Senin, Desember 09, 2013
5
DPR sudah sepakat dengan Kemenhan untuk menganggarkan pembelian satelit militer di tahun depan. Semoga saja Kemenkeu meloloskan permintaan ini.

JAKARTA-(IDB) : Keinginan TNI untuk terus memodernisir sistem kesenjataan dan keamanan masih saja terkendala anggaran. Ganjalan anggaran pula yang membuat rencana pembelian satelit untuk kebutuhan militer tertunda-tunda. 



Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi Golkar Fayakhun Andriadi mengatakan, rencana pengadaan satelit militer sebenarnya sudah dibahas sejak tahun 2012 lalu. Karena saat itu anggarannya belum tersedia cukup, maka rencana pengadaan satelit hingga kini belum dapat direalisasikan.



Namun, kasus penyadapan dari pihak Australia dan AS yang terungkap belakangan ini membuat DPR dan pemerintah bersepakat perlu mempercepat pengadaan satelit militer. "Agar kasus pengadapan seperti itu, dapat dicegah dan tidak terulang," ujar Fayakhun kepada JurnalParlemen, Minggu (8/12).



Anggota Badan Anggaran DPR RI ini juga memberikan kabar gembira buat TNI. Dia mengungkapkan, biaya pengadaan satelit militer ini diperkirakan mencapai Rp 5 triliun hingga Rp 7 triliun. Anggaran sebesar itu kini sudah nangkring dalam APBN TA 2014.



Saat dilakukan rapat tertutup dengan Kementerian Pertahanan dan jajarannya di Komisi I pekan lalu, soal anggaran pengadaan satelit militer itu memang belum dibahas secara detail, baru sebatas perkiraan saja. "Namun sudah ada komitmen anggaran pembelian satelit akan dimasukkan dalam APBN TA 2014," ujarnya.



Saat ini pihak Kemenhan tengah membicarakannya dengan Kementerian Keuangan mengenai sumber pendanaan untuk pembelian satelit itu. Hasil pembicaraan itu nantinya akan dibawa Kemenhan ke Komisi I. Komisi I DPR berjanji tidak akan mencampuri teknis pengadaan satelit tersebut. 



Nantinya komisi I hanya akan mengawasi saja realisasi dari hal itu, apakah sudah sesuai perencanaan atau tidak. Namun demikian, DPR berharap, satelit itu akan dibuat oleh putra-putri Indonesia. Hal ini untuk mengurangi risiko penyadapan maupun kebocoran data bila satelit dipesan di luar negeri. 



Sebelumnya, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, akan menindaklanjuti pengembangan sistem pertahanan siber dan memiliki satelit sendiri untuk kepentingan sektor pertahanan, keamanan, intelijen, dan luar negeri. Pertahanan siber yang akan dibangun itu nantinya berada di bawah kendali Kementerian Pertahanan untuk sistem keamanan dan pertahanan Badan Intelijen Negara (BIN), Badan Intelijen Strategis (BAIS), Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg), dan Polri.



Purnomo menambahkan, untuk urusan siber ada dua institusi yang menangani. Yakni pertahanan siber di bawah Kementerian Pertahanan yang dioperasikan oleh TNI. Sedangkan kriminal siber itu di bawah kewenangan Polri.




Sumber : Jurnamen

5 komentar:

  1. penguasa sekarang ini jellas mirip kucing dapur bukan macan sumatra indonesian teger . kalau kucing dapur selangi di pegang buntutnya baru gamuk , giliran di lepas biasa ajaaa.... gak jadi belli senjata pemungkas . beda pendiri nkri bungkarno dan kawan 2... jellas sumatran teger sekali di sakiti 7 turunan gak bakal lupa .
    beyee...giliran di sadap merangang mau belli ks kilo ...mau belli satelit tar ...seminggu lagi sudah lain , namanya ajaa...kucing dapur h.....

    BalasHapus
  2. katanya dah pernah kerjasama pembuatan satelit dgn jerman jadi bisa buat sendiri donk

    BalasHapus
  3. Buat sendiri atau beli, bagaimana dgn transfer data link via satelit antara matra darat, laut, udara krn alat2 kita campur aduk antara berbagai produsen negara

    BalasHapus
  4. Dalam Perang, Informasi adalah kunci dari kemenangan. Bila Informasi kita bocor ke musuh, taktik dan strategi bisa terbaca musuh. Itulah Amerika sangat getol menyadap Negara lain bahkan sekutunya sendiri. Satelit Militer sangat mendesak !!
    Ayam Jantan dari Timur

    BalasHapus
  5. harus di setujui nunggu apalage udah kejadian..

    BalasHapus