Jumat, November 22, 2013
11
Sesuai Konvensi Wina tahun 1961, Indonesia boleh melakukan persona non-grata terhadap Dubes Australia. Tindakan serupa pernah dilakukan Indonesia pada 1982 dengan mengusir diplomat Uni Soviet yang dituding melakukan aksi spionase.
JAKARTA-(IDB) : Anggota Komisi I DPR Meutya Viada Hafid menganggap Duta Besar Australia tidak menjalankan diplomasi sesuai kesepakatan internasional. Karena itu, tindakan persona non-grata atau penolakan utusan diplomatik boleh dilakukan terhadapnya. 



"Duta Besar Australia bisa saja diusir dari Indonesia karena melanggar Pasal 9 Konvensi Wina tahun 1961 mengenai Hubungan Diplomatik," kata Meutya di Kompleks Parlemen Senayan Jakarta, Rabu (20/11).



Menurut Meutya, persona non-grata atau juga sikap tidak menghendaki kehadiran perwakilan/utusan suatu negara dapat dilakukan lantaran tiga hal. 



Pertama, wakil diplomatik melakukan kegiatan yang subversif dan merugikan kepentingan nasional. Kedua, kegiatan yang dilakukan oleh wakil diplomatik melanggar hukum atau perundang-undangan negara penerima. Ketiga, memata-matai dapat dianggap mengganggu stabilitas keamanan negara penerima.



"Alasan persona non-grata bagi Dubes Australia juga disebabkan oleh faktor sikap Australia dan pernyataan PM Tony Abbott. Abbott tidak menunjukkan sikap seorang pemimpin negara yang bersahabat dengan Indonesia," katanya.



Politisi Golkar ini menyarankan pemerintah tidak tabu menggunakan tindakan persona non-grata. Sebab, hal serupa pernah dilakukan pada masa Orde Baru. 



"Di tahun 1982, Pemerintah Indonesia pernah memberikan persona non-grata bagi Asisten Atase Pertahanan Uni Soviet untuk Indonesia karena dituduh melakukan kegiatan spionase," ujarnya.




 Sumber : Jurnamen

11 komentar:

  1. usir aja..kita bisa hidup tanpa autralia..

    BalasHapus
  2. Sudah saatnya pemerintah kita untuk semakin meningkatkan hubungan dengan rusia lebih lebih pada urusan hubungan militer. sudah cukup negara kita dibohongi terus, di dikte dan lain lain yang sangat merugikan negara kita oleh pihak AS, Ausie dan kroni kroninya...
    masalah australia mau minta maaf atau tidak sudah tidak relevan lagi untuk mengendurkan kerjasama dengan rusia atau china dalam hal kemiliteran...
    negara kita sering dihalangi oleh AS dan anteknya dalam pengadaan Alutsista yang minimal sepadan dengan negara kawasan denggan alasan untuk menjaga ketenangan kawasan, namun yang terjadi sering kali negara kawasan sering kali berulah merugikan negara kita. dan kita sering kelabakan dalam menghadapi ulah tersebaut.. by. E-Kafa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul bro...dikasih beli alutsista pun kw2/3..
      Contoh F16 singa porn,sama F16 kita beda spek..

      Hapus
  3. wah hasutan barat atase russia dulu di usir.. padahal mereka tak pernah usil urusan kebijakan indonesia sungguh langkah yg bodoh..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pemimpin waktu itu kan boneka paman sam, juga sudah ada bibit perwira ABRI dari barat serta pejabat" tinggi pemerintahnya. Mungkin sampai sekarang juga.

      Hapus
  4. Dibalik persoalan sadap menyadap ini kita juga harus secara cerdas mencermati agenda apa yang ada dibalik semua ini ,,,

    Apakah sikap arogan iatu memang sengaja dilakukan oleh Australia agar situasi jadi semakin kritis,, dan BARAT mempunyai alasan untuk MENEKAN Indonesia ,,, sebelum semua alutsista pesanan kita tiba ditanah air ,,, apakah sikap Toni Abot itu suatu kesengajaan agar situasi semakin kritis karena mereka tahu bangsa Indonesia ini bangsa yang emosian sehingga BARAT bisa menggunakan momen ini untuk membatalkan semua transaksi alutsista kita,,, dan berbareng dengan itu mengangkat masalah PAPUA ,,, mumpung Indonesia belum kuat ,,, sejak beberapa tahun yang lalu AS sudah siap dengan penempatan Marinir mereka di Darwin,, di pulau Christmas dan Cocos ,,, mereka pelan-pelan menarik semua pasukan dari Irak dan Afganistan untuk apa?
    Indonesia jadi target baru ??? karena siapa menguasai Indonesia berarti menguasai SUMBER ALAM dan Jalur Ekonomi di masa depan ,,, jangan lupa itu !!!
    Intelijen asing sudah masuk di Indonesia ,,, sudah mulai manas-manasin kelompok-kelompok Daerah ,,, kelompok-kelompok SARA ,,, supaya apa? supaya jadi tambah semrawut ,,, lalu mereka dengan alasan melindungi kelompok masyarakat lain atau aset investasi mereka disini ,,, akan masuk !!! jadilah kita IRAK dan AFGANISTAN ,,, oleh karena itu marilah kita cerdas dan waspada !!!

    BalasHapus
  5. pengecut n hina sekali kalo ngusir diplomat Australi gak berani,bakar juga itu kantor dubes'nya. mosok Garuda kalah sama Kelinci.

    BalasHapus
  6. Bro...klo diperhatikan ada institusi di sini..yg pro-aushit....statemen yg dikeluarkan oleh pimpinannya gak tegasss....padahal pres sby dah tegas kpd aushit....mungkin bin sudah tau....claindestin rambut hitam aushit

    BalasHapus
  7. Udah tau dipecundangi masalag Timtim msh jg mau berkawan....salut buat indonesia yg ga bisa ambil hikmah dr pengalaman

    BalasHapus
  8. Indonesia kepalanya sdh diinjak-injak oleh negara yang dianggap teman ternyata malah menganggapnya musuh, kasihan indonesiaku!! mau sampaikan kapan kau seperti ini?????
    Dimana kehormatanmu?? demi ini darah pun akan kami pertaruhkan!!

    BalasHapus
  9. Inilah tipikal kita ,selalu menyalahkan orang lain atas apa yang terjadi.Tipikal anak manja!!!.Minyak di kuasai asing kita marah,ekonomi di dikte asing kita ngedumel,laut kita dijarah nelayan asing kita marah dsb dsb...coba cari akar masalahnya kemudian urai satu satu .Sebenarnya yang salah mental pejabat kita nasionalisme bisa diutukar dengan rupiah.Kalau nasionalisme kita kuat tak tergoda dengan rupiah pasti kita punyta harga diri dimata asing.Tolak semua bantuan asing baru kita punya harga diri.jangan mau pejabat kita di suap.Mereka pasti akan berfikir ulang .Kita merendahkan diri dengan terima bantuan,ya jangan heran kita selalu dikadali.Dunia ini penuh persaingan segala cara pasti mereka lakukan untuk membela negaranya.Dan bagaimana dengan kita???ayo perkuat pertahanan agar kita dihargai asing.

    BalasHapus