Kamis, Desember 26, 2013
15

PT DI Siap Rambah Pasar Internasional

BANDUNG-(IDB) : Meski sempat mengalami masa-masa sulit, akhirnya, PT Dirgantara Indonesia dapat mempertahankan hidupnya, bahkan bangkit. Buktinya, Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam industri kedirgantaraan itu mendapat kepercayaan, tidak hanya domestik, tetapi juga mancanegara.


Melihat kondisi itu, PT DI terus berupaya meningkatkan kinerjanya pada 2014. Satu diantaranya, menembus pasar internasional guna menyemarakkan persaingan pesawat kecil. “Tahun ini, kami membangun prototipe N-219, pesawat berkapasitas 19 penumpang. Targetnya, pada 2016, kami sudah produksi dan izinnya terbit. Tahun berikutnya (2017), kami siap menembus pasar internasional, yaitu Asia, termasuk ASEAN, dan Afrika, ujar Asisten Direktur Bidang Jaminan Mutu dan Humas PT DI, Sonny Saleh Ibrahim, di Bandung, Selasa (24/12).


Menurutnya, N-219 adalah pesawat bermesin propeler (baling-baling) berukuran kecil. Kendati demikian, sambungnya, daya angkut N-219 lebih banyak daripada pesawat sekelasnya. Daya saing lain yang terdapat pada N-219, ungkap Sonny, dalam hal harga jual. Harganya, berada di level 4-4,5 juta dollar Amerika Serikat.



Selain itu, tukasnya, N-219 pun dapat take off dan landing pada landasan pacu pendek dan kawasan pegunungan. Karenanya, Sonny berpendapat, N-219 cukup tepat bagi penerbangan perintis. “Indonesia punya sejumlah maskapai perintis. Saya kira, N-219 dapat menjadi primadona penerbangan perintis. Jadi penerbangan perintis merupakan pasar bagi kami,” tuturnya.



Sonny menjelaskan, di dunia, terdapat beberapa negara yang juga memproduksi pesawat sejenis. Antara lain, Twin Otter, Cessna Caravan (Kanada), dan Sukhoi (Rusia). Di dunia, menurutnya, kebutuhan pesawat perintis cukup banyak. Tahun lalu, kebutuhannya 800 unit. “Kami harap dapat meraih 200 unitnya,” ucapnya.



Tidak hanya N-219, lanjut Sonny, pihaknya pun meningkatkan produksi dan pemasaran CN-295, CN-235 MPA, Bell 412 EP, dan N-212 sipil dan militer. Diutarakan, sejauh ini, beberapa negara berminat pada produk-produk andalan PT DI tersebut. Bahkan, seru Sonny, beberapa di antaranya segera mencapai kesepakatan kontrak. “Salah satunya, dengan Filipina, yaitu pemesanan N-212 dan CN-295,” katanya.



Mengenai rencana 2014, Sonny mengemukakan, pihaknya menargetkan rencana kerja dan kontrak bernilai Rp 4,91 triliun. Target lainnya, dalam hal penjualan sebesar Rp 4,43 triliun. “Kami pun menargetkan penerimaan Rp 4,90 triliun,” jawab Sonny.


Khusus kontrak 2014, beber dia, sekitar 80 persen merupakan kontrak lama. Sisanya, imbuh dia, merupakan kontrak baru. “Khusus kontrak baru, kami perkirakan, masih didominasi pemesanan dalam negeri, yaitu 60 persen. Semuanya berkenaan dengan alutsita (alat angkut sistem pertahanan). Sementara 40 persen kontrak baru yaitu dengan beberapa negara. Semisal, sebut dia, Thailand, Filipina, Malaysia, Brunei, Vietnam, dan Myanmar,” tandas dia. 

Siap Penuhi Kebutuhan Kemenhan

Memperkuat sistem pertahanan dan keamanan menjadi salah satu kebijakan yang diputuskan pemerintah. Karenanya, Kementerian Pertahanan terus melakukan berbagai upaya untuk memperbarui dan memperkuat alat angkut sistem pertahanan (alutsista). Salah satu caranya dengan melakukan pemesanan pembuatan pesawat kepada PT Dirgantara Indonesia.


Direktur Utama PT DI, Budi Santoso, mengemukakan, secara keseluruhan, untuk beberapa tahun mendatang, jumlah pemesanan CN 235 oleh pemerintah untuk memperkuat barisan TNI sebanyak 21 unit. Sedangkan NC 212, sejumlah 54 unit. “Namun, sejauh ini untuk CN 235, kontraknya baru 3 unit. Sebanyak 1 diantaranya, kami serahkan hari ini,” ujar Budi pada penyerahan pesawat CN 235 di PT DI, Rabu (2/10).


Budi mengungkap, selain Kemenhan, beberapa negara pun memesan pesawat-pesawat tersebut. Antara lain, Malaysia, yaitu berupa modifikasi 2 unit CN 235 MPA. Kemudian, Brunei Darussalam, sebanyak 1 unit CN 235 MPA. “Berikutnya, Filipina. Pemesanannya yaitu NC 212 sebanyak 2 unit. Begitu pula dengan kepolisian Thailand, yang memesan 1unit NC 212 dan 2 unit CN 235,” ungkap Budi.


Mengenai nilai kontrak, Budi menyebutkan, pemesanan Kemenhan bernilai cukup tinggi. Ia menyebut,  secara total, angkanya mencapai 80 juta dollar AS.

Menteri Pertahanan RI, Purnomo Yusgiantoro, berpendapat, pihaknya memang memerlukan armada-armada pertahanan yang lebih mumpuni. Tujuannya, jelas dia, tidak lain untuk mempertahankan dan memperkuat kedaulatan. Rencananya, pesawat-pesawat itu peruntukannya bagi pemerkuatan patroli maritim. Menurutnya, CN 235 adalah pesawat  yang cocok untuk menjaga dan memantaui wilayah perairan di Indonesia.




Sumber : JabarToday

15 komentar:

  1. pesawat bellom jadi.... terbang sudah mendahului yg di atas ,bagus di bikin dulu proyek (n_ 219 )1 buah uji terbang baru bicara panjang lebar .

    BalasHapus
  2. Biasa, yg penting kan gembar gembor dulu, dalam rangka pencitraan diri.
    Padahal untuk mendapat pasokan gear landing N - 219 saja, masih setengah mati nyari pemasoknya. Kalau make m.buggati weleh weleh muahal dan harus minimum order.
    Yg jadi pertanyaan yg g pernah di jawab sampai kini, gimana dengan kontrak pembuatan 20 unit pesawat c - 212 yg di tanda tangani di Singapore? Sdh di serahkan ke pemesan belon?
    Yang benar CN - 295 ato NC - 295 dan heli Bell - 412 EP kok g make huruf "N" lagi? Itu heli juga versi sipil atau versi militer?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Negara butuh orang yang cerdas,berwawasan luas dan selalu optimis, tidak seperti anda Bro...berpikiran negatif dan kalah sebelum perang, inilah type pecundang.

      Hapus
    2. pt DI and pt PAL kalau kita bicara jujur hanya jadi celengan paraa jendral dan lingkungan istana , gak di mana 2 perusahaan besar harus kaum profesional duduk mengelola perusahaan yg sarat tehnologi , nort gruman , lockheet martin apa lagi air bus . beda di tanah air musti kaum meliter bercokol dua tiga orang makan gaji buta hanya jadi penerus kaum serakah . hasilnya bisa di liat PT PAL. di kebiri dari saman harto sampai beyee....10 tahun hanya bisa produksi kcr . padahal kemampuan pt pal soal rakit merakit kapal ukuran raksasa dari dulu ahlinya .

      Hapus
    3. SDM yg terlibat di industri technologi tinggi sdh cukup bagus, penguasaan dan implementasi dari ilmunya juga sdh banyak terbukti tidak kalah dengan SDM luar.
      Yang kurang bagus dan sangat jelek adalah komitment dari para pembuat kebijakan di tingkat nasional yang tidak konsisten dalam ucapan dan tindakan.
      Mereka kebanyakan sdh masuk dalam perangkap feodal dan ingin cepat kaya.
      Masih ingin bukti?
      Belum ada pemimpin nasional se tingkat Bung Karno - Bung Hatta atau Jend, M. Yusuf atau jend. Besar Soedirman dalam memimpin TNI atau setara dg Jendral Polisi Hoegeng dalam memimpin Polisi.
      Masih kurang bukti, siapa pemain dan pelaku korupsi?

      Hapus
  3. komentar lo pada syirik semua, lo kira bikin pesawat 1 jam jadi apa, lo liat gambar di atas, pt.di udah menyerahkan pesawat buat kemhan.
    tunggu aja tanggal main nya bro, ini bikin pesawat bukan bikin oncom.
    banyak belajar lo besok..! :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semua pesawat yang di serahkan oleh PT DI ke pemerintah, itu hasil rakitan alias PT DI hanya tukang jahit.
      Yg tidak hanya CN -235.
      Apalagi helikopter Bell - 412 EP, itu di beli dalam kondisi CKD (Complete Know Down) maka cepat sekali di serahkan ke pemesan.
      Boleh saja bangga tapi perlu tahu juga prosesnya.
      Jangan asal bangga nanti kalo tahu prosesnya saya kuatir anda kecewa berat.!!!

      Hapus
    2. Memang sekarang ini istilahnya PT DI merangkak lagi dari bawah ( jadi tukang jahit ) setelah program pesawat N 250 & lanjutannya N 2130 dijegal sama IMF dengan alasan krisis moneter ,ini hanya strategi Bro supaya PT DI bisa bertahan sebagai pembuat pesawat,sambil jalan kita punya program lagi yaitu N 219,setelah itu baru pabrikan akan berlari kencang dengan Inovasi inovasi barunya,kita tunggu saja kiprah insinyur insinyurnya.

      Hapus
  4. To Ano 07.09 Landing gear Pt.DI mau bikin sendiri menurut berita yang pernah beredar.Jadi tidak mencari vendor dari luar .Pertanyaannya apa DI mampu ditambah lagi harus lulus uji dan dapat standart dari euro atau US.?????

    BalasHapus
  5. Maju trs PT. DI !! Trs produktif, inovatif dan profesional. Inilah Momentum yg tepat tuk maju.

    *Ayam Jantan dari Timur

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayam jantan dari Timur = Ayam sayur, wkwkwkwkwkwk......

      Hapus
  6. Coba d baca lagi,.. Napa gatot kaca mandeg d tengah jalan. Itu krn adanya kongkalikong antara Airbus @ IMF. Bersyukurlah utk saat ini, PT. DI udah bangkit kembali. Kita sbg warga NKRI yg baik, haru berfikiran +,.. Berfikirlah secara dewasa. Coba di telaah lagi history nya di era 1990-an.

    BalasHapus
  7. satu langkah kedepan itu lebih baik daripada tidak melakukan apapun sama sekali.......Ayoo maju indonesiaku!!!!

    BalasHapus
  8. Gembor gembor saja.pesawat tinggal ngrakit aja banggga

    BalasHapus
  9. Aku tetap bangga n selalu optimis dengan kinerja BUMN RI semoga kedepannya semakin baik n sukses....

    BalasHapus