DPR sudah sepakat dengan Kemenhan untuk menganggarkan pembelian
satelit militer di tahun depan. Semoga saja Kemenkeu meloloskan
permintaan ini.
JAKARTA-(IDB) : Keinginan TNI untuk terus memodernisir sistem
kesenjataan dan keamanan masih saja terkendala anggaran. Ganjalan
anggaran pula yang membuat rencana pembelian satelit untuk kebutuhan
militer tertunda-tunda.
Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi Golkar Fayakhun Andriadi
mengatakan, rencana pengadaan satelit militer sebenarnya sudah dibahas
sejak tahun 2012 lalu. Karena saat itu anggarannya belum tersedia cukup,
maka rencana pengadaan satelit hingga kini belum dapat direalisasikan.
Namun, kasus penyadapan dari pihak Australia dan AS yang terungkap
belakangan ini membuat DPR dan pemerintah bersepakat perlu mempercepat
pengadaan satelit militer. "Agar kasus pengadapan seperti itu, dapat
dicegah dan tidak terulang," ujar Fayakhun kepada JurnalParlemen, Minggu (8/12).
Anggota Badan Anggaran DPR RI ini juga memberikan kabar gembira buat
TNI. Dia mengungkapkan, biaya pengadaan satelit militer ini diperkirakan
mencapai Rp 5 triliun hingga Rp 7 triliun. Anggaran sebesar itu kini
sudah nangkring dalam APBN TA 2014.
Saat dilakukan rapat tertutup dengan Kementerian Pertahanan dan
jajarannya di Komisi I pekan lalu, soal anggaran pengadaan satelit
militer itu memang belum dibahas secara detail, baru sebatas perkiraan
saja. "Namun sudah ada komitmen anggaran pembelian satelit akan
dimasukkan dalam APBN TA 2014," ujarnya.
Saat ini pihak Kemenhan tengah membicarakannya dengan Kementerian
Keuangan mengenai sumber pendanaan untuk pembelian satelit itu. Hasil
pembicaraan itu nantinya akan dibawa Kemenhan ke Komisi I. Komisi I DPR
berjanji tidak akan mencampuri teknis pengadaan satelit tersebut.
Nantinya komisi I hanya akan mengawasi saja realisasi dari hal itu,
apakah sudah sesuai perencanaan atau tidak. Namun demikian, DPR
berharap, satelit itu akan dibuat oleh putra-putri Indonesia. Hal ini
untuk mengurangi risiko penyadapan maupun kebocoran data bila satelit
dipesan di luar negeri.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, akan
menindaklanjuti pengembangan sistem pertahanan siber dan memiliki
satelit sendiri untuk kepentingan sektor pertahanan, keamanan,
intelijen, dan luar negeri. Pertahanan siber yang akan dibangun itu
nantinya berada di bawah kendali Kementerian Pertahanan untuk sistem
keamanan dan pertahanan Badan Intelijen Negara (BIN), Badan Intelijen
Strategis (BAIS), Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg), dan Polri.
Purnomo menambahkan, untuk urusan siber ada dua institusi yang
menangani. Yakni pertahanan siber di bawah Kementerian Pertahanan yang
dioperasikan oleh TNI. Sedangkan kriminal siber itu di bawah kewenangan
Polri.
Sumber : Jurnamen
penguasa sekarang ini jellas mirip kucing dapur bukan macan sumatra indonesian teger . kalau kucing dapur selangi di pegang buntutnya baru gamuk , giliran di lepas biasa ajaaa.... gak jadi belli senjata pemungkas . beda pendiri nkri bungkarno dan kawan 2... jellas sumatran teger sekali di sakiti 7 turunan gak bakal lupa .
BalasHapusbeyee...giliran di sadap merangang mau belli ks kilo ...mau belli satelit tar ...seminggu lagi sudah lain , namanya ajaa...kucing dapur h.....
katanya dah pernah kerjasama pembuatan satelit dgn jerman jadi bisa buat sendiri donk
BalasHapusBuat sendiri atau beli, bagaimana dgn transfer data link via satelit antara matra darat, laut, udara krn alat2 kita campur aduk antara berbagai produsen negara
BalasHapusDalam Perang, Informasi adalah kunci dari kemenangan. Bila Informasi kita bocor ke musuh, taktik dan strategi bisa terbaca musuh. Itulah Amerika sangat getol menyadap Negara lain bahkan sekutunya sendiri. Satelit Militer sangat mendesak !!
BalasHapusAyam Jantan dari Timur
harus di setujui nunggu apalage udah kejadian..
BalasHapus