Sabtu, Juni 01, 2013
4
NUNUKAN-(IDB) : Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan Batalion Infantri 141/Aneka Yudha Jaya Prakosa memprogramkan pembentangan Bendera Merah Putih di Pulau Sebatik Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara pada peringatan HUT Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 2013.

Komandan Satgas Pamtas Yonif 141/AYJP, Letkol Inf Feksi D Angi melalui Perwira Seksi Teritorial, Lettu Inf Sidik Purnomo, di Nunukan, Jumat, mengatakan rencana pengibaran bendera merah itu masih dalam tahap negosiasi dengan Pemkab Nunukan dalam hal ini Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga. “Mengenai rencana ini masih negosiasi dengan Dinas Pariwisata (Nunukan) untuk kerjasamanya,” ujar Sidik.

Sesuai perencanaan itu, pembentangan akan dilakukan di pos perbatasan Bukti Keramat Kecamatan Sebatik Tengah yang merupakan bukit tertinggi di pulau itu dan sangat tampak dari Tawau Sabah Malaysia. Adapun, lanjut dia, apabila anggaran tidak memungkinkan untuk melaksanakan pembentangan bendera merah putih alterbatif lainnya adalah pembangunan tugu perbatasan di bukti itu juga. “Jadi program ini ada dua alternatif. Kalau anggarannya tidak mencukupi untuk pembentangan bendera (merah putih) kemungkinan hanya untuk membangun tugu saja,” ucap Sidik.

Tujuan dari pembentangan maupun pembangunan tugu perbatasan ini, kata dia, adalah untuk memberikan atau memperlihatkan kepada masyarakat perbatasan di Pulau Sebatik secara khusus dan Kabupaten Nunukan pada umumnya pentingnya nasionalisme dalam jiwa setiap warga negara Indonesia. Selain itu, tambah Sidik, dengan pembentangan bendera merah putih diharapkan jiwa kebangsaan dalam mempertahankan negara kesatuan RI semakin kuat terpatri dalam semangat masyarakat di wilayah itu.

“Pembentangan bendera meraha putih bertepatan peringatan (Hari Proklamasi) 17 Agustus sangat tepat momennya dalam rangka peningkatan nasionalisme masyarakat di perbatasan,” ujar dia.







Sumber : Solopos

4 komentar:

  1. Semangat buat tentara RI diperbatasan sangat tinggi.saya dukung penuh.

    BalasHapus
  2. geser patok lagi tak jewer kau lon.... jewer ewer ewer...

    BalasHapus
  3. Mengenang Komponen F-16 Buatan Indonesia

    Bagian-bagian komponen F-16 buatan IPTN (foto: Angkasa)
    Suatu ketika penulis membaca ulasan mengenai fasilitas perawatan pesawat terbang milik Airod. Bila pembaca penggila/maniak dunia penerbangan tentu sudah tak asing dengan dengan nama perusahaan satu ini. Airod yang didirikan tahun 1976 ini merupakan fasilitas perawatan mesin dan depot level maintenance pesawat milik Tentara Udara Diraja Malaysia (TUDM). Ada satu hal yang cukup mengagetkan, perusahaan asal Malaysia ini melalui Divisi Avioniknya telah berhasil membuat komponen pesawat tempur Hawk 100/200 buatan British Aerospace.

    Komponen bernama pylon wireloom ini dibuat sebagai bagian dari offset atau imbal-produksi 18 Hawk 200 dan 10 Hawk 100 yang dibeli Malaysia tahun 1991. Yang lebih penting, BAe System selaku produsen Hawk sangat puas dengan hasil kerja Airod dan menawarkan kontrak lebih lanjut.

    Lalu bagaimana dengan Indonesia? 
    Sebagai salah satu pemain besar dalam industri pertahanan di kawasan Asia Tenggara, tentunya memang sangat disayangkan. Dengan total pembelian hingga 40 unit Hawk 100/200 (lebih banyak dari Malaysia), namun tak diikuti dengan adanya skema offset. Entah apa alasannya. Namun terlepas dari itu ada secuil cerita menarik mengenai offset komponen pesawat tempur di Indonesia. Contoh riilnya adalah pembuatan komponen F-16. Meski saat itu yang dibeli cuma 12 biji tapi kita dapat offset hingga 35%! Sebuah angka yang bagi sebagian orang kecil tapi berhasil mencatatkan nama Indonesia sebagai produsen suku cadang pesawat tempur kelas dunia.

    Rincian 6 macam komponen F-16 buatan IPTN itu yakni :
    1. Lapisan luar sirip tegak 400 buah
    2. Pintu roda depan 526 buah
    3. Pylon senjata 675 buah
    4. Pylon bahan bakar 975 buah
    5. Wing flaperon 450 buah
    6. Pintu akses mesin depan 450 buah

    Total General Dynamics (produsen F-16 kala itu) memesan 3.476 komponen senilai 57 juta dollar (102,6 miliar). Tentang komponen buatan Indonesia ini, Charles Anderson, Vice President General Dynamics, berani mengatakan tak ragu dengan kualitas  dan standar komponen F-16 buatan kita. Bahkan saat ekspor perdana komponen ini (Desember 1988), sang pabrikan berani menambah pesanan menjadi 8 macam komponen, terdiri dari 6 komponen yang sama dengan pesanan offset plus dua komponen lainnya. Pesanan tambahan ini diluar pesanan 3.476 komponen terdahulu, dan digunakan untuk keperluan pembuatan 400 unit F-16 yang bakal diproduksi General Dynamics hingga tahun 2000!!

    Sekian tulisan kecil dari saya, semoga bermanfaat bagi para pembaca...

    BalasHapus
  4. Tulisan kecil anda mempunyai nilai besar artinya PT DI ada kemampuan untuk mengerjakan offset, sedangkan untuk mendapatkan kesempatan tergantung pada pendekatan yg baik dg pihak produser.

    BalasHapus