Sabtu, Oktober 19, 2013
16
SENTANI-(IDB) : Panglima Komando Operasi TNI Angkatan Udara II (Pangkoopsau II) Marsekal Muda Agus Supriatna, memberikan perhatian khusus kepada Papua yang berada di perbatasan negara. Perhatian tersebut, dengan mendatangkan pesawat tempur taktis ke Papua untuk memperketat penjagaan terhadap pesawat asing yang masuk ke wilayah Papua. "Kita bersyukur karena pemerintah telah mempercayakan kepada kami, khususnya TNI AU hinga akhirnya bisa membeli pesawat tempur taktis seperti Tucano dari Brazil, yang akan di standby-kan di wilayah Papua," ungkapnya kepada wartawan Kamis (18/10) kemarin.

Menurutnya, pesawat tempur yang akan diletakkan di Papua merupakan rencana strategis, mengingat Papua merupakan daerah perbatasan. Dengan adanya pesawat tempur taktis itu, Agus berharap akan bisa memantau keadaan dan situasi di Papua secara keseluruhan. "Itu sangat strategis kalau kita standby-kan di sini nantinya. Namun karena pesawatnya belum lengkap 16 unit, maka memang belum kita gerakkan, namun suatu saat nanti akan kita standby-kan di sini," sambungnya.

Disinggung mengenai pesawat asing yang beberapa kali "mampir" ke wilayah Papua tanpa ijin, Agus membenarkan adanya hal itu. Dan dalam rangka itulah pihaknya akan mendatangkan pesawat tempur taktis tersebut ke Papua. Namun menurut Agus, menyikapi adanya pesawat asing yang masuk ke wilayah RI, pihak TNI AU, khususnya Pangkalan Udara yang ada di Papua, selalu menindak tegas terhadap pesawat asing yang masuk ke wilayah Papua.

"Makanya kita simpan radar di Biak dan di Merauke juga. Radar itu nantinya untuk pengawasan itu, jadi setiap ada pesawat-pesawat yang unschedule (di luar jadwal izin "red) maka kita pasti amankan. Kalau mereka tidak ada ijin, maka kita tidak akan keluarkan pesawat tersebut hingga mereka mengurus perizinannya,"jelasnya.

Bukan hanya itu saja, Marsekal TNI Agus juga mengklaim beberapa kali telah menangkap pesawat yang datang dari Australia maupun PNG ketika berada di Merauke dan beberapa tempat yang ada di Papua. Jika ditemukan benda-benda yang tidak sesuai dengan izin, maka akan disita.

"Jadi kalau ada kamera, video, dan lain sebagainya akan kita ambil. Jangan-jangan mereka ingin mendokumentasikan sesuatu. Pokoknya harus ada izin dahulu. Kalau tidak ada ijin, kita akan rampas, dan mereka harus bertanggungjawab," tegasnya. 




Sumber : JPNN

16 komentar:

  1. berita nya telat min... ini berita dah jadi debatan,, ,eh baru di keluarin,

    BalasHapus
  2. Papua musti dijaga 1 skuadron Mi 35, 1 skuadron tucano dan 1 skuadron Flanker, Papua merupakan pintu masuk paling rentan karena jauh dari kekuatan militer utama, tidak ada radar yang kuat dan tidak ada rudal anti pesawat jarak jauh, padahal tiap hari fighter aussie dan AS hilir mudik lewat Laut Banda yang mereka klaim sebagai perairan internasional, destroyer AS juga wira wiri sambil nge-jamming radar kita dan uji coba mengunci kapal-kapal kita, saya sendiri pernah melihat destroyer AS di sekitar Laut Arafuru tanpa ada pengawalan kapal kita

    BalasHapus
  3. Kalau yg datang super 18 hornet grower , apakah tukano sanggup melayani duwel di udara ? ....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dibilangin dari dulu.... ga paham2 yee..... Super Tucano plus rudal BrahMos.... Mach 2..
      BullsEye..... Splash One..... F-18...
      =p~

      Hapus
    2. ano 23,12. baca juga analisa menimbang lampung, dibawah nya coba,, nanti mudah2an di MEF II, ada 2 skuadron sukhoi family,(su35) yg rencana di tempatkan di biak dan lampung, kyk nya kemampuannya bs menandingi f18.hornet grower.

      Hapus
  4. Inilah admin kita yg tidak independent, sudah bagus rkyt indo bersuara berdasar ide2nya eeee malah lo hapus n di refresh beritannya ckckcckck kalo kaya gini kpn maju n amannya indo dr pihak2 luar, ide2 yg membangun malah di hapus

    BalasHapus
  5. Super tucano dipersiapkan/ditempatkan di papua buat antisipasi gerakan OPM,serta pesawat yg menyelundup guna dukungan logistik bagi separatis OPM yg dominan pesawat kecil2 yg mampu terbang rendah guna menghindari tangkapan radar. Cuma kalo menurut saya alangkah lebih baik juga ditambahkan jet tempur minimal sekelas hawk/golden eagle guna mengantisipasi penerbangan black flight apalagi jet tempur negara lain yg masuk tanpa ijin.
    By. Cougar

    BalasHapus
  6. Saran buat admin IDB:
    Saya suka sekali blog IDB ini dan sdh lama bergabung koment2 dg ano2 yg lain. sering kali berita2nya telat ditampilkan dan sdh lebih dulu keluar di blog lain macam garuda militer,altilery,dunia militer dll. Tapi hal itu tidak mengapa,biarpun telat yg penting bisa tampil. Koment2 dari sob ano2 yg sekiranya tidak sopan dan mengotori blog IDB apalagi ada yg pake iklan jualan sekiranya dihapus/didelete aja,jadi jangan semuanya dihapus. Beritanya kalo bisa diperkaya dg macam2 senjata2 baru seluruh dunia buat nambah ilmu pengetahuan,serta jangan lupa juga perbanyak berita tentang sejarah negara kita,di blog lain pada ngeluarin tapi blog IDB tidak,contoh: sejarah tentang presiden sukarno,tentang pki,tentang kasus g30s/pki,dll. Matur suwon...
    By. Cougar

    BalasHapus
  7. Tucano emang udah di papua, untuk menumpas pergerakan sparatis & mencegat pesawatat2 kecil.. tapi jg harus didukung pula pespur minimal sekelas medium.. kalo dana terbatas, ya T-50i jg sudah lumayan.. kalo Su-35 kudu hukumnya.. bisa ditaro di lampung atau di iswahyudi..

    BalasHapus
  8. Mengapa malaysia dan filipina tidak pernah dituduh melakukan pelanggaran ham saat habisi pasukan sulu dan mnlf,sedangkan indonesia coba habisi opm dan gam, langsung mendapat kecaman keras dari negara" barat dg tuduhan pelanggaran ham berat,,

    BalasHapus
  9. Kita ini negara besar dan berpotensi menjadi "sangat besar". Namun karena kita nggak mau masuk blok ini dan itu (non blok) kita jadi di"musuhi", saya pakai tanpa kutip dengan kata lain, di forum diplomasi diblikang sahabat, namun di belakang ditikam. Belajar dari sejarah, waktu PRRI/Semesta, presiden AS ketika itu berulang kali bilang mereka tidak terlibat, demikian juga negara-negara tetangga kita. Namun demikian, terbukti lain sewaktu pesawat Allan Pope (agen CIA) ditembak jatuh oleh Dewanto (penerbang AURI). Terbukti bahwa, pesawat bomber yang diterbangkan oleh Pope itu berpangkalan di lapangan udara Clark di Filipina untuk mengisi bahan bakar dan bom. Jadi jangan harap tetangga "baik" itu selamanya baik. Dalam pembelian alutsista dari Barat pun, kita selalu diberi KW 2. Beda dengan tetangga di sekitar kita yang dianggap lebih pro Barat selalu diberi peralatan yang lebih baik. Melihat hal demikian, sebangai bangsa kita harus lebih kompak ke dalam. Dan menjadikan ancaman terselubung seperti di atas untuk terus bersatu guna mempertebal ketahanan kita sebagai bangsa yang merdeka.

    BalasHapus
  10. Mungkin dengan kekuatan militer kita yang besar serta didukung industri hankam yg baik (macam cina),mereka bisa jadi gak koar2 soal ham kalo kita menindak tegas gerakan separatis.

    BalasHapus
  11. nama yang benar itu IRIAN JAYA : Ikut Republik Indonesia, Anti Nederland,...JAYA !!!

    BalasHapus
  12. Naahh Ini cocok banget buat COIN. Gebukin habis tuh opm. Beri mereka neraka!!

    BalasHapus
  13. di papua taro pesawat serang darat tipe tucano di tambah dgn heli serbu apache yg ada sensor panas tubuh manusia nya pas bgt mau nyumput di mana tuh extrimis2 opm..

    BalasHapus