SURABAYA-(IDB) : Kapal Latih TNI Angkatan Laut jenis Barquentine
(kapal layar tiang tinggi) yaitu KRI Dewaruci dari jajaran Satuan Kapal
Bantu Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) tiba di pangkalan
Koarmatim, Ujung, Surabaya, Senin (7/10).
KRI Dewaruci merapat di dermaga Koarmatim setelah usai melaksanakan pelayaran muhibah ke Australia dalam rangka pelayaran astronomi Kartika Jala Krida (KJK) 98 orang Kadet Akademi Angkatan Laut (AAL) tingkat-III angkatan ke-60.
Kedatangan KRI Derwaruci disambut oleh Wakil Kepala Staf Angkatan Laut (Wakasal) Laksamana Madya TNI Hari Bowo, M.Sc dengan didampingi Gubernur AAL Laksamana Muda TNI IGN Ary Atmaja, Komandan Kobangdikal Laksamana Muda TNI Widodo, Kasarmatim Laksamana Pertama TNI Siwi Sukma Adji serta pejabat Mabesal dan Koarmatim serta keluarga prajurit KRI Dewaruci.
KRI Dewaruci merapat di dermaga Koarmatim setelah usai melaksanakan pelayaran muhibah ke Australia dalam rangka pelayaran astronomi Kartika Jala Krida (KJK) 98 orang Kadet Akademi Angkatan Laut (AAL) tingkat-III angkatan ke-60.
Kedatangan KRI Derwaruci disambut oleh Wakil Kepala Staf Angkatan Laut (Wakasal) Laksamana Madya TNI Hari Bowo, M.Sc dengan didampingi Gubernur AAL Laksamana Muda TNI IGN Ary Atmaja, Komandan Kobangdikal Laksamana Muda TNI Widodo, Kasarmatim Laksamana Pertama TNI Siwi Sukma Adji serta pejabat Mabesal dan Koarmatim serta keluarga prajurit KRI Dewaruci.
Pelayaran
KRI Dewaruci ke benua Kangguru ini berlangsung lebih kurang selama 60
hari yaitu mulai tanggal 13 Agustus sampai dengan 7 Oktober 2013, dan
menempuh rute: Surabaya, Bali, Geraldton, Perth, Broome, Darwin,
Kupang dan kembali ke Surabaya.
Dalam
pelayaran kali ini, KRI Dewaruci diawaki 82 prajurit ditambah 6
personel pendukung dari intelijen, penerangan, kesehatan dan Pasukan
Katak dari Satkopaska Koarmatim, serta 10 personel pendamping Kadet AAL.
Selama singgah di kota-kota Australia tersebut, seluruh pajurit dan
Kadet AAL akan melaksanakan kunjungan kehormatan ke pejabat setempat
serta sekaligus mengadakan promosi wisata dan budaya nasional Indonesia
terhadap masyarakat setempat. Kehadiran KRI Dewaruci yang telah berusia
60 tahun dan telah bergabung dalam jajaran kapal TNI Angkatan Laut sejak
1 Oktober 1953, sangat ditunggu-tunggu karena kapal latih ini sangat
populer di luar negeri, bahkan di sejumlah negara Eropa, KRI Dewaruci
memiliki banyak penggemar setia yang selalu mengunjunginya setiap
bersandar.
Misi pelayaran ini dimaksudkan pula untuk membentuk karakter prajurit matra laut dan mental kejuangan para Kadet AAL sebagai calon perwira TNI Angkatan Laut yang bermoral, disiplin, profesional dan bertanggung jawab, serta untuk mempraktekkan semua pelajaran yang telah didapatkan di kampus AAL Bumi Moro dengan keadaan yang sebenarnya di lapangan yakni di laut sebagai medan juang prajurit matra laut, sekaligus mampu menjadi duta negara dalam menjalankan peran diplomasi guna menambah wawasan tentang pergaulan internasional, serta kondisi sosial masyarakat tempat yang disinggahi.
Satgas
KJK ini dipimpin oleh Komandan KRI Dewaruci Letkol Laut (P) Anung
Sutanto, merupakan alumni AAL angkatan ke-41 lulusan tahun 1995. Letkol
Laut (P) Anung Sutanto merupakan pejabat ke-34 yang menduduki jabatan
Komandan KRI Dewaruci. Sedangkan Satgas pengasuh Kadet AAL angkatan
ke-60 dipimpin oleh Mayor Laut (P) Agus Praptopo,S.T. yang akan
melaksanakan tugasnya melakukan pengasuhan, pembelajaran, pelatihan dan
bimbingan.
Sekali Layar Terkembang, Pantang Biduk Surut Ke Pantai
Untuk
kesekian kalinya, KRI Dewaruci menghadang tingginya ombak. Sesuai
semboyannya para pelaut ulung nusantara “Sekali layar terkembang,
pantang biduk surut ke pantai”. Begitulah yang dihadapi KRI Dewaruci
saat berlayar kearah timur menuju benua Australia.
Cuaca tak bersahabat sudah terasa begitu keluar dari Selat Bali. Hujan dan ombak setinggi 4 meter langsung menghadang kapal latih tersebut. Namun dengan naluri tempur dan semangat juang serta pengalaman sebagai pelaut ulung, para prajurit matra laut tersebut maju dan terus berlayar sampai tujuan.
Saat berlayar melintasi di titik 60 mil laut dari Pantai Shark Bay,tepatnya tanggal 13 Agustus 2013, KRI Dewaruci dihantam ombak besar. Cocor dan patung Dewaruci di haluan patah dan hilang ditelan ganasnya ombak samudera. Saking kerasnya hantaman ombak, tiang layar depan, tengah dan buritan juga patah dibagian atas.
Cuaca tak bersahabat sudah terasa begitu keluar dari Selat Bali. Hujan dan ombak setinggi 4 meter langsung menghadang kapal latih tersebut. Namun dengan naluri tempur dan semangat juang serta pengalaman sebagai pelaut ulung, para prajurit matra laut tersebut maju dan terus berlayar sampai tujuan.
Saat berlayar melintasi di titik 60 mil laut dari Pantai Shark Bay,tepatnya tanggal 13 Agustus 2013, KRI Dewaruci dihantam ombak besar. Cocor dan patung Dewaruci di haluan patah dan hilang ditelan ganasnya ombak samudera. Saking kerasnya hantaman ombak, tiang layar depan, tengah dan buritan juga patah dibagian atas.
Dengan
kondisi seperti itu, diputuskan oleh komandan kapal untuk segera
melakukan sandar darurat. Maka pada tanggal 22 Agustus 2013, KRI
Dewaruci merapat dan sandar di Dermaga Geraldton Australia. Hantaman
ombak yang begitu besar, tidak mengurangi semangat prajurit. Dengan
semangat tinggi itulah, yang membuat tetap waspada dan tegar walaupun
rintangan datang menghadang. Buktinya, sampai kapal sandar di Dermaga
Geraldton, para prajurit ini tidak ada yang mengalami cidera sedikitpun.
Begitu
kapal sandar di Dermaga Geraldton Australia, para prajurit kerja keras
bahu membahu melepas tiang yang patah. Perbaikan tersebut, diperkirakan
memakan waktu sekitar tiga hari. Dalam singgahnya selama tiga hari di
Dermaga Geraldton, KRI Dewaruci mendapat kunjungan dari Atase Angkatan
Laut Kolonel Laut (P) Heri dan pejabat setempat, yaitu CEO Geraldtion City Council
Rence Ellis dan dua staf dari Konsul Konjen Bob Hall Councill dan
Nusiaga Putri. Setelah sandar darurat dan perbaikan di Geraldton, KRI
Dewaruci melanjutkan pelayaran menuju kota tujuan berikutnya yaitu kota
Fremantle, Perth, Australia.
Sumber : Koarmatim
boleh kapal layar tradisional.. masalahnya negara lain muhibah pakai real fregat & destroyer plus kapal induk. Indonesia kapan ? malu dong dengan moyang yg sdh sampai madagaskar, hawaii, polynesia dll. kapal mereka itu dulu kelas utama..
BalasHapus