BANDUNG-(IDB) : BUMN industri penerbangan, PT Dirgantara Indonesia (PT DI) mengaku harus
menjual lebih mahal produknya kepada pihak swasta atau instansi di luar
TNI/Polri dalam negeri. Alasannya karena setiap pembelian pesawat dan
helikopter buatan PT DI oleh kena Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn
BM).
Peraturan ini membuat instansi pemerintahan di luar TNI/Polri atau perusahaan swasta Tanah Air harus membayar 50% lebih mahal dari harga seharusnya yang dijual PT DI.
"Betul kita ada kelemahan kalau jual di dalam negeri di instansi pemerintahan non TNI/Polri atau ke airlines. Ini ada PPn BM. Ini diatur UU, besarannya 50%," ucap GM Marketing Dirgantara Indonesia Arie Wibowo Selasa (30/7/2013).
Misalnya Badan SAR Nasional (Basarnas) memutuskan membeli 2 unit helikopter tipe AS-365N3+ Dauphin ke PT DI. Basarnas wajib membayar PPn BM hingga 50% ketika membeli helikopter ke PT DI, padahal kalau Basarnas membeli helikopter di luar negeri harga jauh lebih terjangkau karena tidak harus membayar pajak barang mewah.
"Kita jual 2 buah heli ke basarnas. Basarnas wajib bayar PPn BM senilai 50% dari harga heli. Itu sama saja bayar 1 heli untuk beli 2 heli. Jadinya Basarnas kalau beli di PTDI mahal," terangnya.
Ia mencontohkan harga pesawat CN295 untuk versi standar dijual US$ 39 juta per unit. Ketika pesawat ini dibeli oleh maskapai dalam negeri, pihak maskapai harus membayar lebih mahal menjadi US$ 58,5 juta per unit karena adanya PPn BM.
Kondisi ini membuat pelanggan asal dalam negeri lebih memilih membeli dari impor atau dari para pemasok produsen pesawat dan helikopter dunia. Padahal secara kualitas pesawat dan helikopter yang dibuat dan dirakit pada pabrik PT DI yang terletak di Bandung Jawa Barat tidak kalah bersaing.
"Misal Lion Air, Sriwijaya beli di PT DI jadi mahal kalau mereka pengadaan pesawat lewat luar negeri mereka nggak dikenakan PPnBM. Ini kontradiksi. Jadi animo beli pesawat di PT DI rendah karena pajak," jelasnya.
Ia pun berharap pemerintah melalui Kementerian Keuangan dapat merevisi pengenaan PPnBM untuk produk-produk strategis karya BUMN Indonesia. Hal ini jika diterapkan bisa meningkatkan daya saing produk PT DI di pasar dalam negeri.
"Jadi kita jual lebih banyak ke luar negeri karena aturan PPnBM. Paling kalau jual ke luar negeri kena PPh saja. Sementara pasar dalam negeri jauh lebih besar daripada luar negeri tapi dengan aturan ini (PPnBM) jadi sulit," tegasnya.
Peraturan ini membuat instansi pemerintahan di luar TNI/Polri atau perusahaan swasta Tanah Air harus membayar 50% lebih mahal dari harga seharusnya yang dijual PT DI.
"Betul kita ada kelemahan kalau jual di dalam negeri di instansi pemerintahan non TNI/Polri atau ke airlines. Ini ada PPn BM. Ini diatur UU, besarannya 50%," ucap GM Marketing Dirgantara Indonesia Arie Wibowo Selasa (30/7/2013).
Misalnya Badan SAR Nasional (Basarnas) memutuskan membeli 2 unit helikopter tipe AS-365N3+ Dauphin ke PT DI. Basarnas wajib membayar PPn BM hingga 50% ketika membeli helikopter ke PT DI, padahal kalau Basarnas membeli helikopter di luar negeri harga jauh lebih terjangkau karena tidak harus membayar pajak barang mewah.
"Kita jual 2 buah heli ke basarnas. Basarnas wajib bayar PPn BM senilai 50% dari harga heli. Itu sama saja bayar 1 heli untuk beli 2 heli. Jadinya Basarnas kalau beli di PTDI mahal," terangnya.
Ia mencontohkan harga pesawat CN295 untuk versi standar dijual US$ 39 juta per unit. Ketika pesawat ini dibeli oleh maskapai dalam negeri, pihak maskapai harus membayar lebih mahal menjadi US$ 58,5 juta per unit karena adanya PPn BM.
Kondisi ini membuat pelanggan asal dalam negeri lebih memilih membeli dari impor atau dari para pemasok produsen pesawat dan helikopter dunia. Padahal secara kualitas pesawat dan helikopter yang dibuat dan dirakit pada pabrik PT DI yang terletak di Bandung Jawa Barat tidak kalah bersaing.
"Misal Lion Air, Sriwijaya beli di PT DI jadi mahal kalau mereka pengadaan pesawat lewat luar negeri mereka nggak dikenakan PPnBM. Ini kontradiksi. Jadi animo beli pesawat di PT DI rendah karena pajak," jelasnya.
Ia pun berharap pemerintah melalui Kementerian Keuangan dapat merevisi pengenaan PPnBM untuk produk-produk strategis karya BUMN Indonesia. Hal ini jika diterapkan bisa meningkatkan daya saing produk PT DI di pasar dalam negeri.
"Jadi kita jual lebih banyak ke luar negeri karena aturan PPnBM. Paling kalau jual ke luar negeri kena PPh saja. Sementara pasar dalam negeri jauh lebih besar daripada luar negeri tapi dengan aturan ini (PPnBM) jadi sulit," tegasnya.
Sumber : Detik
terus kalau tahu keadaaan seperti itu, dlm pengadaan pesawat lewat luar negeri nggak dikenakan PPnBM. sedang pengadaaan tuk beli di dalam negeri atau beli di PT. DI, harus dikenakan PPnBM sebasar 50 %. Siapa.... harus masalah itu sgr direvesi, kapan majuhnya PT. DI kalau dihambat sendiri oleh Depkue, jadi terenyu...
BalasHapuskaya gak tau indonesia aja...
HapusSemua brang impor n ekspor psti kena pajak apalagi pesawat,tp ya ga segampang itu untuk menaikan pajak pesawat luar bnyk faktor yg mempengaruhinya cnthnya industri pesawat bsa dblang industri yg memasukan pendapatan besar baik untk perusahaanya maupun negaranya.
HapusBsa dblang jika belhg pesawat itu pke sistem G2G bkn C2C jadi kalo kita suka2 dlm menaikan pajak msk untk brang dri negara lain bsa2 brng kita yg mau msk ke sna jga bkal kna pjak yg tinggi.
Tapi Bang masa kaya sepatu Cibaduyut aza di eksport ke Singapur eh sama orang Bandung dibeli lagi pulang ke Bandung dg sombongnya ngomong beli dr Singapur tau2 made in Cibaduyut....gak masuk akal harusnya kita yg bikin kita juga lebih mudah dan lebih murah mendapatkannya tanpa pake ongkos transfort dan bea masuk segala gtu kn logikanya .....aneh2 ae ah
HapusBagai katak dalam tempurung....nasib mu PT DI
BalasHapussaya kira ini tidak benar kalo impor tidak kena PPn BM.. Barang Impor selain kena PPN, PPh pasal 22, Plus PPn BM, dan Bea Masuk (jika ada bea masuk).
BalasHapusjadi seharusnya lebih mahal kalo impor.
slh satu cr menghalangi industri dlm negri khususnya yg brhubungan dgn industri alutsista. Memang produk impor lbh menguntungkan.
BalasHapuskasian kau pindad br mulai bangkit kembali terpuruk oleh segala mcm bntk kata belece pemerintah.
pembuat UU sdh byk terkontaminasi sama kepentingan luar, gak ada nasionalisnya semuanya penjilat asing..dibodoh2in.coba liat Mobil Nasional, motor nasioanal..gak jelas, apalagi pesawat tambah gak jelas..mereka gak tau efeksamping dari kebijakan yg dibuat tambah indonesia semakin sengsara..
BalasHapusPembuat UU nya juga kerjanya cuma MOLOR dan BOLOS sidang gaji z gede klo iseng mainin cewe kondom bertebaran di gedung DPR emang gue kaga tau gitu....yg baik sich ada tp bisa dihitung jari jariiiiii ;(
HapusBanyak cukongnya di indonesia ini
BalasHapusSaya juga kira keliru ini, PPnBM itu sama baik impor dari luar negeri ataupun produksi dalam negeri pasti dikenakan selama barangnya sama ya pasti kena PPnBM. Karena melekat pada barangnya.
BalasHapusKalo bener ini berita SUNGGUH TERLALU Pemerintah katanya ingin memajukan produk Indonesia tapi nyatanya malah menghambat perkembangan industri dalam negeri .... :-?
BalasHapuslalu jalan keluarnya gimana...
BalasHapusajeg... birotrasi mbulet...sopo ki sing gawe...
BalasHapusharus di revisi tuh aturan gila... di kenakan PPN 10% aja kan udah cukup sih... perusahaan bangsa sendiri kok di peras goblok betul aturan nya...
BalasHapusyang membuat kebijakan pasti tidak punya jiwa nasionalisme....mungkin kurang pintar/oon....
BalasHapusorang 2 depkeu itu pada sakiit SYARAAF..gudang nya koruptor
BalasHapusdari dulu memang bego managemen negaranya.. sengaja x, dibikin susah maju dan berkembang.. :-b
BalasHapusBpk harus audit seluruh Bumn karna tidak sesuai dgn cita2 pendiriannya,dan kemudian ditindak lanjuti oleh kpk,karna pernah pak dahlan mengatakan ada anggota DPR yg memeras bumn.
BalasHapusGimana mau maju bangsa ini klo pemimpin menghalangi sendiri kemajuan bangsa atau apa mungkin ada suap dari produk luar negeri gtu biar mereka tidak kehilangan pasar di Indonesia?? kayanya iya import daging sapi jilid dua ini mah ada main sama pihak luar saingan PT DI...
BalasHapusedan pajak nya doang aja ampe 50% gede banget.. gak salah tuh aturan... yg bener aja bos.. kalo terlalu mahal mah gemana mau laku laris tu barang... sarap2 yg punya kebijakan2 ini... laper sih laper tapi jgn daging sendiri di makan... sama aja bunuh diri ntu mah...
BalasHapusHe....he....he.....tersirat adanya kepentingan "pihak-luar" yang berusaha melindungi pasar bagi hasil produk hi-texhnya. Karena kalau pajak tasi hilang, bangkrutlah produk mereka dilibas produk dalam negeri, termasuk para pejabat yang selalu kebagian rejeki nomplok dari transaksi jual -beli pengadaan barang dari luar negeri. Kalau belinya dari BUMN darimana dapat komisinya? Ha...ha...ha kok makin "pinter" para pembuat kebijakan di negara kita ini, koar2 pakai produk sendiri ternyata hanya di mulut saja. Semprul.
BalasHapusApabila Pajak dimaksud dikurangi atau bahkan di hapuskan, di pastikan ada pengurangan harga jual produk dan ini kalau tetap dilaksanakan dalam rangka mendukung produk technologi dalam negeri karena pejabat-pejabat berani dan cinta produk dalam negeri, maka apa yang akan terjadi mungkin Indonesia akan di tegor oleh "WTO" dimana Indonesia melakukan politik "dumping" sesuai dengan ratifikasi "GATT".
BalasHapusDan sanksi yang akan di peroleh adalah paling harus merevisi harga jual, paling keras ya disumbat aliran untuk mendapatkan bahan baku dan bahan penolong yg kebetulan Indonesia belum memiliki.
Ini adalah benar-benar tindakan "dzolim" yang di berlakukan negara adi kuasa.
Kalau dengan China negara adi kuasa nggak mampu karena China sudah siap segalanya, kalau perlu China akan nagih hutang dagang yang belum terbayarkan dari negara adi kuasa tersebut, kalau Indonesia ya pasti nurutlah karena utangnya banyak banget.
Ini semua karena para pejabatnya doyan korupsi. Klop deh.!!!!
Kalau benar aturan ini ! benar GOBLOK bangsa kita ini. Dulu saya berfikir, kenapa semua penerbangan dalam negeri tdk pake pesawat produk DI, biar kita yang naik ini bangga.
BalasHapusIni harus di revisi UUD nya, untuk memberi peluang produk dalam negeri merajai di negerinya sendiri
Saya menagih mana MOBNAS kita ? apakah mandeg seperti ini terus ?
Salam yatnoto jawa
Sebenarnya bukan GouBLOoK tapi sudah terjerat utang yg susah ngebayar pada pihak asing, ginih deh jadinya. Mau diapain lagi dong.
BalasHapusNegeri ajaib,,,sdh punah nasionalis disetiap jiwa anak negeri ini,,,tidak ada jalan lain kecuali kita tanamkan jiwa nasionalisme ke anak-anak kita sejak dini.salam indonesia..mari suksekan IndonesiaMan.
BalasHapusKhan memang begitu, makanya kadang pemerintah lebih suka import daripada beli barang product sendiri. misal untuk minyak mentah kita lebih murah beli dari singapura untuk diolah dicilacap dari pada beli minyak dari dalam negeri ( misal dari kalimantan ), padahal product tersebut berasal dari kalimantan/perusahaan yang sama.
BalasHapus