sebelumnya, Vanuatu mengusulkan agar Papua Barat bergabung dalam MSG. Sikap tersebut menunjukkan dukungan kemerdekaan Papua Barat yang selama ini memang menjadi tantangan bagi pemerintah Indonesia.
Atas hal tersebut, Indonesia kemudian mengundang para menlu MSG untuk mengunjungi Indonesia khususnya Maluku, Papua, dan Papua Barat. Vanuatu sendiri turut diundang dalam pertemuan, namun delegasi negara itu tidak hadir.
Kunjungan dan pertemuan dengan Presiden SBY kemudian akan dijadikan rekomendasi oleh para menlu yang hadir dan menurut Menlu Papua Nugini Rimbink Pato juga akan disampaikan kepada Vanuatu.
“Jadi dalam pernyataan akhir yang dihasilkan kunjungan kali ini pun adalah menegaskan prinsip tersebut mengenai kedaulatan, integritas wilayah NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) dan sebaliknya,” kata Marty lagi.
“Mengenai Vanuatu lebih baik mereka yang jelaskan pada waktunya nanti karena posisi Vanuatu suka berubah dari satu pemerintahan ke pemerintahan lain,” kata Marty Natalegawa dalam konferensi pers di kantor presiden, Jakarta bersama dengan tiga menlu negara anggota MSG, Rabu petang (15/1).
Marty menjelaskan, dalam hubungan bernegara khususnya untuk melakukan kerja sama maka harus diutamakan prinsip saling menghormati integritas dan kedaulatan masing-masing negara.
Hal tersebut pula kata dia yang dijunjung Indonesia dengan mengundang para menlu MSG untuk melihat kondisi Maluku, Papua, dan Papua Barat. Itu pula kata dia yang ditekankan dalam pertemuan para menlu itu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) hari ini.
“Jadi tentu ini sudah merupakan suatu keniscayaan. Memang melalui kunjungan kali ini para menlu melihat langsung kondisi yang sebenarnya Papua dan juga mengenai pelaksanaan otsus (otonomis khusus),” kata Marty lagi.
Sebelumnya, Vanuatu mengusulkan agar Papua Barat bergabung dalam MSG. Sikap tersebut menunjukkan dukungan kemerdekaan Papua Barat yang selama ini memang menjadi tantangan bagi pemerintah Indonesia.
Atas hal tersebut, Indonesia kemudian mengundang para menlu MSG untuk mengunjungi Indonesia khususnya Maluku, Papua, dan Papua Barat. Vanuatu sendiri turut diundang dalam pertemuan, namun delegasi negara itu tidak hadir.
Kunjungan dan pertemuan dengan Presiden SBY kemudian akan dijadikan rekomendasi oleh para menlu yang hadir dan menurut Menlu Papua Nugini Rimbink Pato juga akan disampaikan kepada Vanuatu.
“Jadi dalam pernyataan akhir yang dihasilkan kunjungan kali ini pun adalah menegaskan prinsip tersebut mengenai kedaulatan, integritas wilayah NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) dan sebaliknya,” kata Marty lagi.
Sumber : Beritasatu
Politik itu kayak masakan. Kalo dikasih vetsin (msg) pasti lebih mak-nyus !
BalasHapusbuat Vanuatu,
BalasHapuskita investasikan saja ke negara mereka pabrik pengolahan kopra atau rumput laut
biar mereka kenal indonesia
kita praktekkan politik investasi
pasti ga akan ribut..
Sekarang baru kebingungan, ada masalah di wilayah papua, pemerintah pusat ya hrsnya mengurusi semua daerah. Salam NKRI.....................
BalasHapusRakyat Papua pd umubya baik2 saja bersama Ina, otsus memberikan ruang seluas2nya pd OAP org asli papua atur dr sndr dlm otsus. Byk org kaya baru di sana, yg pandai dia inves pendidikan ke anak2nya. Shg dlm 10 th ini lahir generasi pendidikan yg melek keterbukaan n kemajuan. Kesenjangan msh dlm untuk oap di pedalaman, mknya ada pemekaran kab, namun blm efektif krn byk pejabatx blm kerja maximal senang hidup di kota tdk membimbing rakyatnya. Ini yg perlu disupervisi pusat, tegakkan jg pengawasan keu daerah terapkan hukum tanpa pandang bulu namun tetap perlu pembinaan krn dana besar skil penggunaan rendah.
BalasHapusMembangun bersama maju bersama dr sabang merauke itulah indonesia.
Oap yg mau merdeka tuh yg scr tradisional sdh angkat senjata sjk lama beroperasi di perbatasan ina-png, tni sebenarnya lakukan pembinaan kpd mrk tp knp akhir2 ini diluar kontrol operasi melias dr mulia ke tembagapura yg tni pun sulit mengejar, jgn2 otk sdh metamorfosis mjg kuat dg dukungan anasir asing atau ada yg main mata di aparat kita.
HapusAsing sangat berkepentingan dg papua krn kaya, agen asing lalulalang di sana, pengusaha singo, males byk cukong kayu n ikan. Awas aparat di laut rawan suap.
Kerahkan uav untuk patroli di pedalaman, buka akses darat kerahkan rantis militer yg mumpuni bkn sekedar 4x4 tanpa perlindungan anti peluru, yg rawan disergap di daerah bergunung2, apa sepertukijo sdh dilibatkan u coin n penyelundup? Saat ini aparat srg jd korban apa terus dipertahankan pola yg ada? Jgn buka peluang gpk jd kuat..dan jgn ada jesan aparat main mata yg dikesankan cr proyek keamanan. INDONESIA BISA!
bentuk tim provost khusus.
BalasHapusBUNGLON
BalasHapusMaksoed loe??!!!
BalasHapus