Senin, Desember 09, 2013
13
BANJARNEGARA-(IDB) : Mantan Panglima TNI, Jenderal (Purnawirawan) Endriartono Sutarno menganjurkan pemerintah Indonesia menghindari membeli kapal selam bekas, karena berpotensi membengkaknya biaya perawatan setelah pembelian alat utama sistem persenjataan (alutsista) tersebut.

"Sebaiknya kalau mau beli, jangan yang bekas. Karena potensi besaran biaya pemeliharaan dan perawatannya akan menjadi lebih mahal," kata Endriartono kepada Antara di Banjarnegara, Jawa Tengah, Minggu (8/12).


Pernyataan tersebut menanggapi adanya penawaran kepada Indonesia untuk membeli kapal selam Kilo Class bekas buatan Rusia.


Menurut Endriartono, pada dasarnya pembelian ataupun pembuatan alutsista akan selalu diiringi dengan anggaran yang harus disiapkan untuk melakukan pemeliharaan pada saat mulai dioperasikan.


"Biaya itu setiap tahunnya akan meningkat sesuai dengan umur alatnya. Itu harus juga diperhitungkan," ujar Endriartono.


"Kalau sampai jatuhnya angka perawatan ini bisa setara dengan biaya untuk membuat atau membeli yang baru, kan pasti lebih baik yang baru," katanya menambahkan.


Berkaitan dengan itu, Endriartono juga mempertanyakan kejelasan pola anggaran militer di Indonesia, khususnya menyangkut pos pemeliharaan dan perawatan alutsista. Sebab, hal itu masih belum jelas hingga sampai saat ini.


Ketidakjelasan itu diperlihatkan dengan hobi Indonesia menerima hibah-hibah alutsista dari negara-negara sahabat, ujar Endriartono.


Bagi Endriartono, kebutuhan peremajaan alutsista harus memperhatikan aspek umur alat yang akan dibeli.


"Kecuali kalau kita memang sedang ada keadaan darurat menjelang perang dengan pihak-pihak tertentu, itu baru silakan ambil yang sudah ditawarkan. Terlepas dari itu bekas ataupun apa, selama siap pakai harus diambil karena menyangkut darurat pertahanan," ujarnya.


"Bahkan, kalau dalam keadaan perang tentunya semua anggaran akan diarahkan untuk pertahanan kan," Endriartono menambahkan.


Sebelumnya, pada hari Jumat (6/12), Kementerian Pertahanan RI menyatakan akan mengirimkan tim khusus untuk melihat secara fisik kondisi kapal selam Kilo Class bekas buatan Rusia yang ditawarkan kepada Indonesia.


"Ini merupakan kerja sama lanjutan antara Indonesia dan Rusia, dari Angkatan Laut, kami akan kirim tim ke Rusia untuk melihat kondisi kapal selam Kilo Class," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro.


Menurut dia, Indonesia memiliki dua pilihan untuk memperkuat armada laut nasional, khususnya pengadaan kapal selam, yakni pertama, mendatangkan kapal selam kilo class bekas buatan Rusia, dan opsi kedua, membangun kapal selam baru berteknologi Korea.


Sementara itu, Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana (TNI) Marsetio menjelaskan bahwa Indonesia telah memiliki dua kapal selam buatan Jerman, dan saat ini tengah dilaksanakan pembangunan tiga unit kapal selam atas kerja sama dengan Korea Selatan.



Sumber : SuaraPembaruan

13 komentar:

  1. ini mantan panglima bagus diam ajaa...dari duluu ke mana gak mau bicara?... menhan belanja barang rongsokan buatan barat kok gak di keritik ?.... giliran ke temu alutsista ks kilo hebat berkoar koar...
    sudah yata dan keliatan nkri sudah di penuhi para penjilat, aturan nya sebagai mantan panglima kalau jelli ikut merasa prihatin nkri tampa senjata pemungkas selama puluhan tahun di kebiri sekutu dan dikibuli .

    BalasHapus
  2. nggak usah koar-koar lah.... diem ae cangkemmu jenderal

    BalasHapus
  3. Wkt dinas kemana aja lu jendral...kl kta beli baru kelamaan...keburu dikepung nih kita...LCS lg memanas gini....nah setelah udah lengkap kuantitas baru kita ke kwalitas...beli ks baru scr bertahap...jd ente nikmati aja penziun mu bos...kan mayan gede pesangon mu...

    BalasHapus
  4. Om Jendral.... Emang situ Okeh....

    BalasHapus
  5. Musuh sdh nyata kelihatan beli baru nunggu 5_10 thn,...NKRI sdh habis tercabik cabik,kebutuhan kapal selam kilo sifatnya sangat urgent...lanjut pa Pur..

    BalasHapus
  6. Jgn pada ributlah.. Tim AL masih dikirim ke rusia untk memeriksa kasel yg kn di hibahkan apakah kondisi bgus ato tak layak.. Kita tnggu sja pa diambil baru/bekas??

    BalasHapus
  7. betoell..RI lebih baik secepat nya pilih KS kilo itu yg udah ada didepan mata..secara kwalitas dan spesifikasi KS KILO lebih bagus dari KS2 jenis baru skalipun..KS KILO dilngkapi rudal balistik 400 km..rugi klo kita beli KS baru sprti scorpene.udah senjata nya kelas cengeng+ pengiriman biasanya butuh 10 th..busyett dah..kok aneh nih pola pemikiran nya bp endriatono..

    BalasHapus
  8. ni jenderal mau cari muka aja,,maklum ikut konvensi capres partai

    BalasHapus
  9. Kalau cerdas,,, kita tidak usah menghujat si Jenderal laah ,,, biarkan saja ,,,
    Ada banyak CAPRES sekarang yang mau menjilat ke BARAT mau memperlihatkan Moderaaaat,,, tidak agresip,,, bisa diajak kerja sama ,,,, ada lagi yang lewat TV nya tiap hari para wartawannya disuruh ngadu domba terus,,, disuruh cari kesalahan calon lainnya ,,,
    akakakakakakakak ,,,

    BalasHapus
  10. "Kecuali kalau kita memang sedang ada keadaan darurat menjelang perang dengan pihak-pihak tertentu, itu baru silakan ambil yang sudah ditawarkan. Terlepas dari itu bekas ataupun apa, selama siap pakai harus diambil karena menyangkut darurat pertahanan," ujarnya......

    dgn sudah hilang nya pulau dan sudah di sadap indonesia saat ini memang sudah dalam kondisi menuju darurat perang jendral...

    BalasHapus
  11. Pembelian bekas bukan masalah pokok, yang penting efek deterrent dan kondisi masih fit untuk operasional. Retrofit bisa dilakukan oleh industri nasional dengan supervisi rusia, dan disitu ketemu ToT nya untuk input ke team pembuatan kapal selam nasional made in indonesia. Beli baru butuh waktu lama sementara china sudah ancang ancang melebarkan petanya mendekati natuna kita. Kalau perlu beli 24 kapal selam bekas kondisi prima. Spare part bisa dikontrakkan ke industri nasional dengan ToT

    BalasHapus
  12. Ini jelas jenderal antek2 amerika dan nato, gak mau tni maju

    BalasHapus
  13. msuk akal juga pendapat n sarannya om jendral.....ya sebaiknya begitu....sabar saudara2 jaga hati tetep dingin, om jendral ada benarnya juga ni...

    BalasHapus