KEBUMEN-(IDB) : PT Pindad (Persero) bersama TNI AD melakukan uji coba amunisi meriam
105 mm yang merupakan amunisi kaliber besar dengan jangkauan mencapai
10,5 kilometer di lapangan Buluspesantren, Kecamatan Ambal, Kebumen,
Jawa Tengah. Uji coba amunisi ini dilakukan untuk mendapatkan
sertifikasi penilaian kualitas produk sebelum amunisi tersebut
dipasarkan.
"Untuk mendapatkan sertifikasi kualitas produk sebelum dapat dipasarkan, kami harus melakukan uji coba," kata Deputi Direktur Bidang Litbang PT Pindad, Triono Priohutomo, Rabu (18/9/2013).
Ujicoba amunisi meriam 105 mm ini meliputi uji bertahan, uji redam, dan uji keamanan yang dilakukan oleh Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI AD. Setelah melalui uji coba tersebut, nantinya akan dinilai dan diolah hingga keluar rekomendasi terkait kelayakan senjata tersebut.
"Kalau di Pindad sendiri sudah dilakukan uji coba dan hasilnya memenuhi persyaratan, tapi itu kan uji intern. Sedangkan uji amunisi ini meliputi dua tahap penguji yakni Pindad dan lembaga luar yakni TNI AD," ujarnya.
Triono menjelaskan, uji tersebut termasuk meliputi senjata amunisi yang ditembakkan tidak meledak dalam jarak kurang dari 100 dengan ditabrakan ke dinding pelat dalam jarak 100 meter, variasi jarak, serta ukuran ketahanan amunisi tersebut.
"Setelah lulus memenuhi persyaratan itu, produk Pindad sudah boleh dijual dan dipasarkan," jelasnya.
Meskipun masih diuji sertifikasi, amunisi tersebut sudah banyak di pesan. "Sudah ada beberapa, TNI kan latihan terus jadi ada kebutuhan amunisi," ungkapnya.
Produk lain dari PT Pindad juga banyak dipesan di antaranya produk amunisi kaliber kecil untuk dalam negeri. Misalnya senapan, mortir, amunisi mortir. Sedangkan kebutuhan untuk luar negeri lebih pada pemesanan amunisi khusus.
"Untuk mendapatkan sertifikasi kualitas produk sebelum dapat dipasarkan, kami harus melakukan uji coba," kata Deputi Direktur Bidang Litbang PT Pindad, Triono Priohutomo, Rabu (18/9/2013).
Ujicoba amunisi meriam 105 mm ini meliputi uji bertahan, uji redam, dan uji keamanan yang dilakukan oleh Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI AD. Setelah melalui uji coba tersebut, nantinya akan dinilai dan diolah hingga keluar rekomendasi terkait kelayakan senjata tersebut.
"Kalau di Pindad sendiri sudah dilakukan uji coba dan hasilnya memenuhi persyaratan, tapi itu kan uji intern. Sedangkan uji amunisi ini meliputi dua tahap penguji yakni Pindad dan lembaga luar yakni TNI AD," ujarnya.
Triono menjelaskan, uji tersebut termasuk meliputi senjata amunisi yang ditembakkan tidak meledak dalam jarak kurang dari 100 dengan ditabrakan ke dinding pelat dalam jarak 100 meter, variasi jarak, serta ukuran ketahanan amunisi tersebut.
"Setelah lulus memenuhi persyaratan itu, produk Pindad sudah boleh dijual dan dipasarkan," jelasnya.
Meskipun masih diuji sertifikasi, amunisi tersebut sudah banyak di pesan. "Sudah ada beberapa, TNI kan latihan terus jadi ada kebutuhan amunisi," ungkapnya.
Produk lain dari PT Pindad juga banyak dipesan di antaranya produk amunisi kaliber kecil untuk dalam negeri. Misalnya senapan, mortir, amunisi mortir. Sedangkan kebutuhan untuk luar negeri lebih pada pemesanan amunisi khusus.
Sumber : Kebumen
Uji coba khusus peluru 105mm saja ya om-jangkauan 10km dg platform KH178- dan bukan pake ME105 produk pindad om- KH178 kan sudah miliki peluru dg radius target 17-22km-bila peluru 105mm pindad yg j?angkauan hanya 10km dipake tuk- KH178-secara teknis jadi tak ada bedanya dong dg canon howitzerM101-102 A2 yg digantikan KH178..yg miliki fungsi tembak hinga 17-22km mirip howitzer L11 mk marinir.harus nya peluru 105 pindad dipake tuk M101-2 atau sekalian meriam ME105 pindad jadi pengganti canon gunung 76mm.trimz
BalasHapusmoga-moga ga pake mejen + mlempem...
BalasHapushmmm masih jamankah 105mm gun? kaliber segitu kayaknya hanya cocok dilabeli canon (gun) daripada howitzer. di medan kayak indonesia, yang dibutuhkan harusnya artileri kaliber besar 155mm, dan minimal harusnya bisa 30an km lebih jaraknya..... harusnya pindad lebih berani bereksperimen, kerja sama dengan pihak luar buat produksi baru howitzer 155mm...... biar nggak melempem artilerinya, beli M777 aja dah kalo nggak buat ngelengkapin CAESAR
BalasHapushihihi... indon payah...
BalasHapusmantaapp slow tapi pasti.. terus kembangkan...
BalasHapusPatut di apresiasi langkah pindad,moga setelah ini progresnya makin cepat seperti saran ano di atas
BalasHapusuntuk alam Indonesia kita tetap butuh canon 105 mm.karena gampang dibawa masuk hutan,Alam Indonesia adalah punya tantangan sendiri bawa alat berat dengan cepat.Disamping meriam howitser kelas berat tentunya.Jadi kita perlu semuanya disesuaikan dengan medan yang bakal dilalui.Thailand kayaknya sudah berhasil merubah meriam gunung jadi howitser gerak sendiri mudah mudahan tni ikut jejak thailand tersebut.
BalasHapus