Jumat, Mei 31, 2013
2


BOGOR-(IDB) : Untuk menjadi pasukan Perdamaian PBB (Peacekeeping Force) ternyata tidak gampang. Prajurit TNI yang dipilih menjadi pasukan PBB harus melewati sejumlah seleksi  dan mencakup aspek fisik, mental, kecerdasan dan ketrampilan lainnya. Bagi prajurit TNI yang terpilih sebagai anggota Peacekeeping Force mereka kemudian digembleng di Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP)  TNI yang berlokasi di Sentul, Bogor, Jawa Barat.

Menurut komandan PMPP, Brigjen TNI Imam Edy Mulyono Msc, pengiriman pasukan PBB ke sejumlah negara  pun melalui seleksi ketat oleh PBB dan harus bersaing dengan Peacekeeping Force dari negara lainnya.



‘’PBB mempunyai kualifikasi tersendiri untuk menerima Pasukan Perdamaian yang akan dikirim ke suatu negara. Jadi tidak asal menerima Pasukan Perdamaian yang diajukan oleh suatu negara. 

Jika tidak memenuhi standar PBB, Pasukan Perdamaian yang ditawarkan oleh suatu negara bisa langsung ditolak,’’ jelas Brigjen Imam ketika ditemui Angkasa pada acara puncak peringatan Peacekeeping Force Day, yang berlokasi di markas, PMPP, Sentul , Rabu (29/5).

‘’Para perwira yang ditugaskan sebagai staf pun turut mempengaruhi ketatnya persaingan. Misalnya perwira UN staff dari Pakistan, Banglandesh, India, dan Indonesia akan bersaing dan iklim persaingan itu turut mempengaruhi  jumlah pasukan PBB yang dikirimkan,’’ tambahnya.


Pemerintah RI pada tahun 2014 mendatang  bertekad mewujudkan Visi 4000 Peacekeepers dari TNI-Polri dan sipil. Untuk mewujudkan program itu, PMPP harus berkerja keras karena masih terdapat gap yang tinggi antara permintaan PBB dan SDM yang tersedia. Apalagi tugas sebagai Peacekeeping Force memiliki resiko tinggi. Menurut Brigjen Imam, sejak tahun 1950 hingga sekarang, Indonesia telah mengirimkan sekitar 25.000 personel Pasukan PBB dan 31 di antaranya telah gugur dalam tugas.






Sumber : Angkasa

2 komentar:



  1. ⚓ KRI Ajak (653) dibuat tahun 1989



    Karena kebutuhan TNI AL akan banyaknya kapal perang untuk menjaga kedaulatan negara ini, maka kapal cepat patroli seperti jenis FPB 57 ini sangat membantu. Berdasarkan fungsi dan kebutuhan, maka didasari desain FPB 57, PT PAL selanjutnya mendesain baru untuk kebutuhan TNI AL untuk memperkuat armada kapal perang TNI AL. Biarpun FPB 57 secara resmi belum di tutup produksi, PT PAL bersama ide dukungan Dislitbang TNI AL telah mengembangkan desain baru kapal dengan nama OPV 60 (Off-shore Patrole Vessel). Desain OPV 60 ini rancang bangun yang benar-benar baru dan bukan dikembangkan dari basis FPB 57, sehingga bila OPV 60 diproduksi massal, maka tidak ada kewajiban untuk membayar royalti. Semoga rancang desain ini menjadi kebanggaan anak bangsa dari kemandirian dalam memasok dan membuat kapal patroli cepat buat kebutuhan TNI AL.




    [semua foto dari Formil Kaskus]


    Sumber :
         ▻ Majalah Angkasa
    abarky di 13.17.00

    BalasHapus
  2. FPB-57
    Kapal patroli cepat FPB 57 merupakan bukti nyata kemampuan PT PAL memasok kebutuhan kapal perang bagi armada TNI AL. Sampai sekarang tercatat sudah 12 unit FPB 57 dalam berbagai varian telah rampung dan di serahkan ke TNI AL.

    Pada tahun 1975, rencana pembuatan kapal FPB 57 muncul atas keinginan Laksama Sudomo yang waktu itu menjabat sebagai Pangkopkamtib untuk membangun sendiri kapal patroli cepat buatan dalam negeri kepada Menristek BJ Habibie. Ide itupun disambut dan ditindak lanjuti dengan bentuk kerjasama dengan Friedrich Luersen Werft (FLW) perusahaan kapal asal Jerman.

    Setelah itu empat tahun kemudian TNI AL menyetujui proposal PT PAL untuk membangun kapal cepat patroli hasil desain dengan perusahaan kapal kondang Jerman, FLW. Setahun kemudian persiapan pembangunan kapal pun disiapkan, dengan dikirimnya teknisi profesional PT PAL ke Jerman untuk mempelajari manajemen produksi kapal cepat patroli tersebut. Sepulangnya dari Jerman, tahun 1984, pembangunan kapal patroli cepat FPB 57 dimulai.

    Sampai tahun 2003 PT PAL telah membuktikan dan berhasil membuat 12 kapal patroli cepat jenis FPB 57 yang merupakan kapal perang kebanggaan Indonesia, yang dibuat hasil karya bangsa sendiri dengan bantuan alih teknologi dari perusahaan Kapal Jerman. Dengan terciptanya kapal ini telah membuktikan kemandirian bangsa, melalui PT PAL, untuk dapat membuat kapal perang sendiri dan dapat memasok kebutuhan kapal perang TNI AL kedepan.

    Kebutuhan TNI AL dengan aneka macam jenis kapal untuk mengamankan perairan di terapkan pada kapal jenis FPB 57. Alhasil di ciptakan atau di desain 5 tipe jenis kapal yang mempunyai spesifikasi berbeda. Jenis-jenis itu di beri kode dengan Nav-1 sampai Nav-5.

    ★ Nav-1
    Kapal jenis ini mempunyai kemampuan untuk perang anti kapal selam. berhasil dibangun 2 unit.

    ★ Nav-2
    Kapal ini di fokuskan dan berkemampuan untuk menguber target di permukaan laut dan Udara. berhasil dibangun 2 unit.

    ★ Nav-3
    Kapal jenis ini di fungsikan sebagai kapal SAR (Search And Rescue) dan di bagian belakang di siapkan tempat untuk Helikopter ringan sekelas BO-105. berhasil dibuat 3 unit.

    ★ Nav-4
    Kapal ini merupakan kapal keperluan SAR dan dilengkapi fasilitas tambahan berupa ruang operasi. berhasil dibangun 1 unit.

    ★ Nav-5
    Kapal ini diketahui mempunyai kemampuan perang permukaan dengan dibekali rudal. berhasil dibangun 4 unit.

    Dari 5 jenis ini, karena kebutuhan dan anggaran yang ada, maka kemampuan kapal jadi berubah menurut keinginan TNI AL dalam mengoperasikannya. PT PAL merancang kapal ini agar dapat beroperasi hingga jangka waktu 25 tahun. Kapal ini merupakan jawaban yang tepat dalam pertahanan maritim TNI AL. Kapal yang cukup cepat dan bersenjatakan rudal anti kapal, sangat cocok untuk digunakan perang gerilya kepulauan. Dengan berbekal rudal tersebut sangat ampuh untuk mencegat dan menghancurkan armada kapal lawan dan dengan bobot yang kecil mampu berbalik arah dengan cepat untuk berlindung di pulau-pulau yang banyak tersebar di penjuru Nusantara.

    Ada keunikan dengan pelabelan kode 57 di kapal jenis ini, dari majalah angkasa di beritakan ada 'kesalahpahaman kecil'. Saat program pembuatan kapal di mulai, sebenarnya Laksamana Sudomo berkeinginan angka 57 merupakan kaliber meriam di kapal tersebut. Sepertinya Meristek BJ Habibie salah mengartikan dan mewujudkannya dalam bentuk dimensi kapal yang panjangnya mencapai 57 meter.

    Kapal FPB 57 ini dipersenjatai dengan meriam bofors 57 Mk. 3 yang menjadi andalan dan banyak digunakan pada kapal perang TNI AL lainnya.

    Spesifikasi :
          ♞ Panjang : 58,1 meter
          ♞ Lebar : 7,62 meter
          ♞ Depth : 4,75 meter
          ♞ Berat kotor : 423 ton
          ♞ Kecepatan : 29,6 knot (maks)
          ♞ Jarak tempuh : 2,200 nm (27 knot)
          ♞ Jumlak kru : 38 orang

    BalasHapus