Jumat, Mei 24, 2013
7
SEOUL-(IDB) : Indonesia harus serius mengembangkan inovasi di bidang teknologi dan sains agar menjadi negara maju seperti Korea Selatan (Korsel). Kegagalan mengembangkan sektor ini bisa membuat Indonesia terus terperangkap sebagai negara berpendapatan menengah (middle income trap).

“Inovasi teknologi dan sains adalah satusatunya cara agar kita bisa berhasil menjadi negara maju,” kata Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN) Chairul Tanjung kepada Jakarta Globe, di Seoul, Korsel, Rabu (22/5).

Chairul memimpin delegasi Indonesia yang berjumlah 16 orang untuk mempelajari keberhasilan Korsel menjadi negara maju, termasuk bagaimana Negeri Ginseng itu berhasil lolos dari middle income trap.

Delegasi yang terdiri atas pengusaha nasional dan ekonom itu di antaranya Raden Pardede, Aviliani, Didik J Rachbini, Hermanto Siregar, James T Riady, Peter F Gontha, Teddy Rachmat, dan Chris Kanter. Kedatangan mereka disambut Dubes RI untuk Korsel John Prasetyo. Chairul juga akan menyampaikan surat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada Presiden Korsel Park Geun-hye, Sabtu (25/5).

Menurut Chairul Tanjung, Korsel mampu bertransformasi dari negara berbasis pertanian menjadi negara industri, kemudian menjadi negara yang mumpuni di bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Bahkan, Korsel kini berkembang menjadi salah satu negara terdepan di bidang produkproduk elektronik dan industri berteknologi tinggi. Keberhasilan tersebut dicapai Korsel hanya dalam dua dekade. “Itu berkat komitmen yang kuat dari pemerintahnya dalam mengembangkan teknologi dan sains,” ujar Chairul.

Di sisi lain, kata Chairul Tanjung, Indonesia yang berharap bisa mengikuti jejak Korsel masih menjadi negara berpendapatan menengah dengan produk domestik bruto (PDB) sekitar US$ 1 triliun. Namun, saat konsumsi terus tumbuh, ada kekhawatiran di kalangan pemerintah dan pebisnis bahwa per usahaan-perusahaan Indonesia tidak cukup berinvestasi di bidang inovasi dan teknologi.

Jika hal ini terus dibiarkan, perekonomian Indonesia bisa terperangkap terus menjadi negara berpendapatan menengah yang hanya menarik investasi dari kalangan industri dan pabrikan segmen bawah. “Investasi seperti itu tidak akan mampu meningkatkan posisi Indonesia menjadi negara maju,” papar Chairul.

Menurut kalangan ekonom, sekitar 95% negara berpendapatan menengah terperangkap dalam apa yang disebut sebagai middle income trap. Indonesia bisa pula terjebak dalam perangkap tersebut jika tidak segera mengembangkan inovasi di bidang teknologi dan sains.

Selain berdiskusi, delegasi RI akan mengunjungi perusahaan-perusahaan ternama Korsel, seperti Samsung, Hana Bank, LG, dan Korea Telecom. Delegasi RI juga berencana mengunjungi Kota Sejong yang tengah dikembangkan menjadi pusat riset, pendidikan, dan indistri berteknologi tinggi.

Beberapa dekade silam, Korsel tercatat sebagai negara ‘kebanyakan’ yang masih disejajarkan dengan Indonesia. Namun, belakangan, perekonomian Korsel maju pesat. Saat ini, pendapatan per kapita Negara berpenduduk sekitar 50 juta jiwa itu mencapai US$ 32 ribu dengan angka kemiskinan absolut 2% dan angka pengangguran 31,1%. (lihat tabel)

Kontribusi ICT
 
Chairul Tanjung mengungkapkan, saat ini sektor teknologi informasi dan komunikasi (TIK) atau information and communication technology (ICT) menyumbang 12% terhadap produk domestik bruto (PDB) Korsel senilai US$ 1,2 triliun. Sedangkan kontribusi TIK di Indonesia hanya 0,5% terhadap PDB.

“TIK adalah konvergensi informasi, komunikasi, dan teknologi. Sebagai sebuah bangsa, kita harus berinvestasi lebih banyak di bidang teknologi dan jaringan telekomunikasi 4G,” ujar dia.

Dia mencontohkan, Korsel telah menyediakan layanan internet berkecepatan tinggi secara gratis untuk segenap rakyatnya serta perusahaan- perusahaan, sehingga membantu meningkatkan perdagangan dan mendorong lahirnya industri-industri baru. Sebaliknya, Indonesia masih menjadi negara dengan biaya koneksi internet termahal di dunia. Dengan biaya koneksi internet yang mahal, rata-rata orang Indonesia, termasuk para petani, semakin terpinggirkan dan tidak punya akses kepada perekonomian global. “Pola pikir pemerintah harus berubah sepenuhnya kalau kita ingin menghindari middle income trap,” tandas Chairul.

Perusahaan-perusahaan Korsel saat ini aktif mengembangkan pasar produk TIK. Di sisi lain, Indonesia memiliki daya tarik yang alami. “Hal itu bisa menjadi peluang terjalinnya kemitraan saling menguntungkan bagi kedua pihak,” ujar dia.

Chairul menambahkan, berdasarkan riset, setiap 10% penambahan penetrasi internet bisa meningkatkan pertumbuhan PDB sebesar 1,4%. Sedangkan setiap penggandaan kecepatan internet bisa menambah 1% PDB.

Agar Indonesia bisa meningkatkan status nilai tambah ekonominya, menurut Chairul Tanjung, pemerintah perlu menciptakan regulasi yang tepat dan membuka pasar bagi produk telekomunikasi, pelaku telekomunikasi, dan broadband baru. Apalagi saat ini pasar telekomunikasi nasional masih didominasi pemain generasi kedua dan ketiga, yang menghalangi operator 4G untuk masuk ke pasar.






Sumber : Investor

7 komentar:

  1. GOLKAR gak jelas gudangnya koroptor Aburizal bakrie didagangkan semua nanti aset negara tuh lumpur lapindo ulah ARB gak bertanggung jawab malahan pake uang negara/rakyat tuk penanggulangan lumpur lapindo jadi ARB lepas tanggung jawab layaknya pengecut gitu mau jadi presiden, PDIP megawati jadi presiden dulu aja banyak aset-aset negara dijual seperti indosat dijual ke singapore dan aset2 lainnya mau di beli balik sama SBY gak dikasih sama singapore indosat, SBY letoi pencritaan aja ngurus koropsi di tubuhnya demokrat aja letoi kayak banci, NASDEM partai sakit hati pemimpin surya paloh asal dari aceh masyarakat aceh aja gak mau dukung/gak suka dia (surya paloh ) krn dah tahu belangnya gak jauh dari ARB menyunat gaji karyawan/buruh waktu jadi pimpinan di PT. Arun LNG waktu di aceh jadi gak suka sama surya paloh gitu mau jadi presiden mau di apakan negara ini otaknya bisnis n cari keuntungan pribadi, PKS koropsi dan melihara betina-betina buat ngurus kontol-kontol petinggi PKS parah2 jadi saya mending GOLPUT ajalah moral partai pada rusak semua jadi merindukan kepemimpinan suharto negara aman dagang malam pun aman sekarang mikir-mikir saya nanti ada preman ancaman selalu datang kapan saja, damaii, negara kuat, disegani negar lain

    BalasHapus
  2. Mengusai,mempelajari,serta mengembangkan iptek untuk segala bidang adalah langkah tepat kemandirian sebuah negara,dimana bisa digunakan sbg kepentingan dan kemandirian nasional yang kelak bisa mewujudkan kemakmuran sebuah negara.

    BalasHapus
  3. Gimana kalau bang Chairul yg anak singkong sekarang jadi majikan kelas international mengawali dg membuat industri dasar yg kecil di Indonesia, dg demikian harapan dan cita- cita bang Chairul terbukti tidak hanya ngomong doang, kalau terbukti dg misalnya mengolah SDA di Indonesia Timur yg kaya kandungan SDA jadi bahan baku yg siap olah, itu sesuai dg omongan kalau nggak, sila ngomong terus sampai elek.....he....he....he...anak singkong yg skrg jadi konglomerat ternyata pandai berkicau......eh.....ngomong doang, gpp yg tetap jaya........dan kaya........

    BalasHapus
  4. Emangnya pemerintah ngasih apa ke perusahaan asli Indonesia spt ADR group, Maspion, Polytron dll. Kita bisa maju kalo pemerintah dan oknumnya support, ga usah jauh2 deh bebasin pungli di pelabuhan, sederhana kan? Tapi beberapa presiden pun ga mampu.

    BalasHapus
  5. JENAYAH
    Patma dan tiga pekerja ladangnya dihukum mati
    23 Mei 2013

    SHAH ALAM - Bekas peguam N Pathmanabhan dan tiga pekerja ladangnya dihukum gantung sampai mati selepas disabitkan oleh Mahkamah Tinggi di sini, sebentar tadi, dengan kesalahan membunuh jutawan kosmetik Datuk Sosilawati Lawiya dan tiga rakannya, hampir tiga tahun lalu.

    Hakim Datuk Akhtar Tahir membuat keputusan itu selepas berpuas hati dengan semua bukti dan bahan bukti yang dikemukakan di mahkamah sepanjang perbicaraan yang bermula pada 4 Julai 2011.

    Katanya, pendakwaan berjaya membuktikan kes berkenaan melangkaui kerugian munasabah manakala pembelaan gagal menimbulkan keraguan munasabah terhadap kes itu.

    Pathmanabhan, 44; T Thilaiyagan, 22; R Matan, 23 dan R Khatavarayan, 33, didakwa mengikut Seksyen 302 Kanun Keseksaan membunuh Sosilawati, 47; pegawai bank Noorhisham Mohamad, 38; peguam Ahmad Kamil Abdul Karim, 32 dan pemandu Sosilawati, Kamaruddin Shamsuddin, 44, di Lot Nombor 2001 Jalan Tanjung Layang, Tanjung Sepat, Banting, 30 Ogos 2010.-sn

    BalasHapus
  6. Ya...golput jawabannya....haram jadah partai...ujung2nya korupsi...bajingan semua tuh...sy hanya berdoa dan berkerja dan menjaga jgn sampai darah daging ini termakan uang haram....Mati gak bw harta..............

    BalasHapus
  7. Inovasi teknology mah banyak, yg terjadi adalah inovasi tsb kebanyakan tdk ada yg di tindak lanjuti secara serius oleh semua pihak yg terkait, terutama dlm hal ini adalah pemerintah.
    Tanpa dorongan dan arahan pemerintah mustahil inovasi teknology dpt di realisir menjadi material yg dpt mendukung renbut TNi, apalgi kalau ada keinginan agar dpt dijual ke pihak luar. Omong kosong!!!!!!

    BalasHapus